Logo
>

Saham INKP Terbanyak Dibeli Asing Pekan ini, Cek Kinerjanya

Ditulis oleh KabarBursa.com
Saham INKP Terbanyak Dibeli Asing Pekan ini, Cek Kinerjanya

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup pekan ini dengan cemerlang, tetap berada di zona hijau sepanjang perdagangan.

    Menurut data dari Bursa Efek Indonesia (BEI) yang dihimpun melalui RTI Business, IHSG melonjak 22,58 poin atau sekitar 0,30  persen hingga mencapai level 7.432,09 pada penutupan perdagangan hari Jumat 16 Agustus 2024 lalu.

    Terpantau PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP) Rp 253,39 miliar terbanyak dibeli asing dalam perdagangan saham akhir pekan Jumat 16 Agustus 2024.

    Harga saham PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP), entitas di bawah naungan Grup Sinar Mas, sempat terjun bebas sebesar 16,6 persen dalam tiga bulan terakhir di tahun 2023. Kemerosotan ini sejalan dengan hasil mengecewakan perseroan di kuartal III-2023, di mana laba bersih mereka merosot tajam sebesar 61,3 persen (qoq) menjadi hanya USD 52,3 juta.

    Secara umum, anjloknya kinerja Indah Kiat pada periode tersebut disebabkan oleh pemulihan segmen pulp yang tak sesuai ekspektasi. Harga jual rata-rata pulp di pasar global masih stagnan di level rendah, sementara margin segmen kertas perusahaan mengalami penurunan signifikan.

    Kendati demikian, ada harapan bagi INKP untuk bangkit pada kuartal IV-2023. Investment Analyst dari Stockbit, Theodorus Melvin, memperkirakan margin laba kotor (GPM) INKP bisa kembali ke kisaran 30-35 persen, setelah sebelumnya anjlok ke level 26,6 persen di kuartal III. Pemulihan ini akan didorong oleh ekspansi margin.

    Kenaikan harga pulp yang mencapai lebih dari 10 persen (qoq), dengan harga jual rata-rata kini di level USD600 per ton. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan kuartal II dan III-2023. Langkah strategis APP Indonesia, induk usaha INKP, yang berencana menaikkan harga jual kertas sebesar USD 80 per ton pada 18 Oktober dan 23 November 2023.

    Di tahun ini, INKP juga diprediksi akan mencatatkan peningkatan volume penjualan kertas industri sebesar 16 persen (yoy), seiring rampungnya pembangunan pabrik baru, sesuai rencana manajemen.

    Selain itu, harga pulp pada 2024 diperkirakan akan berada di kisaran USD 540-660 per ton, didorong oleh aksi wait and see para pelaku pasar serta kecenderungan harga pulp yang sulit bertahan di bawah level USD 500 per ton.

    Dari sudut pandang valuasi, koreksi harga saham dalam tiga bulan terakhir membuat valuasi INKP pada 4 Januari 2024 berada di titik menarik. Saat ini, INKP diperdagangkan dengan rasio P/E sebesar 5,43 kali, sedikit di atas -1 standar deviasi (SD) dari rata-rata historis lima tahunnya.

    Sejumlah risiko mengintai INKP, termasuk lonjakan pasokan dari produsen global yang berpotensi menekan harga pulp, serta kenaikan harga kayu sebagai bahan baku utama yang dapat memangkas margin laba perseroan.

    “Meski laba bersih merosot pada kuartal III-2023, kami optimis INKP mampu memenuhi target laba bersihnya sepanjang 2023,” ungkap Melvin.

    Hingga kuartal III-2023, INKP berhasil mencatatkan pendapatan sebesar Rp 41,6 triliun atau setara dengan USD2,7 miliar. Angka ini mewakili 76 persen dari estimasi konsensus untuk 2023, yakni sebesar Rp 55,1 triliun atau USD3,5 miliar. Laba bersih mencapai Rp 4,97 triliun atau USD321 juta, yang setara dengan 78 persen dari proyeksi laba bersih tahun ini sebesar Rp 6,4 triliun atau USD412 juta.

    Pemulihan harga pulp di kuartal IV-2023 diperkirakan lebih tinggi dibandingkan kuartal II-2023, yang menjadi alasan utama pihaknya yakin kinerja INKP di kuartal IV dapat sebanding dengan kinerja kuartal II-2023, bahkan melampaui ekspektasi konsensus.

    Kinerja INKP di kuartal IV-2023 setara dengan kuartal II, maka laba bersih INKP pada 2023 bisa mencapai USD 456,2 juta. Jumlah ini akan melampaui proyeksi konsensus yang memperkirakan laba bersih INKP di angka USD 412,4 juta.

    Tim Riset Sinarmas Sekuritas Juni 2024 lalu mencatat, kinerja INKP di kuartal pertama 2024 cukup terbantu oleh keuntungan signifikan dari valuta asing. Laba bersih perusahaan mencapai USD131 juta, turun tipis 2 persen secara tahunan (YoY) namun melonjak 44 persen secara triwulanan (QoQ).

