KABARBURSA.COM - PT Ancara Logistics Indonesia Tbk (ALII) menunjukkan dinamika yang menarik dalam laporan keuangan terbarunya. Sejak berdiri pada 2019, perusahaan yang bergerak di bidang jasa pengangkutan laut dan transshipment ini telah mengalami berbagai perkembangan signifikan. Dengan mengakuisisi mayoritas saham PT Mahakam Coal Terminal dan menjalin kontrak jangka panjang dengan beberapa perusahaan batu bara terkemuka, ALII tampak berusaha memperkuat posisinya di industri.
Namun, data terbaru menunjukkan adanya penurunan jumlah pemegang saham dan berbagai tantangan lain yang patut dicermati lebih lanjut. Lantas, seperti apa kinerja keuangan ALII, baik itu pendapatan hingga profitabilitas, serta implikasinya bagi masa depan perusahaan?
Profil ALII
PT Ancara Logistics Indonesia Tbk (ALII) didirikan pada Juli 2019. Sejak awal berdiri, perseroan bersama dengan anak perusahaannya telah bergerak di bidang jasa pengangkutan laut, transshipment, dan intermediate stockpile (ISP) untuk tambang batu bara. Dalam menjalankan usahanya, perseroan dan anak perusahaannya didukung oleh sistem logistik yang terintegrasi dengan pihak afiliasi, mulai dari tambang hingga ke area ISP dan transshipment. Sistem ini memastikan efisiensi dan kehandalan dalam proses pengangkutan dan penyimpanan batu bara.
Pada September 2019, ALII mengakuisisi 70 persen saham mayoritas PT Mahakam Coal Terminal (MCT). MCT beroperasi di bidang terminal dan digunakan sebagai ISP untuk mendukung kegiatan usaha Perseroan dan pelanggan utamanya, yang saat ini merupakan pihak afiliasi.
ISP MCT berfungsi sebagai titik perpindahan, pengelolaan, dan penumpukan muatan dari tongkang sungai ke stockpile serta dari stockpile ke tongkang laut, memastikan alur logistik yang lancar dan efisien.
Dalam hal kepemilikan saham, PT Graha Adika Niaga memegang 5,20 miliar saham atau 32,87 persen dari total saham, disusul oleh Solomed Capital Pte. Ltd. dengan 5,00 miliar saham atau 31,58 persen. Pemegang saham lainnya adalah masyarakat non warkat yang memiliki 3,17 miliar saham atau 20 persen, dan PT Borneo Logistik Indonesia dengan 1,74 miliar saham atau 11,02 persen.
Aninditha Anestya Bakrie menjabat sebagai Komisaris dengan kepemilikan 383,35 juta saham atau 2,42 persen, sedangkan Nalinkant Amratlal Rathod sebagai Pengendali dengan kepemilikan 333,35 juta saham atau 2,11 persen.
Jumlah pemegang saham Perseroan mengalami penurunan selama beberapa bulan terakhir. Pada 30 Juni 2024, tercatat ada 5.096 pemegang saham, turun sebanyak 611 dari bulan sebelumnya. Pada 31 Mei 2024, jumlah pemegang saham adalah 5.707, juga turun sebanyak 686 dari bulan sebelumnya. Penurunan jumlah pemegang saham ini terus berlanjut, dengan 6.393 pemegang saham pada 30 April 2024 dan 7.673 pemegang saham pada 31 Maret 2024. Jumlah pemegang saham tertinggi dalam periode ini tercatat pada 29 Februari 2024 dengan 6 pemegang saham tambahan dari bulan sebelumnya.
Pendapatan Bersih
Pada kuartal pertama tahun 2024, ALII mencatatkan pendapatan bersih sebesar Rp74 miliar, menurun dari Rp83 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya. Namun, di kuartal kedua 2024, pendapatan bersih meningkat menjadi Rp108 miliar dibandingkan dengan Rp88 miliar pada kuartal kedua 2023. Total pendapatan bersih untuk tahun 2024 diperkirakan akan mencapai Rp363 miliar, meningkat signifikan dari Rp171 miliar pada 2023 dan Rp164 miliar pada 2022.
