KABARBURSA.COM - Rupiah membuka perdagangan dengan melemah pada awal pekan ini, Senin 18 Maret 2024, dipengaruhi oleh sentimen hati-hati di pasar global menjelang pertemuan komite terbuka (FOMC) Federal Reserve (The Fed) pada 20 Maret 2024 mendatang.
Rupiah melemah sebesar 58 poin ke kisaran Rp15.653/US$ pada pukul 9:35 WIB, atau mengalami penurunan sebesar 0,37persen dibandingkan dengan posisi penutupan pada akhir pekan sebelumnya. Pelemahan rupiah ini sejalan dengan tekanan yang juga dirasakan oleh mata uang Asia lainnya hari ini. Namun, rupiah tercatat sebagai salah satu mata uang yang paling melemah di kawasan Asia.
Di sepanjang kawasan Asia, won Korea Selatan melemah sebesar 0,22persen, sementara ringgit dan peso Filipina sama-sama mengalami penurunan sebesar 0,2persen, dan baht Thailand juga mengalami pelemahan sebesar 0,11persen. Dolar Amerika Serikat (AS) semakin menguat dengan mencatat penguatan ke level 103,44 pagi ini di kawasan Asia.
Pelemahan mata uang Asia pagi ini adalah karena sentimen bearish pasar global pasca berbagai data ekonomi pekan lalu menunjukkan inflasi AS masih kuat. Pelaku pasar mewaspadai hasil FOMC The Fed yang akan diumumkan Kamis dini hari waktu Indonesia di mana pejabat bank sentral paling berpengaruh di dunia itu diprediksi menahan lagi suku bunga acuan.
Selain FOMC, pelaku pasar juga menantikan hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia yang diperkirakan akan kembali memutuskan untuk menahan suku bunga acuan.
Rupiah masih mengalami tekanan di pasar surat utang, dimana aksi jual pada Jumat pekan lalu mendorong Bank Indonesia untuk turun tangan memborong surat berharga negara (SBN) untuk menahan penurunan harga.
SBN rupiah (INDOGB), terutama tenor pendek, mengalami kenaikan imbal hasil yang signifikan. Imbal hasil INDOGB 2 tahun melonjak sebesar 3,6 basis poin menjadi 6,30persen pada Jumat, mencatatkan lonjakan imbal hasil terbesar dalam sebulan terakhir, sebesar 15,1 basis poin, menurut data Bloomberg.
Sementara itu, INDOGB 1 tahun naik sebesar 1,8 basis poin menjadi 6,41persen, dengan kenaikan imbal hasil sebesar 9,6 basis poin dalam sebulan terakhir. Tenor 3 tahun juga naik sebesar 2,7 basis poin menjadi 6,39persen, dengan kenaikan imbal hasil sebesar 4,8 basis poin dalam sebulan terakhir. Sedangkan tenor acuan INDOGB 10 tahun naik sedikit sebesar 1 basis poin menjadi 6,63persen, atau naik sebesar 1,6 basis poin dalam sebulan terakhir.
Bank Indonesia melakukan pembelian SBN untuk menyeimbangkan tekanan terhadap nilai tukar rupiah. Para investor domestik juga terlihat membeli SBN seiring jatuh tempo surat utang seri FR70 pada Jumat lalu, dengan nilai jatuh tempo mencapai Rp122,4 triliun, menurut data Bloomberg.
Rupiah saat ini berada dalam target pelemahan awal di kisaran Rp15.640-Rp15.670/US$. Garis trendline channel yang sebelumnya tertembus dan menjadi support terkuat rupiah kini menjadi level resistance terdekat di Rp15.580/US$.
Jika pelemahan berlanjut dengan tekanan yang tinggi, garis trendline putih pada level Rp15.700 akan menjadi support terakhir. Sementara itu, resistance selanjutnya terletak di kisaran Rp15.550-Rp15.510/US$.