    Pendapatan di sisi top line mengalami penurunan 24 persen YoY akibat penurunan volume penjualan dan harga jual rata-rata (ASP), yang masing-masing turun 10 persen dan 15 persen YoY. Namun, pendapatan triwulanan naik 2 persen QoQ berkat kenaikan ASP sebesar 5 persen QoQ, meskipun volume penjualan turun 4 persen QoQ.

    Dari perspektif profitabilitas, meski margin laba kotor (GPM) dan margin laba usaha (OPM) menyempit, margin bersih (NPM) justru meningkat 360 basis poin pada kuartal I-2024. Peningkatan ini dipicu oleh keuntungan nilai tukar asing sebesar USD 40 juta, berbalik dari kerugian USD58 juta di periode yang sama tahun lalu.

    Pemulihan bertahap tercermin dalam pendapatan segmen pulp dan kertas budaya yang menurun 26 persen YoY, namun naik 1 persen QoQ. Pendapatan dari segmen kertas industri dan tisu juga turun 18 persen YoY, tetapi bertambah 3 persen QoQ.

    Sementara itu, ASP yang meningkat 5 persen QoQ memperlebar margin laba kotor di setiap segmen. Segmen pulp dan kertas budaya mencatat peningkatan margin sebesar 230 basis poin, sedangkan industri kertas dan tisu mengalami peningkatan 270 basis poin.

    Produksi keseluruhan tetap stabil, naik 1 persen baik secara tahunan maupun triwulanan pada kuartal I-2024. Namun, beberapa segmen menunjukkan pertumbuhan berbeda: produksi kertas budaya dan tisu meningkat masing-masing 8 persen dan 6 persen YoY, sementara produksi pulp turun tipis 2 persen YoY.

    Sinarmas Sekuritas tetap percaya diri dengan prospek INKP, karena kinerja operasional dan harga jualnya masih sesuai proyeksi. Selain itu, harga pulp terus menanjak dengan rata-rata mencapai USD881 per ton pada April dan Mei, dibandingkan USD827 per ton di kuartal pertama 2024.

    INKP juga memperluas kapasitas produksi kertas industrinya menjadi 3,9 juta ton per tahun melalui pabrik Karawang. Progres pembangunan, menurut perusahaan, sudah sesuai jadwal dan diharapkan beroperasi pada semester pertama 2025.

    Sinarmas Sekuritas mempertahankan rekomendasi Beli untuk INKP dengan target harga Rp 14.700 per saham. Risiko terbesar bagi perusahaan adalah harga pulp yang lebih rendah dari perkiraan, penurunan volume penjualan, serta potensi keterlambatan dalam ekspansi operasional.

    Investment Analyst Stockbit, Theodorus Melvin, menilai kinerja INKP melemah secara tahunan, namun hal ini sudah diprediksi pasar mengingat tingginya basis perbandingan di kuartal pertama 2023 akibat lonjakan harga komoditas.

    Menurut Melvin, kenaikan harga jual kuartalan telah mendongkrak seluruh margin INKP, didorong oleh kenaikan harga rata-rata pulp sebesar 7 persen QoQ ke level USD656 per ton pada kuartal pertama 2024.

    "Kami optimis kinerja Pulp & Paper akan tetap solid hingga pertengahan tahun ini, seiring dengan harga pulp yang telah melampaui level USD700 per ton di kuartal kedua 2024," tutup Melvin dalam laporannya pada Rabu 10 Juli 2024.

    IHSG Sepekan 

    Secara kumulatif, IHSG mencatatkan kenaikan sebesar 2,41 persen selama sepekan terakhir. Volume perdagangan saham di BEI pada hari Jumat mencapai 18,65 miliar dengan total transaksi senilai Rp 10,70 triliun. Sebanyak 331 saham mengalami kenaikan, sementara 225 saham melemah, dan 235 saham tidak berubah posisinya.

    Investor asing pun melanjutkan aksi beli bersih (net buy) dengan nilai mencapai Rp 770,25 miliar di seluruh pasar. Selama sepekan terakhir, net buy asing tercatat mencapai angka fantastis sebesar Rp 2,63 triliun.

    Namun, meskipun IHSG menguat, ada juga beberapa saham yang justru menjadi target penjualan investor asing dalam sepekan terakhir.

    Berikut 10 saham dengan net sell terbesar oleh asing selama sepekan:

    1. PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP) Rp 253,39 miliar
    2. PT Astra International Tbk (ASII) Rp 102,18 miliar
    3. PT United Tractors Tbk (UNTR) Rp 47,83 miliar
    4. PT Map Aktif Adiperkasa Tbk (MAPA) Rp 40,84 miliar
    5. PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) Rp 34,67 miliar
    6. PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) Rp 29,75 miliar
    7. PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) Rp 29,72 miliar
    8. PT Tempo Scan Pacific Tbk (TSPC) Rp 28,47 miliar
    9. PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) Rp 22,55 miliar
    10. PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) Rp 13,42 miliar. (*)
    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi