KABARBURSA.COM - Saham Eropa memulai tahun 2025 dengan catatan positif pada Kamis, 2 Januari 2025, ditopang oleh kinerja kuat sektor energi. Di tengah volume perdagangan yang masih ringan karena libur Tahun Baru, para investor global menganalisis data ekonomi baru dari Amerika Serikat (AS), yang turut memengaruhi pergerakan pasar.
Berdasarkan data dari Reuters, indeks pan-Eropa STOXX 600 naik 0,6 persen menjadi 510,67, membalikkan penurunan kecil di awal sesi. Kinerja indeks ini didukung lonjakan 2,3 persen pada sektor minyak dan gas, yang menjadi pendorong utama.
Kenaikan tersebut seiring dengan lonjakan harga minyak mentah sebesar 2 persen, menyusul pernyataan Presiden China Xi Jinping yang berkomitmen mendorong pertumbuhan ekonomi. Sebagai importir minyak mentah terbesar dunia, China memainkan peran signifikan dalam dinamika pasar energi global.
Lonjakan sektor energi pada indeks STOXX 600 tidak hanya disebabkan oleh komitmen Presiden Xi Jinping, tetapi juga oleh pemulihan permintaan energi global setelah serangkaian langkah stimulus di Asia. Jepang, sebagai salah satu ekonomi terbesar di dunia, baru-baru ini mengumumkan paket stimulus senilai JPY50 triliun untuk mendorong konsumsi domestik dan mengatasi dampak perlambatan perdagangan global.
Selain itu, sektor utilitas dan pertahanan masing-masing mencatatkan kenaikan lebih dari 1,5 persen, memperkuat sentimen positif di pasar. Namun, sektor otomotif dan barang mewah mengalami pelemahan, masing-masing turun lebih dari 0,4 persen.
Meskipun menutup kuartal keempat 2024 dengan penurunan terburuk dalam lebih dari dua tahun, STOXX 600 tetap mencatat kenaikan tahunan sebesar 6 persen. Kinerja positif ini didorong oleh optimisme terhadap pemotongan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed) dan adopsi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) yang mendorong pasar saham global.
Di sisi lain, optimisme terhadap adopsi AI terus mendominasi pasar saham AS. Indeks Nasdaq Composite melonjak 1,2 oersen pada sesi perdagangan pertama 2025, didorong oleh perusahaan teknologi besar seperti NVIDIA dan Alphabet yang masing-masing mencatat kenaikan lebih dari 3 persen.
Kebijakan Presiden Donald Trump yang berfokus pada deregulasi bisnis dan pengurangan pajak korporasi juga dipandang sebagai katalis utama, meskipun beberapa pelaku pasar tetap waspada terhadap dampak inflasioner dari kebijakan proteksionisnya.
Namun, indeks STOXX 600 tertinggal dibandingkan S&P 500, yang melonjak 23,3 persen di tahun yang sama. Faktor-faktor seperti perlambatan ekonomi di Eropa serta ketidakstabilan politik di Jerman dan Prancis menjadi hambatan bagi pasar Eropa.
Di sisi lain, data ekonomi menunjukkan tantangan yang masih dihadapi kawasan euro. Survei menunjukkan aktivitas manufaktur zona euro terus melemah. Indeks Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur zona euro, yang disusun oleh S&P Global, turun ke 45,1 pada Desember 2024, lebih rendah dari estimasi awal dan tetap di bawah level 50 yang memisahkan ekspansi dari kontraksi.
Sebaliknya, data dari AS menunjukkan kekuatan pasar tenaga kerja. Laporan Departemen Tenaga Kerja AS mengungkapkan klaim pengangguran turun secara tak terduga pekan lalu, mengindikasikan ketahanan ekonomi yang kuat. Hal ini turut mendorong kenaikan indeks utama Wall Street pada sesi perdagangan awal tahun.
“Fokus saat ini adalah pada ketahanan ekonomi AS yang terlihat dari penurunan klaim pengangguran secara signifikan,” ujar Susannah Streeter, Kepala Pasar Uang dan Saham di Hargreaves Lansdown.
FTSE 100 Cetak Level Tertinggi Dua Minggu
Di Inggris, indeks FTSE 100 mencatat kenaikan 1,1 persen pada Kamis, 2 Januari 2025, mencapai level tertinggi dalam lebih dari dua minggu sekaligus hari terbaik sejak 22 November 2024. Indeks mid-cap FTSE 250 hampir tidak berubah setelah sempat menyentuh level tertinggi dua minggu di awal sesi.
Kenaikan FTSE 100 dipimpin oleh sektor pertambangan logam mulia, yang melonjak 4,6 persen. Harga emas mencapai level tertinggi dua minggu akibat meningkatnya permintaan aset safe-haven dan turunnya imbal hasil obligasi AS. Sektor energi juga mencatat kenaikan signifikan sebesar 2,2 persen, dengan saham-saham raksasa seperti BP dan Shell masing-masing naik 2,6 persen dan 2,1 persen. Kenaikan harga minyak mentah, yang didorong oleh ekspektasi stimulus tambahan untuk ekonomi China, menjadi faktor utama di balik penguatan sektor ini.
Namun, sektor properti (.FTNMX402020) memimpin penurunan dengan koreksi 0,9 persen, mencerminkan tantangan yang dihadapi industri ini akibat kenaikan pajak dan permintaan domestik yang lemah.
Outlook Ekonomi Inggris di 2025
Sepanjang 2024, FTSE 100 mencatat kenaikan tahunan lebih dari 5 persen, menandai tahun keempat berturut-turut dengan penguatan. Ketahanan ekonomi Inggris yang lebih baik dari ekspektasi dan siklus pelonggaran kebijakan moneter oleh Bank of England (BoE) menjadi pendorong utama kinerja pasar saham.
Namun, BoE menyatakan akan melakukan pemotongan suku bunga secara bertahap. Hal ini dilakukan untuk memantau dampak kebijakan fiskal, seperti kenaikan pajak yang diumumkan Menteri Keuangan Rachel Reeves pada Oktober 2024, terhadap tekanan inflasi. Saat ini, pasar memperkirakan pemotongan suku bunga lebih lanjut hingga lebih dari 59 basis poin pada 2025.
Dengan prospek pertumbuhan ekonomi global yang beragam, investor akan terus mencermati perkembangan data ekonomi dan kebijakan moneter untuk menentukan arah investasi di tahun yang baru. (*)