KABARBURSA.COM - Di tengah fluktuasi harga komoditas global dan tekanan ekonomi yang tak menentu, sektor agribisnis -khususnya industri sawit—terus menjadi perhatian utama para investor yang mengincar kombinasi antara pertumbuhan jangka panjang dan pembagian dividen yang stabil.
Dua nama yang mencuri perhatian dalam kurun dua tahun terakhir adalah PT PP London Sumatera Indonesia Tbk (LSIP) dan PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO). Meski bergerak di sektor yang sama, keduanya menawarkan pendekatan kinerja dan strategi distribusi laba yang sangat kontras, LSIP tampil dengan gaya konservatif namun konsisten, sementara SGRO menunjukkan pola kinerja yang eksplosif dan dinamis.
Bagaimana perjalanan keuangan dan kebijakan dividen dari kedua emiten tersebut, serta mengevaluasi potensi mereka sebagai saham agribisnis unggulan di tengah lanskap investasi yang terus berubah.
PT PP London Sumatera Indonesia Tbk (IDX LSIP)
Kinerja keuangan LSIP dalam dua tahun terakhir menyajikan cerita yang cukup dramatis, penuh kejutan, tapi akhirnya menunjukkan arah yang menjanjikan. Dimulai dari kuartal pertama 2023, perusahaan ini membukukan pendapatan Rp904 miliar dengan laba bersih Rp112 miliar. Angka yang cukup stabil, tapi belum menggambarkan sesuatu yang istimewa.
Lalu di kuartal berikutnya, pendapatan naik sedikit, tapi laba bersih justru merosot ke Rp54 miliar. Sebuah sinyal bahwa tekanan biaya atau harga komoditas mungkin sedang tidak berpihak.
Memasuki 2024, sempat terlihat penyesuaian. Kuartal pertama ditutup dengan penurunan pendapatan ke Rp879 miliar, namun laba tetap terjaga di angka Rp269 miliar, menandakan efisiensi mulai terjaga.
Di kuartal kedua dan ketiga, angka pendapatan terus naik perlahan hingga Rp1,123 miliar, dan laba bersih sempat turun ke Rp205 miliar, sebelum akhirnya mencetak pencapaian luar biasa di kuartal empat. Dengan pendapatan tembus Rp1,638 miliar dan laba bersih Rp673 miliar, LSIP mencetak rekor tertingginya dalam dua tahun terakhir.
EPS-nya pun terbang ke angka 98,76, membuktikan bahwa setiap lembar saham kini jauh lebih produktif menghasilkan keuntungan bagi investor.
Yang menarik dari perjalanan ini adalah konsistensi LSIP dalam menjaga pertumbuhan sehat meskipun menghadapi berbagai tantangan, mulai dari fluktuasi harga minyak sawit, biaya operasional, hingga ketidakpastian pasar global.
Lonjakan besar di akhir 2024 bisa jadi hasil dari strategi akumulasi sepanjang tahun, di mana efisiensi operasional dan optimalisasi hasil produksi mulai memberikan hasil manis.
Secara keseluruhan, LSIP tampil sebagai perusahaan agribisnis yang bukan hanya bertahan, tetapi berhasil menciptakan momentum pertumbuhan nyata.
Buat kamu yang mencari emiten dengan fundamental kuat dan potensi yield tinggi, performa LSIP ini layak dilirik lebih jauh. Mereka bukan cuma menjanjikan cerita bagus, tapi mulai benar-benar menunjukkannya lewat angka.
Dividen LSIP: Tidak Agresif, Tapi Diperhitungkan Matang-Matang
Dividen LSIP adalah cerminan karakter perusahaan yang cermat dan cenderung berhati-hati. Kalau kita lihat dari rekam jejak pembagiannya, LSIP bukan tipe perusahaan yang agresif menyebar untung setiap kali laba naik.
Mereka lebih memilih pendekatan konservatif, membagikan dividen secara konsisten, tapi dengan nilai yang relatif moderat dan cermat dihitung berdasarkan kondisi keuangan masing-masing tahun.
