KABARBURSA.COM - Saham PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) dalam satu bulan terakhir menunjukkan pergerakan positif. Namun, ini datang di tengah tantangan berat yang terus menekan laba bersih perusahaan.
Meskipun beberapa indikator utama mencatatkan peningkatan, laporan keuangan terbaru mengungkapkan kesulitan Indofood dalam mempertahankan profitabilitas. Apakah tren kenaikan ini mampu menutupi tekanan yang ada?
Dalam 30 hari terakhir, saham INDF naik sebesar 5,46 persen, menjadikan harga saham mencapai Rp6.275 per lembar. Peningkatan ini menggambarkan kepercayaan investor yang mulai pulih. Namun, dalam rentang waktu setahun, harga saham masih menunjukkan tren menurun dengan penurunan sebesar 10,04 persen.
Pada kuartal pertama 2024, Indofood melaporkan laba bersih sebesar Rp2,45 triliun, turun dari Rp3,85 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan ini mengisyaratkan awal dari tantangan yang dihadapi perusahaan.
Memasuki kuartal kedua 2024, laba bersih kembali turun drastis menjadi Rp1,40 triliun, atau anjlok sekitar 42,7 persen dibandingkan kuartal pertama. Ini menunjukkan bahwa tekanan yang dialami Indofood semakin meningkat dalam waktu yang singkat.
Secara tahunan, laba bersih diproyeksikan mencapai Rp7,70 triliun untuk tahun 2024, masih di bawah capaian tahun 2023 yang sebesar Rp8,14 triliun.
Kinerja Saham INDF
Valuasi saham Indofood saat ini menunjukkan price-to-earnings ratio (PER) tahunan sebesar 7,15, yang berarti harga saham relatif lebih murah jika dibandingkan dengan laba yang dihasilkan perusahaan. Forward PE ratio tercatat lebih rendah di angka 5,35, mengindikasikan ekspektasi pasar bahwa kinerja perusahaan akan lebih baik di masa mendatang. Dengan price-to-book value (PBV) sebesar 0,90, saham INDF diperdagangkan di bawah nilai buku perusahaan, yang dapat dianggap sebagai indikasi undervalued.
Indofood memiliki laba per saham (EPS) trailing twelve months (TTM) sebesar Rp732,88, sedangkan nilai buku per saham saat ini berada di Rp6.943,42. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan memiliki nilai intrinsik yang kuat, meskipun kinerja keuangannya belum sepenuhnya tercermin dalam harga saham.
Indofood Sukses Makmur mencatatkan current ratio sebesar 1,79 pada kuartal terakhir, yang menunjukkan bahwa perusahaan memiliki aset lancar yang cukup untuk menutupi kewajiban jangka pendeknya. Quick ratio yang berada di angka 1,39 menunjukkan likuiditas yang memadai, di mana aset likuid perusahaan hampir mendekati kewajiban lancarnya. Dengan debt to equity ratio sebesar 1,21, perusahaan memiliki hutang yang lebih tinggi dibandingkan dengan ekuitasnya, tetapi masih dalam batas yang dapat diterima.
Dari sisi profitabilitas, Indofood berhasil mencatatkan return on assets (ROA) sebesar 3,20 persen, yang menunjukkan efisiensi perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dari aset yang dimiliki. Return on equity (ROE) tercatat sebesar 10,56 persen, menunjukkan pengembalian yang sehat kepada pemegang saham.
Gross profit margin pada kuartal terakhir mencapai 35,07 persen, yang mencerminkan kemampuan perusahaan dalam mengelola biaya produksi. Selain itu, operating profit margin dan net profit margin masing-masing sebesar 20,12 persen dan 5,30 persen, menunjukkan bahwa perusahaan masih mampu menghasilkan laba operasional yang baik meskipun menghadapi tekanan dari berbagai faktor eksternal.
Indofood memberikan dividen sebesar Rp267 per saham untuk trailing twelve months (TTM) dengan dividend yield sebesar 4,25 persen. Payout ratio yang hanya mencapai 30,41 persen menunjukkan bahwa perusahaan masih menyimpan sebagian besar laba untuk reinvestasi atau cadangan. Tanggal ex-dividend terbaru adalah 9 Juli 2024, yang menandakan bahwa pemegang saham yang memiliki saham sebelum tanggal tersebut berhak menerima dividen.
Dalam laporan laba rugi, Indofood mencatat pendapatan (revenue) sebesar Rp112,91 triliun untuk TTM, dengan gross profit sebesar Rp38,55 triliun. Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization atau EBITDA tercatat sebesar Rp26,441 triliun, yang menunjukkan profitabilitas operasional perusahaan. Sementara itu, laba bersih (net income) untuk TTM mencapai Rp6,435 triliun, mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan keuntungan bersih meskipun ada fluktuasi dalam pendapatan.
Dalam neraca keuangan, perusahaan mencatatkan total aset sebesar Rp201,18 triliun dengan total kewajiban sebesar Rp98,26 triliun. Hutang jangka pendek tercatat sebesar Rp25,02 triliun, sementara hutang jangka panjang sebesar Rp48,99 triliun. Total ekuitas perusahaan mencapai Rp60,96 triliun, yang menunjukkan posisi keuangan yang cukup kuat meskipun ada utang yang signifikan.
Dari sisi arus kas, Indofood mencatatkan arus kas dari operasi (cash from operations) sebesar Rp19,597 triliun untuk TTM. Arus kas dari investasi (cash from investing) tercatat negatif sebesar Rp11,95 triliun, yang menunjukkan pengeluaran besar untuk pembelian aset atau investasi lainnya.
Arus kas dari pembiayaan (cash from financing) juga negatif sebesar Rp2,00 triliun, yang menunjukkan pengurangan hutang atau pembayaran dividen. Free cash flow untuk TTM tercatat sebesar Rp14,24 triliun, yang menunjukkan bahwa perusahaan memiliki likuiditas yang cukup untuk menutupi pengeluaran modal dan keperluan lainnya.
Pertumbuhan pendapatan kuartal tahunan (year-over-year growth) sebesar 3,76 persen, sementara untuk year-to-date (YTD) tumbuh sebesar 2,16 persen. Namun, pertumbuhan laba bersih menunjukkan penurunan, dengan penurunan tahunan sebesar 18,18 persen dan year-to-date sebesar 30,76 persen. Meskipun demikian, secara tahunan, laba bersih dan EPS menunjukkan pertumbuhan yang positif sebesar 28,12 persen dan 28,11 persen, mengindikasikan perbaikan kinerja yang dapat menjadi indikasi positif di masa depan. (*)