Logo
>

Rupiah Siang Menguat Seiring Data Manufaktur AS yang Terkontraksi

Ditulis oleh Yunila Wati
Rupiah Siang Menguat Seiring Data Manufaktur AS yang Terkontraksi

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Nilai tukar rupiah siang ini terus mengalami penguatan. Hingga pukul 12.36 WIB, rupiah diperdagangkan di level Rp15.490 per dolar AS, menguat 36 poin atau 0,23 persen dibandingkan penutupan perdagangan Selasa, 3 September 2024 sore yang berada di leel Rp15.526 per dolar AS.

    Salah satu yang mendorong penguata ini adalah terjadinya kontraksi pada PMI Manufaktur Amerika Serikat. Kontraksi PMI Manufaktur AS pada Agustus 2024, yang berada di level 47,2 persen, menunjukkan penurunan aktivitas manufaktur untuk bulan kelima berturut-turut. Data ini mengindikasikan dampak dari suku bunga tinggi yang mulai dirasakan dan meningkatkan kemungkinan penurunan suku bunga acuan oleh Federal Reserve pada pertemuan FOMC bulan ini.

    Sentimen positif juga datang dari proyeksi investasi di Indonesia. Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menargetkan investasi sebesar Rp1.905,6 triliun pada tahun 2025, meningkat dari target tahun ini yang sebesar Rp1.650 triliun. Proyeksi ini juga mencakup target investasi Rp2.133,5 triliun pada tahun 2026 dan Rp2.649,4 triliun pada tahun 2027.

    Pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan akan mencapai 5,6 persen pada tahun 2025, 6 persen pada tahun 2026, dan 6,1 persen pada tahun 2027. Proyeksi ini memberikan sentimen positif bagi pelaku pasar, yang berdampak baik pada nilai tukar rupiah.

    Secara keseluruhan, kombinasi dari kontraksi di sektor manufaktur AS dan proyeksi investasi yang optimis di Indonesia berkontribusi pada penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

    Penguatan rupiah sudah terlihat di awal pembukaan sesi I. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka dengan penguatan tipis, seiring dengan penurunan indeks dolar AS. Berdasarkan data Refinitiv, rupiah diperdagangkan pada posisi Rp15.505 per dolar AS pada Rabu pagi, 4 September 2024, menguat sebesar 0,1 persen dari penutupan hari sebelumnya.

    Sementara itu, indeks harga dolar AS (DXY) pagi ini berada di level 101,68, turun 0,15 persen dari penutupan sebelumnya. Penguatan tipis rupiah ini terjadi seiring dengan kontraksi yang tercatat pada data PMI manufaktur AS, yang mengindikasikan dampak dari suku bunga tinggi mulai dirasakan. Hal ini meningkatkan probabilitas pelonggaran kebijakan moneter oleh The Fed dalam waktu dekat.

    Manufaktur AS mengalami kontraksi untuk kelima kalinya berturut-turut pada Agustus 2024, dengan PMI Manufaktur berada di level 47,2 persen. Meskipun ada sedikit kenaikan dari bulan sebelumnya, angka ini masih mencerminkan pelemahan aktivitas ekonomi di sektor manufaktur, yang dapat mempengaruhi kebijakan suku bunga The Fed serta permintaan global, termasuk dampaknya terhadap ekonomi Indonesia.

    Selain itu, pasar juga mengamati rilis data ekonomi penting lainnya, seperti neraca perdagangan AS dan PMI Jasa Umum Caixin China, yang juga dirilis hari ini. Neraca perdagangan AS menunjukkan defisit yang menyempit pada Juli 2024, sementara PMI China mencatat pertumbuhan di sektor jasa.

    Kedua data ini memberikan pandangan tentang kondisi perdagangan global yang bisa berdampak pada perekonomian Indonesia, termasuk nilai tukar rupiah, mengingat Amerika Serikat dan China adalah mitra dagang terbesar Indonesia.

    Nanang Wahyudin, Koordinator Riset & Pendidikan di Valbury Asia Futures, menyoroti bahwa tekanan terhadap nilai tukar rupiah kali ini dipicu oleh data ekonomi dalam negeri yang kurang menggembirakan, terutama dari sektor manufaktur. Purchasing Manager’s Index (PMI) Manufaktur Indonesia menunjukkan kontraksi selama dua bulan berturut-turut, dengan angka 49,3 pada Juli dan 48,9 pada Agustus. Angka ini merupakan yang terendah sejak Agustus 2021.

    “Penurunan PMI Manufaktur ini memicu kekhawatiran, karena sektor manufaktur memiliki peran penting dalam perekonomian serta penyerapan tenaga kerja. Kondisi ini juga bisa menjadi noda dalam catatan kinerja Presiden Joko Widodo menjelang akhir masa jabatannya pada Oktober mendatang,” ujar Nanang, dalam pernyataannya pada Rabu, 4 September 2024.

    Di sisi lain, Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menyebutkan, meski rupiah tertekan, pelemahannya cenderung terbatas berkat permintaan investor yang kuat dalam lelang surat utang negara (SUN), yang mencatatkan total penawaran masuk sebesar Rp 45,48 triliun.

    Namun, Josua memperkirakan, hari ini Rabu 4 September 2024, rupiah masih akan dibayangi pelemahan. Hal ini disebabkan oleh data ISM manufacturing PMI Amerika Serikat yang dirilis pada malam nanti, yang diperkirakan menunjukkan perbaikan setelah empat bulan berturut-turut berada dalam kontraksi.

    “Potensi pemulihan indikator manufaktur AS ini bisa mengurangi peluang The Fed untuk memotong suku bunga secara agresif di akhir tahun,” kata Josua.

    Pasar berharap penguatan ini akan berlanjut hingga penutupan perdagangan sore nanti. Rupiah bisa menyentuh kembali Rp15.400.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79