Logo
>

Saham ADRO, HRUM, BYAN, ADMR: Siapa Paling Murah Secara Valuasi?

Saham ADRO melonjak 10 persen usai buyback diumumkan. Tapi secara valuasi, apakah masih yang paling murah dibandingkan BYAN, HRUM, ADMR, dan INDY?

Ditulis oleh Syahrianto
Saham ADRO, HRUM, BYAN, ADMR: Siapa Paling Murah Secara Valuasi?
Ilustrasi: Fasilitas panel surya yang terhampar di sebuah lahan luas. (Foto: Dok. Alamtri)

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Di tengah pergeseran fokus investor dari pertumbuhan ke profitabilitas dan efisiensi, valuasi saham sektor energi menjadi perhatian utama. 

    Lima emiten besar seperti PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO), PT Indika Energy Tbk (INDY), PT Bayan Resources Tbk (BYAN), PT Harum Energy Tbk (HRUM), dan PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) menawarkan model bisnis yang berbeda, namun tetap berada di bawah payung energi batu bara dan logam. Pertanyaannya: mana yang paling murah secara valuasi, dan mana yang menawarkan efisiensi kinerja terbaik?

    Perhatian ini muncul sejalan dengan saham ADRO yang mampu terbang 10 persen pada perdagangan Senin, 19 Mei 2025. Saham ADRO menembus level Rp2.370 per saham, naik 220 poin dari penutupan sebelumnya. Kenaikan tajam ini terjadi setelah perusahaan mengumumkan rencana pembelian kembali saham (buyback) senilai maksimal Rp4 triliun, yang disetujui dalam RUPS Tahunan pada 15 Mei 2025. 

    Selain itu, kinerja keuangan tahun 2024 yang solid, dengan EBITDA operasional USD982 juta dan margin sebesar 47 persen, turut memperkuat sentimen positif pasar. Lonjakan ini menjadi sinyal bahwa investor mulai merespons valuasi saham ADRO yang dinilai terlalu murah dibandingkan dengan kinerja dan fundamentalnya.

    Berdasarkan data Stockbit per Senin, 19 Mei 2025, ADRO menempati posisi terdepan dalam efisiensi valuasi. Price-to-earnings ratio (PER) TTM ADRO hanya 3,11 kali, jauh lebih rendah dari HRUM (11,87), ADMR (6,61), dan BYAN yang mencapai 44,89 kali. INDY mencatat PER negatif (-67,96) akibat kerugian bersih.

    Price-to-book value (PBV) ADRO juga tergolong konservatif, yakni 0,74 kali. Sebagai pembanding, HRUM di 1,00, ADMR di 2,36, dan BYAN sangat tinggi di 16,60 kali. Rasio EV/EBITDA ADRO tercatat hanya 0,5 kali, paling murah dibandingkan HRUM (7,00), ADMR (4,00), INDY (6,00), dan BYAN yang melonjak ke 32,60 kali. 

    Rasio ini menunjukkan seberapa murah investor bisa mengakses kinerja operasional perusahaan berdasarkan enterprise value.

    Valuasi yang rendah akan lebih bermakna jika disertai laba yang kuat. ADRO mencatatkan laba bersih TTM sebesar USD 1,556 juta, dengan EPS sebesar USD 0,04491. Sementara itu, BYAN unggul secara laba nominal: Rp14,897 miliar dengan EPS Rp446,90, namun harga sahamnya sudah merefleksikan ekspektasi tinggi. HRUM dan ADMR masing-masing mencatat EPS sebesar Rp69,50 dan Rp151,27, sedangkan INDY mengalami kerugian, dengan EPS negatif Rp-21,93.

    Dalam hal margin operasional, ADMR mencatat gross profit margin sebesar 41,31 persen dan net margin 32,74 persen. ADRO mengungguli dari sisi margin EBITDA sekitar 47 persen menurut laporan keuangan tahun 2024. HRUM dan INDY menunjukkan margin yang jauh lebih tipis; INDY bahkan memiliki net margin hanya 0,59 persen. BYAN, walaupun mahal secara valuasi, tetap menunjukkan net margin tinggi sebesar 24,48 persen, yang menjelaskan sebagian alasan di balik premium valuasinya.

    ADRO mencatat posisi kas akhir 2024 sebesar USD1,4 miliar, dengan utang berbunga hanya USD548 juta, struktur keuangan sangat konservatif. ADMR juga memiliki kas kuat (Rp9,78 triliun) dan total utang Rp6,5 triliun. Sebaliknya, INDY memiliki total utang Rp16,35 triliun, jauh di atas nilai labanya. HRUM juga memiliki utang yang cukup besar (Rp8,3 triliun) dengan free cash flow negatif.

    Dari sisi dividen, BYAN konsisten membayar dengan payout ratio lebih dari 66 persen dan dividend yield 1,46 persen. ADRO mencatat payout ratio historis sekitar 35–45 persen. INDY juga membayar dividen sebesar Rp16 per saham. HRUM dan ADMR tidak mencatat distribusi dividen dalam periode terakhir. Dari sisi price-to-cashflow, ADRO berada di kisaran 2,79 kali, lebih efisien dibandingkan HRUM (4,91) dan ADMR (6,28), sementara BYAN sangat mahal di 48,03 kali.

    Dari performa harga saham, ADRO mencatat return menurun 15,69 persen secara tahunan (1Y), namun sudah rebound 5 persen year-to-date (ytd). BYAN relatif stabil secara ytd (-1,12 persen), tapi melemah 22,7 persen sejak awal tahun. ADMR tercatat paling terpukul, dengan return ytd -22,83 persen dan secara tahunan -56,52 persen. INDY juga melemah 41,8 persen dalam 1 tahun terakhir. Ini memberikan konteks bahwa valuasi rendah seperti ADRO belum tentu mencerminkan pesimisme pasar, bisa jadi sinyal underappreciated.

    Jika hanya melihat angka valuasi, PER, PBV, dan EV/EBITDA, ADRO berada di posisi paling murah. Namun keunggulan ADRO tidak hanya di harga, tetapi juga pada kekuatan arus kas, struktur neraca, dan disiplin belanja modal. 

    ADMR menawarkan margin tinggi, tapi dengan valuasi menengah. BYAN tetap konsisten dari sisi margin dan distribusi dividen, tetapi sudah “mahal” secara metrik valuasi. HRUM dan INDY menempati posisi tengah-bawah, dengan tekanan dari sisi margin dan arus kas.

    Dalam konteks saat ini, ADRO menunjukkan karakteristik saham undervalued secara fundamental, namun tetap perlu diimbangi dengan pemantauan atas dinamika harga komoditas dan eksekusi proyek hilirisasi energi. (*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Syahrianto

    Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

    Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

    Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

    Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.