Logo
>

Rupiah Melemah, Penjualan Kendaraan Terancam Jeblok

Ditulis oleh Citra Dara Vresti Trisna
Rupiah Melemah, Penjualan Kendaraan Terancam Jeblok

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM – Penurunan nilai tukar rupiah terhadap dolar hingga di angka Rp16.370 diprakirakan mengancam sektor otomotif di Indonesia. Amblesnya nilai tukar hingga 0,65 persen tidak bisa dianggap remeh karena posisi ini adalah terparah sejak April 2020. Jika kondisi ini terus berlangsung, penjualan kendaraan yang sempat bangkit bakal kembali merosot hingga akhir kuartal kedua 2024.

    Pengamat otomotif Bebin Djuana, menilai penurunan nilai tukar rupiah terhadap dolar punya dampak negatif di sektor otomotif. Agar dapat keluar dari situasi sulit ini, Bebin menyarankan pemerintah mengambil peran lebih mengatasi masalah ini. Sektor otomotif disebut punya banyak peran dalam hal menyerap tenaga kerja dan pemasukan di pajak.

    “Kalau pemerintah memang betul-betul ingin mendorong industri otomotif, sebaiknya membantu. Mestinya dalam kondisi seperti ini, tolonglah pajak yang tumpang tindih atau bertumpuk pada kendaraan dibenahi,” kata Bebin kepada KabarBursa, Senin, 17 Juni 2024.

    Menurut Bebin, salah satu pajak yang harus dibenahi adalah yang menyangkut barang mewah. Ia mempertanyakan apakah pajak barang mewah cocok dengan kondisi saat ini. Kendaraan dengan harga di bawah Rp1 miliar, kata dia, sudah tidak masuk kategori kemewahan tapi kebutuhan.

    “Kalau mobil atau motor yang buat rekreasi dan buat mengangkut gengsi yang harganya miliaran silahkan kenakan barang mewah, tapi yang di bawah Rp1 miliar itu kendaraan yang dibutuhkan sebagai alat tranportasi,” jelasnya.

    Sikap abai pemerintah pada pajak kendaraan yang tumpang tindih disebut bakal membuat masyarakat tak mampu beli kendaraan. Evaluasi penghapusan pajak barang mewah di bawah Rp1 miliar dapat menurunkan harga mobil secara signifikan. Hal ini dinilai penting sebagai kompensasi di tengah situasi pelemahan mata uang rupiah.

    Selain membantu dalam hal penghapusan pajak barang mewah kendaraan yang harganya di bawah Rp1 miliar, Bebin juga meminta pemerintah juga memberikan bantuan di sektor perusahaan pembiayaan. Karena, selama ini sebagian besar masyarakat masih membeli kendaraan dengan kredit.

    “Sekarang yang harus dibantu bukan hanya leasing, tapi juga perbankan dan semua sektor, termasuk asuransi. (Bantuan) harus secara menyeluruh karena di dalam pembelian kendaraan ada asuransi yang terlibat,” jelasnya.

    Ia berharap pemerintah segera mengambil sikap dan membuat keputusan yang mendukung industri otomotif. Karena, menurutnya, industri otomotif punya gerbong panjang dan besar, baik dari hulu ke hilir.

    Penjualan Kendaraan Kuartal Kedua Masih Gelap

    Bebin mengaku tak dapat memprediksi bagaimana penjualan kendaraan pada kuartal kedua tidak dapat diprediksi. Menurutnya, ada beberapa hal yang harus dilihat, termasuk sikap pemerintah menanggapi penurunan nilai tukar rupiah. Selain itu, kestabilan politik juga bakal jadi faktor penentu penjualan kendaraan kuartal kedua.

    “Kita menunggu dan melihat bagaimana sikap pemerintah. Kan serah terima jabatan presiden nanti juga di kuartal kedua. Yang namanya urusan politik dan keamanan tentu akan ikut mempengaruhi. Urusan politik dan keamanan ditambah urusan keuangan, ini bakal seperti apa? Jadi kami tidak bisa mengomentari tanpa punya gambaran,” ujarnya.

    Menurutnya, agar tidak terjadi penurunan penjualan kendaraan seperti kuartal pertama 2024, pemerintah perlu mengambil sikap sebagaimana yang dilakukan pada mobil listrik.

    “Pemerintah memberikan dukungan dan saya lihat bukan lagi basa-basi, seperti itulah yang dibutuhkan pada mobil hybrid dan industri otomotif secara umum demi menyelamatkan hingga akhir tahun nanti. Supaya penjualan tidak semakin buruk di semester kedua,” ujarnya.

    Sebelumnya, Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Yohanes Nangoi mengungkapkan, penurunan penjualan mobil di Indonesia pada kuartal pertama 2024 lebih dari 22 persen.

    Pertama interest naik cukup drastis. Kedua, bahan baku (mobil) yang naik cukup banyak. Yang ketiga adalah karena ada agenda politik di Indonesia, yaitu pemilu,” kata Nangoi dalam keterangannya di Jakarta, Senin, 6 Mei 2024.

    Nangoi juga menyebut faktor lain yang mempengaruhi jebloknya penjualan mobil adalah karena faktor exchange rate yang naik secara luar biasa. “US dolar sudah di angka Rp16 ribu lebih, sehingga mempengaruhi semuanya,” imbuhnya.

    Kondisi ini tidak jauh berbeda dengan apa yang terjadi pada awal kuartal kedua tahun 2024 di mana nilai tukar terus meningkat hingga Rp16.370.

    Menteri Keuangan Sri Mulyani, sebelumnya juga pernah menyoroti secara khusus tren penjualan mobil dan motor yang anjlok drastis [ada akhir Februari 2024. Walau begitu, ia masih yakin bahwa konsumsi masyarakat masih sangat tinggi.

    Namun dia mengakui, penjualan mobil telah terkontraksi selama delapan bulan berturut-turut hingga akhir Februari kemarin, di mana penjualannya minus 18,8 persen secara tahunan. Begitu pula dengan penjualan sepeda motor yang terkontraksi selama enam bulan berturut-turut hingga ke level minus 2,9 persen.

    "Ini berarti untuk pembelian barang durable goods seperti mobil dan motor, sedang mengalami tekanan meski consumer index-nya kuat. Ini yang perlu kita jaga," kata Menkeu.(cit/*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Citra Dara Vresti Trisna

    Vestibulum sagittis feugiat mauris, in fringilla diam eleifend nec. Vivamus luctus erat elit, at facilisis purus dictum nec. Nulla non nulla eget erat iaculis pretium. Curabitur nec rutrum felis, eget auctor erat. In pulvinar tortor finibus magna consequat, id ornare arcu tincidunt. Proin interdum augue vitae nibh ornare, molestie dignissim est sagittis. Donec ullamcorper ipsum et congue luctus. Etiam malesuada eleifend ullamcorper. Sed ac nulla magna. Sed leo nisl, fermentum id augue non, accumsan rhoncus arcu. Sed scelerisque odio ut lacus sodales varius sit amet sit amet nibh. Nunc iaculis mattis fringilla. Donec in efficitur mauris, a congue felis.