KABARBURSA.COM – Pelemahan tipis saham-saham AS pada Sabtu, 12 Juli 2025, menyeret pasar turun dari rekor tertinggi dan membuat indeks utama di Wall Street ditutup di zona merah untuk pekan ini.
Dilansir dari AP di Jakarta, Sabtu, Indeks S&P 500 melemah 0,3 persen sehari setelah mencetak rekor tertinggi baru. Koreksi mingguan ini menghentikan dua pekan kenaikan beruntun.
Sementara itu, Dow Jones Industrial Average turun 0,6 persen dan Nasdaq Composite melemah 0,2 persen setelah sepanjang hari bergerak dalam rentang sempit antara untung dan rugi. Nasdaq, yang didominasi saham teknologi, juga baru saja mencetak rekor tertinggi pada Kamis.
Pelemahan ini menutup pekan yang bergerak tidak merata, saat pelaku pasar mencermati kebijakan tarif baru dari pemerintahan Trump terhadap mitra dagang seperti Kanada, sekaligus menanti musim laporan keuangan emiten.
Presiden Donald Trump dalam suratnya pada Kamis menyatakan akan menaikkan tarif barang impor dari Kanada menjadi 35 persen. Langkah ini memperlebar jurang hubungan dagang antara dua sekutu lama di Amerika Utara. Surat yang ditujukan kepada Perdana Menteri Kanada Mark Carney itu meningkatkan tarif dari sebelumnya 25 persen yang telah diberlakukan sejak Maret.
Kebijakan tersebut merupakan bagian dari strategi Gedung Putih yang menggunakan ancaman kenaikan tarif untuk menekan negara-negara mitra dagang agar menyepakati perjanjian baru, termasuk dengan mitra dagang dekat seperti Kanada.
Awalnya, pemerintah AS menetapkan batas waktu hingga Rabu bagi negara-negara lain untuk menyepakati perjanjian perdagangan, atau menghadapi lonjakan tarif. Namun, karena baru dua kesepakatan yang tercapai sejak April—masing-masing dengan Inggris dan Vietnam—batas waktu itu diperpanjang hingga 1 Agustus.
Trump juga sempat melontarkan wacana mengenakan tarif hingga 200 persen atas obat-obatan farmasi, serta tarif 50 persen untuk impor tembaga, menyamai tarif pada baja dan aluminium.
Peluncuran awal kebijakan tarif Trump pada musim semi lalu sempat mengguncang pasar keuangan. Namun dalam beberapa pekan terakhir, Wall Street terlihat lebih stabil dengan reli saham yang membawa indeks ke rekor tertinggi. Kondisi ini menunjukkan pasar mulai beradaptasi dengan ketidakpastian arah kebijakan tarif Trump yang kerap berubah cepat. Meski begitu, sebagian pelaku pasar masih tetap waspada.
“Respon pasar terhadap eskalasi tarif Trump minggu ini tergolong mengejutkan—cukup tenang. Pasar tampaknya percaya Trump akan kembali mundur,” tulis Paul Ashworth, Kepala Ekonom Kawasan Amerika Utara di Capital Economics. “Kami tidak begitu yakin.”
Terlepas dari ketidakpastian tersebut, Wall Street kini mengasumsikan skenario dasar berupa tarif 10 persen secara menyeluruh, kata Eric Teal, Chief Investment Officer di Comerica Wealth Management.
“Jika ketegangan ini terus berlanjut, saya rasa sebagian besar dampaknya sudah diperhitungkan pasar,” ujarnya.
Di luar kebijakan dagang, perhatian pasar kini mulai bergeser ke musim laporan keuangan kuartalan yang akan berlangsung dalam beberapa pekan ke depan.
Pada Jumat, saham Levi Strauss melonjak 11,3 persen setelah perusahaan jeans itu melampaui ekspektasi pasar baik dari sisi penjualan maupun laba, sekaligus merevisi naik proyeksi kinerja tahunan, meskipun memperkirakan biaya produksi akan naik akibat tarif.
Saham PriceSmart juga naik 5,3 persen sehari setelah operator gudang grosir itu melaporkan kinerja kuartal III yang solid dan menyatakan sedang menjajaki ekspansi ke pasar Chile.(*)