Nilainya memang lebih rendah dibandingkan dua tahun sebelumnya, di mana pada 2022 dan 2021 LSIP masing-masing membagikan Rp53 dan Rp51 per saham. Meskipun begitu, langkah ini bisa dilihat sebagai upaya menjaga stabilitas kas internal, terutama di tengah ketidakpastian industri agribisnis dan fluktuasi harga CPO (crude palm oil).
Yang menarik, meski dividen tahun ini mengalami sedikit penurunan, rasio pembayarannya tetap cukup konservatif, yakni hanya 16,97 persen dari laba bersih. Ini berarti sebagian besar keuntungan masih ditahan perusahaan, kemungkinan besar untuk reinvestasi, ekspansi lahan, atau memperkuat neraca keuangan.
Dan meskipun persentase ini tergolong kecil, bagi investor yang menyukai kestabilan dan pertumbuhan jangka panjang, ini justru bisa menjadi sinyal positif. Artinya, perusahaan punya ruang lebih luas untuk berkembang tanpa terlalu membebani keuangan dengan kewajiban jangka pendek.
Jika ditarik ke belakang, terlihat tren positif dalam kebijakan dividennya. Di tahun 2019, LSIP hanya membagikan Rp15 per saham. Kemudian jumlahnya naik jadi Rp20 di 2020, dan melonjak drastis ke atas Rp50 dalam dua tahun berturut-turut, sebelum kembali disesuaikan di 2023.
Pola ini menunjukkan bahwa perusahaan cukup fleksibel dalam menyesuaikan dividen dengan laba yang dihasilkan, tetapi tetap menjaga komitmen membayar setiap tahunnya—tidak ada tahun tanpa dividen sejak 2019.
Dengan yield dividen terbaru di kisaran 3,25 persen, LSIP tidak bisa dibilang sebagai saham penghasil pendapatan pasif terbesar, tapi untuk investor yang mencari kombinasi antara stabilitas fundamental dan sentimen dividen yang positif, LSIP masih sangat menarik.
Apalagi ketika dividen tersebut didukung oleh kinerja keuangan yang mulai menguat, seperti yang terlihat pada lonjakan laba dan EPS di akhir 2024.
Jadi, kalau kamu mencari perusahaan agribisnis yang tidak hanya kuat dari sisi operasional tapi juga tahu cara berbagi hasil secara bijak, LSIP bisa jadi salah satu pilihan menarik untuk dikoleksi di portofolio jangka menengah hingga panjang.
Dividennya memang tidak meledak-ledak, tapi stabil, rutin, dan ditopang oleh perencanaan yang matang.
PT Sampoerna Agro Tbk (IDX SGRO)
Kinerja keuangan SGRO dalam delapan kuartal terakhir ibarat roller coaster—naik-turun dengan irama yang tak pernah membuat bosan, tapi pada akhirnya membawa kabar menggembirakan di garis akhir. Kita mulai dari Q1 2023, ketika SGRO membukukan pendapatan sebesar Rp1,4 triliun.
Dari angka ini, laba bersih yang berhasil dibukukan hanya Rp71 miliar. Meski tidak terlalu mengesankan, perusahaan masih mencetak keuntungan yang cukup solid di tengah fluktuasi harga komoditas dan tekanan biaya yang umum terjadi di sektor perkebunan.
Sayangnya, Q4 2023 menjadi titik rem mendadak. Meski pendapatan tetap tinggi di Rp1,46 triliun, laba bersih merosot drastis ke Rp35 miliar. Penurunan tajam ini seolah menandakan ada tekanan berat dari sisi beban usaha maupun faktor eksternal seperti harga CPO yang volatil. Tapi SGRO tidak tinggal diam. Masuk ke 2024, mereka kembali menata ulang strategi.
Di Q1 dan Q2 2024, perusahaan kembali bermain hati-hati. Pendapatan tetap stabil di kisaran Rp1,13 triliun, dan laba bersih ditahan di angka yang lebih konservatif, masing-masing Rp91 miliar dan Rp39 miliar. Namun tren positif mulai terasa lagi di Q3, saat pendapatan naik ke Rp1,22 triliun dan laba bersih mencapai Rp76 miliar. Tapi kejutan sesungguhnya datang di Q4 2024.
