Logo
>

Rupiah Sentuh Rp15,862, Investor Asing Mulai Tinggalkan Pasar RI

Ditulis oleh Yunila Wati
Rupiah Sentuh Rp15,862, Investor Asing Mulai Tinggalkan Pasar RI

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Rupiah pada penutupan perdagangan Kamis, 14 November 2024, kembali tertekanan. Kali ini, kurs rupiah ditutup sangat lemah, menyentuh level Rp15.862 per dolar AS.

    Rupiah melemah sebesar 78 poin atau 0,49 persen dibandingkan penutupan hari sebelumnya, yang berada di level Rp15.784 per dolar AS. Pelemahan ini menambah tekanan pada mata uang Indonesia, yang telah menghadapi ketidakpastian global dalam beberapa minggu terakhir.

    Perkembangan inflasi Amerika Serikat (AS) pada Oktober 2024 telah memicu ketidakpastian besar terkait prospek pemangkasan suku bunga acuan Federal Reserve (The Fed). Hal ini berimbas langsung pada pelemahan kurs rupiah terhadap dolar AS.

    Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi, menjelaskan bahwa penguatan indeks dolar AS didorong oleh tanda-tanda inflasi yang masih kuat di AS, meskipun data inflasi untuk indeks harga konsumen (CPI) AS sesuai dengan ekspektasi pasar.

    Hal ini memperlihatkan bahwa tekanan inflasi belum sepenuhnya mereda, sehingga memunculkan keraguan akan prospek pemotongan suku bunga acuan oleh The Fed di masa mendatang.

    "Data inflasi AS untuk bulan Oktober menunjukkan inflasi tetap kuat, dan ini memicu ketidakpastian terkait kebijakan moneter ke depan," ujar Ibrahim dalam keterangan tertulis, dikutip Kamis, 14 November 2024.

    Kekhawatiran ini kian besar, terutama setelah kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden AS yang membawa kembali kebijakan inflasi tinggi akibat perang dagang yang dia inisiasi dengan China.

    Pasar kini mengantisipasi pidato Ketua The Fed Jerome Powell untuk mencari petunjuk lebih lanjut tentang kebijakan moneter yang akan diambil.

    Meskipun The Fed telah memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin minggu lalu, pandangan untuk pelonggaran lebih lanjut menjadi lebih tidak pasti, terutama dengan tekanan inflasi yang diperkirakan muncul dari kebijakan ekonomi Trump yang agresif terhadap perdagangan global.

    Tekanan Pada Mata Uang Asia

    Ketidakpastian di AS berimbas luas pada pasar global, khususnya mata uang di Asia. Investor mulai meningkatkan posisi jual mereka terhadap mata uang Asia, termasuk rupiah, di tengah kekhawatiran bahwa kebijakan Trump akan mengikis daya tarik aset-aset di negara berkembang (emerging markets).

    Jajak pendapat Reuters terhadap 10 responden menunjukkan adanya lonjakan posisi short (jual) pada mata uang seperti dolar Singapura dan won Korea Selatan.

    Selain itu, mata uang lain seperti ringgit Malaysia dan baht Thailand juga mengalami pelemahan. Sejak hasil pemilihan presiden AS minggu lalu menjadi jelas, ringgit dan baht telah kehilangan sekitar 4 persen nilai mereka.

    Negara-negara dengan perekonomian yang sangat bergantung pada perdagangan, terutama dengan China, menjadi rentan terhadap ancaman tarif yang lebih tinggi dari AS.

    Menurut analis dari ING, mata uang Asia yang memiliki sensitivitas lebih tinggi terhadap yuan China dan negara dengan surplus perdagangan besar dengan AS diprediksi akan menghadapi tekanan paling besar.

    Won Korea Selatan, misalnya, sangat rentan terhadap kedua faktor ini, sehingga diperkirakan akan terus melemah hingga tahun depan.

    Ahli strategi dari DBS Chang Wei Liang, memberikan pandangan sedikit optimis terhadap yuan China.

    Menurutnya, meskipun kebijakan tarif AS berpotensi memicu tekanan, dampaknya terhadap ekonomi China yang bernilai USD18 triliun akan relatif dapat dikelola. Namun, dampak kebijakan Trump terhadap negara-negara dengan perekonomian yang lebih kecil, seperti Singapura dan Malaysia, tetap menjadi perhatian utama.

    Investor Asing Kabur

    Pasar Indonesia dianggap sedang tidak baik-baik saja. Hal ini dibuktikan dengan aksi investor asing yang ramai-ramai menjual sahamnya di Indonesia dalam beberapa hari terakhir ini. Tercatat, sehari kemarin, Rabu, 13 November 2024, aksi net sell atau jual bersih asing mencapai Rp692,62 miliar di seluruh pasar.

    Meskipun terjadi pembelian bersih di pasar tunai dan negosiasi sebesar Rp123,54 miliar, aksi jual di pasar reguler tetap dominan dengan nilai Rp816,16 miliar.

    Aksi jual asing di pasar saham RI tidak terjadi dalam satu hari saja. Dalam sepekan terakhir, total penjualan bersih asing telah mencapai Rp7,17 triliun di seluruh pasar. Sebagian besar aksi jual ini terjadi di pasar reguler, mencapai Rp6,98 triliun. Sementara di pasar tunai dan negosiasi sebesar Rp191,29 miliar.

    Lebih mengejutkan lagi, dalam satu bulan terakhir penjualan bersih asing bahkan mencapai Rp12,59 triliun. Dengan rincian Rp11,6 triliun di pasar reguler dan Rp997,37 miliar di pasar tunai-negosiasi. Angka ini menunjukkan skala besar dari aksi keluar dana asing yang tengah berlangsung.

    “Investor asing telah melepas saham-saham besar di Indonesia dalam beberapa pekan terakhir, dengan fokus utama pada saham perbankan seperti BRI, BCA, dan Mandiri,” kata Ibrahim kepada  Kabarbursa.com lewat sambungan seluler, Kamis, 14 November 2024.(*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79