Valuasi
Rasio harga terhadap pendapatan (PE Ratio) tahunan saat ini berada di angka 14,63. Rasio harga terhadap nilai buku (Price to Book Value) tercatat sebesar 3,19, sedangkan nilai perusahaan terhadap EBITDA (EV to EBITDA) mencapai 35,00. Angka-angka ini menunjukkan bahwa saham ALII diperdagangkan dengan penilaian yang relatif tinggi dibandingkan nilai bukunya, namun dengan potensi keuntungan yang cukup besar.
Per Saham
Pendapatan per saham tahunan (EPS Annualised) saat ini adalah Rp22,97. Selain itu, nilai buku per saham (Book Value per Share) berada di angka Rp105,27, dan kas per saham (Cash per Share) sebesar Rp4,20. Data ini menunjukkan bahwa perusahaan memiliki basis ekuitas yang kuat dan likuiditas yang cukup baik.
Solvabilitas
Rasio lancar (Current Ratio) untuk kuartal ini adalah 0,98 dan rasio cepat (Quick Ratio) 0,97. Rasio utang terhadap ekuitas (Debt to Equity Ratio) berada pada angka 0,23. Angka-angka ini menunjukkan ALII memiliki kemampuan yang cukup untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan aset yang dimilikinya, serta struktur utang yang relatif rendah terhadap ekuitas.
Profitabilitas
Margin laba kotor (Gross Profit Margin) untuk kuartal ini adalah 48,59 persen, sedangkan margin laba operasi (Operating Profit Margin) mencapai 42,67 persen, dan margin laba bersih (Net Profit Margin) sebesar 40,43 persen. Angka-angka ini mengindikasikan ALII mampu mengelola biaya operasional dengan baik dan menjaga tingkat profitabilitas yang sehat.
Laba Rugi
EBITDA tahunan (EBITDA TTM) tercatat sebesar Rp161 miliar, yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi.
Neraca Keuangan
Total aset pada kuartal ini adalah Rp2.406 miliar, dengan kas sebesar Rp66 miliar. Total kewajiban mencapai Rp734 miliar, yang terdiri dari utang jangka pendek sebesar Rp319 miliar dan utang jangka panjang sebesar Rp57 miliar. Total ekuitas perusahaan adalah Rp1.666 miliar. Angka-angka ini mencerminkan posisi keuangan yang solid dengan aset yang cukup besar dibandingkan kewajibannya.
Arus Kas
Selama periode 12 bulan terakhir, PT Ancara Logistics Indonesia Tbk (ALII) tidak merinci arus kas dari operasi, investasi, maupun pendanaan, serta pengeluaran modal (capital expenditure). Oleh karena itu, arus kas bebas (free cash flow) juga tidak tercatat dalam laporan ini.
Pertumbuhan
Pendapatan kuartalan tahun-ke-tahun (YoY) menurun sebesar 11,26 persen, sementara pendapatan sepanjang tahun ini (year-to-date, YTD) turun 3,54 persen. Pendapatan tahunan YoY mengalami penurunan drastis hingga 100 persen.
Sebaliknya, laba bersih kuartalan YoY meningkat 23,12 persen, dan laba bersih YTD naik 6,29 persen. Namun, laba bersih tahunan YoY juga turun 100 persen. Pendapatan per saham (EPS) tahunan YoY turun 100 persen, yang mengindikasikan adanya tantangan signifikan dalam menjaga profitabilitas pada tingkat per saham.
Kinerja Harga Saham
Dalam satu minggu terakhir, harga saham ALII mengalami penurunan sebesar 1,18 persen, dan dalam satu bulan terakhir turun 2,33 persen. Selama tiga bulan terakhir, penurunan harga saham mencapai 7,18 persen. Titik tertinggi harga saham dalam 52 minggu terakhir adalah Rp895, sementara titik terendahnya adalah Rp268.
Kinerja keuangan ALII menunjukkan beberapa tren yang perlu diperhatikan oleh investor. Meski pendapatan bersih kuartal kedua meningkat signifikan dibandingkan tahun sebelumnya, ada penurunan dalam pertumbuhan pendapatan kuartalan dan tahunan, yang menandakan adanya tantangan dalam menjaga stabilitas pendapatan. Penurunan drastis dalam pendapatan tahunan dan EPS juga menjadi indikator kinerja keuangan yang perlu mendapatkan perhatian khusus.(*)