Logo
>

Saham BBRI Tertahan, Apa yang Sebaiknya Dilakukan Investor?

Saham BBRI konsolidasi, JP Morgan kembali borong 117 juta saham di tengah program BRIVolution dan tekanan sentimen pasar.

Ditulis oleh Yunila Wati
Saham BBRI Tertahan, Apa yang Sebaiknya Dilakukan Investor?
Gedung Bank Rakyat Indonesia. (Foto: Dok BBRI)

Poin Penting :

KABARBURSA.COM - Saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) kembali bergerak dalam rentang sempit di perdagangan Selasa, 23 Juli 2025. 

Harga saham emiten perbankan terbesar ini ditutup melemah 30 poin ke level Rp3.810, atau turun 0,78 persen dibanding penutupan sebelumnya. Sepanjang sesi, harga sempat menyentuh level tertinggi di Rp3.860 dan terendah di Rp3.800.

Meski pelemahan ini relatif kecil, pergerakan saham BBRI mencerminkan suasana pasar yang masih berhati-hati. Tekanan dari sentimen eksternal maupun belum munculnya katalis positif membuat investor cenderung bersikap menunggu.

Dari sisi valuasi, BBRI sebenarnya masih terbilang menarik. Price to Earnings Ratio (PER)-nya saat ini berada di level 9,91, cukup murah untuk bank sekelas BRI. Sementara itu, dividend yield mencapai 9,01 persen, menjadikannya sebagai salah satu saham favorit investor dividen di sektor perbankan.

Namun secara teknikal, tekanan jual masih cukup dominan, terutama jika melihat indikator rata-rata pergerakan harga atau moving average. Dari 12 indikator moving average yang dipantau, 11 mengeluarkan sinyal jual, sementara hanya satu yang merekomendasikan beli. 

Ini menandakan bahwa tren jangka menengah dan panjang saham BBRI masih berada dalam fase melemah.

Berbeda dengan sinyal dari indikator moving average, sejumlah indikator teknikal lainnya justru menunjukkan sinyal campuran. Mengutip Investing, hari ini, Relative Strength Index (RSI) berada di level 46, mengindikasikan kondisi netral. 

Sementara indikator Stochastic dan Stochastic RSI mulai mengarah ke sinyal beli. Meski begitu, indikator MACD dan Ultimate Oscillator masih menunjukkan adanya tekanan jual.

Pasar seolah berada di titik tarik-menarik. Di satu sisi, valuasi dan yield dividen BBRI tetap menjadi daya pikat. Tapi di sisi lain, tekanan teknikal belum sepenuhnya reda. Titik pivot saat ini berada di kisaran Rp3.850, yang menjadi area psikologis penting. 

Jika harga mampu menembus dan bertahan di atas Rp3.870–Rp3.900, maka potensi rebound akan terbuka. Namun, jika tekanan jual terus berlanjut, support kuat terdekat berada di kisaran Rp3.770.

Dengan volatilitas yang masih rendah, yang ditunjukkan oleh indikator ATR di angka 77, pasar tampaknya menunggu momen atau sentimen yang lebih besar sebelum menentukan arah selanjutnya.

Sejauh ini, BBRI masih dipandang sebagai saham defensif dengan jaringan luas dan kinerja fundamental yang relatif stabil. Tapi untuk pelaku pasar jangka pendek, tren teknikal yang belum menguat jelas menjadi pertimbangan penting.

Sampai ada sinyal lebih tegas, baik dari arah kebijakan moneter maupun dari rilis kinerja keuangan kuartal II, saham BBRI kemungkinan masih akan bertahan dalam pola konsolidasi. Pasar menunggu, dan BBRI saat ini masih bermain di zona transisi.

Diserok JP Morgan

Di saat pasar modal global masih diliputi ketidakpastian, dan tensi geopolitik dunia belum benar-benar mereda, langkah mengejutkan datang dari JP Morgan Chase & Co. 

Bank investasi raksasa asal Amerika Serikat ini kembali menambah porsi kepemilikannya di saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. atau BBRI dalam jumlah signifikan.

Sepanjang kuartal II/2025, JP Morgan memborong lebih dari 117 juta saham BBRI. Aksi ini terbilang cukup mencolok, apalagi mengingat bahwa di kuartal sebelumnya, mereka justru melepas lebih dari 500 juta saham. 

Kini, total kepemilikan JP Morgan di saham BBRI tercatat mencapai 1,54 miliar lembar. Pembalikan arah ini memicu pertanyaan besar di kalangan pelaku pasar, apa yang dilihat JP Morgan di BBRI?

Direktur Utama BRI Hery Gunardi menegaskan, perseroan saat ini tengah mempercepat pelaksanaan program BRIVolution Reignite. Program ini menyasar penguatan berbagai lini bisnis, digitalisasi layanan, manajemen risiko yang lebih ketat, serta pengembangan SDM. 

Tujuan besarnya jelas, menjadikan BRI sebagai bank paling menguntungkan di Asia Tenggara pada 2030.

Konsistensi arah ini juga selaras dengan visi pembangunan nasional yang digaungkan pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, terutama dalam agenda Asta Cita. 

BRI, sebagai bank milik negara, tak hanya mengincar pertumbuhan laba, tetapi juga menjalankan peran sebagai agen inklusi keuangan nasional.

Kendati demikian, tantangan tetap ada. Saat ini, BRI sedang menghadapi proses hukum terkait pengadaan mesin EDC periode 2020–2024. Namun, manajemen memastikan komitmen terhadap prinsip tata kelola yang baik tetap dijalankan. 

Langkah ini dianggap penting untuk menjaga kredibilitas perusahaan di mata investor, tanpa mengesampingkan aspek hukum yang harus dihormati.(*)

Disclaimer:
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Yunila Wati

Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79