KABARBURSA.COM - Bursa Eropa ditutup menguat pada perdagangan Selasa, 23 Desember 2025 setelah didorong oleh saham emiten farmasi asal Denmark yaitu Novo Nordisk.
Mengutip Reuters, Indeks STOXX 600 Eropa meningkat 0,4 persen ke level 588,81. Pasar regional utama sebagian besar menguat, dengan indeks acuan di London naik 0,3 persen dan indeks di Prancis turun 0,2 persen.
Saham Novo Nordisk melonjak sebesar 9,2 persen, mencatatkan kenaikan satu hari terbesar sejak Agustus 2023. Hal ini terjadi setelah Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (AS) , menyetujui pil penurun berat badan perusahaan.
Kondisi tersebut memberikan keunggulan bagi Novo Nordisk dalam persaingan memasarkan obat-obatan dan mengembalikan momentum melawan persaingan dari AS. Secara keseluruhan, sektor kesehatan melonjak 1,4 persen, mengungguli sektor-sektor lainnya.
"Persaingan yang mendorong kedua perusahaan ini untuk memberikan yang terbaik bagi konsumen dan akan menjadi dorongan bagi Novo Nordisk, karena perusahaan ini benar-benar kesulitan selama setahun terakhir, mereka perlu memberikan hasil yang memuaskan bagi para investor," kata Danni Hewson, kepala analisis keuangan di AJ Bell.
Adapun saham sektor sumber daya dasar naik 1 persen setelah harga perak menembus harga USD70 per ons untuk pertama kalinya. Sementara itu sektor utilitas naik 0,8 persen.
"Potensi kenaikan harga logam mulia tetap kuat, tetapi kondisi jenuh beli semakin meningkat karena situasinya menjadi sangat spekulatif, khususnya pada perak," kata Daniela Hathorn, analis pasar senior di Capital.com.
"Likuiditas yang tipis selama periode liburan dapat menyebabkan volatilitas meningkat, yang berpotensi memperbesar penurunan pasar jika hal itu terjadi." tambahnya.
Di sisi lain, indikator volatilitas ekuitas zona euro turun 0,36 poin menjadi 14,04, level terendah dalam lebih dari setahun.
Disampaikan, Indeks STOXX 600 berada di jalur yang tepat untuk mencatatkan kinerja tahunan terkuatnya sejak tahun 2021. Hal ini didukung oleh penurunan suku bunga, komitmen belanja fiskal Jerman, dan diversifikasi portofolio dari valuasi saham teknologi AS yang tinggi. (*)