Dengan pendapatan tembus Rp2,2 triliun—tertinggi dalam dua tahun terakhir—SGRO mencatatkan laba bersih yang spektakuler sebesar Rp492 miliar. EPS-nya pun langsung meroket ke angka Rp275,64 per saham. Ini bukan hanya angka, tapi semacam pernyataan dari perusahaan bahwa mereka sudah kembali ke jalur pertumbuhan yang sesungguhnya.
Secara garis besar, SGRO menunjukkan bahwa mereka mampu melewati periode penuh tekanan dengan manuver yang cerdas. Dari laba yang sempat anjlok di akhir 2023 hingga pemulihan yang agresif di penghujung 2024, perusahaan ini telah membuktikan daya tahan dan kemampuannya dalam mengelola bisnis secara strategis. Untuk investor yang mencari emiten agribisnis dengan potensi turnaround yang nyata, SGRO bisa jadi salah satu kisah sukses yang menarik untuk diikuti lebih lanjut.
Drama Klasik Dividen SGRO
Dividen dari SGRO bisa dibilang seperti cerita klasik tentang konsistensi yang dibumbui sedikit drama. Tidak selalu naik, tidak selalu turun, tapi tetap mengalir setiap tahunnya dan yang paling penting, cukup menggembirakan buat investor yang doyan passive income.
Untuk tahun buku 2023, SGRO membagikan dividen sebesar Rp121 per saham, dengan tanggal ex-date pada 5 Juni 2024 dan pencairan dijadwalkan pada 28 Juni 2024. Cukup tepat waktu untuk jadi semacam “bonus pertengahan tahun” bagi para pemegang saham yang sabar menanti.
Ini adalah masa di mana kinerja keuangan perusahaan sedang sangat kuat, dan manajemen tampaknya ingin membagi hasil manis itu kepada investor secara langsung dan bertahap.
Sementara itu, tahun 2021 tercatat sebagai awal dari tren bagi-bagi dividen dengan nilai tinggi. Saat itu, SGRO menyetor Rp135 per saham ke kantong para pemegang saham. Dan meskipun nominal dividen pada 2023 ini lebih rendah dari dua tahun sebelumnya, keputusan untuk tetap membagikan Rp121 per saham tetap menunjukkan komitmen perusahaan terhadap distribusi laba yang sehat dan terukur.
Kalau melihat payout ratio-nya yang berada di angka 38,31 persen, artinya SGRO tidak menghambur-hamburkan seluruh labanya, tapi juga tidak pelit. Mereka menyisihkan sekitar sepertiga dari keuntungan untuk dibagikan, dan sisanya mungkin disimpan untuk ekspansi, efisiensi operasional, atau menyiapkan bantalan keuangan di tengah dunia bisnis yang tidak pernah tenang.
Dividend yield-nya yang mencapai 4,73 persen juga menarik dan cukup kompetitif, terutama bagi investor yang mengincar saham-saham dengan hasil dividen yang stabil dan rutin.
Secara keseluruhan, kebijakan dividen SGRO menunjukkan kombinasi antara kepedulian terhadap pemegang saham dan kedewasaan dalam mengelola keuangan. Tidak berlebihan, tidak impulsif, tapi tetap menyenangkan.
Dan dengan kinerja Q4 2024 yang baru saja meroket, siapa tahu tahun depan SGRO akan kembali tampil royal dan memberi kejutan manis lainnya di sisi dividen. Jadi, untuk investor yang suka kombinasi pertumbuhan dan cash flow, SGRO pantas untuk dipantau lebih dekat.
Jadi, jika dilihat secara keseluruhan, secara umum ketiganya punya gaya yang berbeda:
- AALI: matang, stabil, rajin berbagi dividen.
- SGRO: eksplosif dan penuh kejutan.
- LSIP: konservatif tapi konsisten.
Pilihan kamu tergantung apakah lebih suka yang stabil dan mapan, yang sedang naik daun, atau yang irit tapi rajin.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.