KABARBURSA.COM - Pada sesi I Selasa, 20 Agustus 2024, lima saham yang masuk dalam indeks Morgan Stanley Capital International (MSCI) Small Cap mengalami fluktuasi menarik. Meskipun ada beberapa saham yang terus melesat sejak 13 Agustus lalu, mayoritas saham dalam indeks ini mengalami penurunan di sesi pagi hari ini.
Sekadar informasi, indeks MSCI, yang disusun oleh lembaga riset Morgan Stanley, merupakan acuan utama bagi investor global dalam memilih aset. Indeks ini, termasuk MSCI World Index dan MSCI Emerging Markets Index, mencakup saham dari berbagai negara dan sektor industri. MSCI dikenal karena kemampuannya memberikan imbal hasil yang baik dan sering digunakan sebagai referensi untuk reksadana indeks atau ETF.
Berikut adalah rincian pergerakan saham yang masuk dalam indeks MSCI Small Cap Index per hari ini pukul 09:46 WIB:
- PT Vale Indonesia Tbk (INCO): Mencatatkan kenaikan 1,31 persen ke Rp3.860/unit pada sesi I, meski mengalami penurunan 0,26 persen sejak pengumuman indeks Small Cap MSCI pada 13 Agustus. Namun, kinerja tahun ini masih menunjukkan penurunan sebesar 8,92 persen.
- PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA): Mengalami penurunan tajam sebesar 3,59 persen pada sesi I ke Rp322/saham. Meskipun begitu, sejak pengumuman indeks, saham WIKA menunjukkan kenaikan 21,05 persen, dan secara keseluruhan tahun ini mencatatkan kenaikan signifikan sebesar 60,85 persen.
- PT Aneka Tambang Tbk (ANTM): Mengalami penurunan kecil sebesar 0,34 persen ke harga Rp1.465/unit pada sesi I. Namun, saham ANTM menunjukkan kenaikan 11,83 persen sejak pengumuman indeks, meski secara tahun ini mengalami penurunan 14,37 persen.
- PT MD Entertainment Tbk (FILM): Saham FILM turun 2,06 persen pada sesi I menjadi Rp4.760/unit. Meskipun demikian, sejak pengumuman indeks saham FILM mengalami kenaikan 3,03 persen dan secara tahunan naik 20,45 persen.
- PT Cisarua Mountain Dairy Tbk (CMRY): Mengalami penurunan 0,97 persen pada sesi I menjadi Rp5.125/unit. Namun, saham CMRY masih mencatatkan kenaikan 27,18 persen sepanjang tahun ini meski mengalami penurunan 5,09 persen sejak pengumuman indeks.
Pengaruh MSCI terhadap Saham
Indeks MSCI memiliki pengaruh signifikan terhadap saham yang masuk dalam daftar konstituennya. Masuk atau keluarnya saham dalam indeks MSCI dapat mempengaruhi pergerakan harga saham tersebut karena investor institusi yang menggunakan indeks MSCI sebagai acuan portofolio mereka mungkin melakukan pembelian atau penjualan saham sesuai dengan pembaruan indeks.
Namun, tidak semua pergerakan harga saham yang masuk atau didepak dari MSCI selalu menunjukkan tren jangka panjang. Pergerakan harga dalam jangka pendek bisa dipengaruhi oleh tekanan beli atau jual dari reksadana indeks dan ETF yang mengikuti pembaruan MSCI, tetapi kinerja jangka panjang juga dipengaruhi oleh faktor fundamental dan pasar.
Secara umum, meski ada fluktuasi harga saham pada sesi I, beberapa saham yang masuk ke dalam indeks MSCI Small Cap menunjukkan kinerja yang positif sejak pengumuman indeks, mencerminkan potensi investasi dan pengaruh indeks MSCI terhadap pasar saham di Indonesia.
Produksi Nikel INCO
INCO memproduksi 34.774 ton nikel matte sepanjang semester I 2024. Presiden Direktur Perseroan Vale Indonesia Febriany Eddy mengungkapkan produksi INCO pada semester I 2024 lebih tinggi sebanyak 3 persen dibandingkan dengan produksi pada semester I 2023 yang sebesar 33.691 ton.
“Pertumbuhan ini merupakan hasil dari strategi pemeliharaan yang terencana dan output kalsin yang lebih tinggi pada 2024,” tulis manajemen dalam keterangan resmi.
Febriany mengklaim optimis dengan prospek produksi dan berharap operasi berjalan lancar hingga akhir tahun. Tujuan INCO adalah mencapai target produksi sekitar 70.800 metrik ton nikel dalam matte pada 2024, meningkat dari target tahun lalu.
Kemudian sepanjang kuartal II 2024, INCO mencatatkan penjualan sebesar 17.505 metrik ton nikel matte dan menghasilkan pendapatan sebesar USD248,8 juta. Angka ini menunjukkan peningkatan sebesar 8 persen dibandingkan dengan kuartal I 2024 yang disebabkan oleh harga realisasi rata-rata nikel yang lebih tinggi.
Harga realisasi rata-rata nikel meningkat 12 persen menjadi USD14.214 per ton pada kuartal II 2024, naik dari USD12.651 per ton pada kuartal I 2024.
“Meskipun kondisi pasar yang tidak menentu, kami tetap berkomitmen untuk mengoptimalkan kapasitas produksi, meningkatkan efisiensi, dan mengurangi biaya,” lanjutnya.
Febriany menjelaskan pada semester II 2024, pihaknya akan terus proaktif mendorong inisiatif penghematan biaya untuk memastikan biaya tunai per unit tetap kompetitif dalam upaya menghasilkan margin yang sehat secara berkelanjutan.
Dengan perubahan komposisi pemegang saham baru-baru ini, INCO melihat banyak ruang untuk memanfaatkan inisiatif strategis yang dapat membawa sinergi positif, seperti integrasi upaya pengadaan dalam grup untuk harga komoditas yang lebih baik di mana hal ini merupakan salah satu penggerak biaya terbesar INCO.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.