KABARBURSA.COM – Direktur Utama PT Maha Mandiri Herindo Adiperkasa Tbk, berkode emiten MAHA, Yenny Hamidah Koean, memborong 11,25 juta saham MAHA di pasar regular. Aksi yang diumumkan lewat keterbukaan informasi ini dilakukan pada 12 Desember 2025, di harga rata-rata Rp178 per saham.
Untuk aksinya ini, Yenny merogoh dana sebesar Rp2 miliar. Aksi borong saham ini bersifat kumulatif dan dilakukan secara terbuka. Dengan demikian, kini kepemilikan saham Yenny di MAHA sebanyak 9.0569 persen dari sebelumnya 8,9894 persen total saham yang beredar.
Secara nominal, nilai transaksi tersebut memang tidak besar dibanding kapitalisasi emiten berfundamental baik. Namun dalam konteks MAHA yang bergerak di saham berlikuiditas terbatas, pembelian langsung oleh direktur utama menjadi sinyal yang menarik. Bisa dikatakan, ini bukan sekadar penambahan administratif, melainkan keputusan personal manajemen puncak untuk menambah eksposur di harga pasar, bukan melalui mekanisme insentif atau aksi korporasi khusus.
Pernyataan bahwa transaksi dilakukan murni untuk tujuan investasi, tanpa niat menjadi pengendali, menegaskan bahwa langkah ini lebih mencerminkan keyakinan terhadap nilai saham ketimbang manuver struktural.
MAHA Melonjak 5,78 Persen
Respons pasar terhadap aksi ini cukup cepat. Pada perdagangan sesi pertama hari ini, saham MAHA melonjak 5,78 persen ke level 183, dari harga penutupan sebelumnya di 173. Harga dibuka di 173 dan sempat bergerak hingga level tertinggi 193 sebelum bertahan di kisaran 180-an.
Rentang pergerakan yang cukup lebar, dari 170 hingga 193, menunjukkan meningkatnya volatilitas seiring masuknya minat beli baru. Nilai transaksi mencapai Rp19,2 miliar dengan volume sekitar 1,04 juta lot, jauh lebih aktif dibanding hari-hari biasa, menandakan bahwa informasi aksi insider langsung diterjemahkan pasar sebagai katalis jangka pendek.
Harga rata-rata transaksi harian berada di sekitar 184, sedikit di atas harga pembelian Yenny di 178. Ini mengindikasikan bahwa mayoritas pelaku pasar masuk setelah kabar transaksi manajemen tersebar, dan bersedia membeli di level yang lebih tinggi.
Namun, fakta bahwa harga sempat menyentuh 193 lalu turun kembali ke 183 juga menunjukkan adanya aksi ambil untung cepat, khas saham berkapitalisasi kecil yang sensitif terhadap sentimen.
Saham Tambang dengan Volatilitas Tinggi
PT Maha Mandiri Herindo Adiperkasa Tbk (MAHA) adalah sebuah perseroan yang telah lama beroperasi di sektor jasa penunjang pertambangan. Didirikan sejak 1994, MAHA memiliki landasan hukum dan operasional yang matang, dengan fokus bisnis yang relatif spesifik, yakni jasa pengangkutan batu bara pasca kegiatan overburden removal.
Model bisnis ini menempatkan MAHA sebagai bagian penting dalam rantai produksi tambang, karena aktivitas hauling menjadi penentu kelancaran distribusi batu bara dari pit menuju fasilitas berikutnya.
Operasi yang tersebar di Kalimantan Utara, Timur, dan Tengah, ditopang oleh workshop serta gudang sentral di Balikpapan, memberi indikasi bahwa perseroan memiliki kesiapan aset dan infrastruktur untuk melayani kontrak jangka menengah hingga panjang.
Dari sisi karakter usaha, MAHA bergerak di segmen yang sangat bergantung pada volume produksi batu bara kliennya. Variasi armada yang dimiliki, mulai dari single trailer, double trailer, hingga dump truck dengan kapasitas berbeda, menunjukkan fleksibilitas operasional.
Namun di saat yang sama, model bisnis ini membuat kinerja perseroan sensitif terhadap siklus komoditas batubara, tingkat aktivitas tambang, serta efisiensi biaya operasional, terutama bahan bakar dan perawatan alat berat.
Artinya, stabilitas pendapatan lebih ditentukan oleh kesinambungan kontrak dan volume kerja, bukan oleh harga batubara secara langsung.
Dinamika tersebut tercermin pada pergerakan historis saham MAHA dalam beberapa pekan terakhir. Sejak akhir November hingga pertengahan Desember, saham ini menunjukkan volatilitas yang sangat tinggi. Harga bergerak dari kisaran 141–143 di akhir November dan awal Desember, relatif datar dengan nilai transaksi yang kecil.
Periode ini mencerminkan minimnya minat pasar dan likuiditas yang tipis, tipikal saham jasa penunjang tambang berkapitalisasi kecil yang belum menjadi fokus utama investor.
Perubahan signifikan terjadi pada 9 Desember, ketika harga melonjak tajam ke level 193 atau naik hampir 35 persen dalam satu hari, disertai lonjakan nilai transaksi hingga ratusan miliar rupiah. Lonjakan ekstrem ini menandai masuknya minat spekulatif yang kuat, kemungkinan dipicu oleh kombinasi sentimen sektoral, rumor, atau ekspektasi tertentu yang belum sepenuhnya terkonfirmasi secara fundamental.
Setelah lonjakan tersebut, harga tidak mampu bertahan dan mengalami koreksi cepat, turun ke 180 pada 10 Desember dan berlanjut ke 177 dan 173 dalam dua hari berikutnya. Koreksi ini menunjukkan bahwa kenaikan sebelumnya terlalu cepat dan belum ditopang oleh basis pembeli yang kuat.
Menariknya, pada 15 Desember harga kembali menguat ke 183 dengan kenaikan 5,78 persen, beriringan dengan meningkatnya nilai transaksi. Penguatan ini terjadi setelah pasar mengetahui adanya aksi pembelian saham oleh Direktur Utama perseroan.
Secara historis, pola ini menggambarkan bahwa MAHA saat ini berada dalam fase yang sangat sensitif terhadap katalis non-operasional. Pergerakan harga tidak membentuk tren yang stabil, melainkan bergerak dalam lonjakan-lonjakan tajam yang kemudian diikuti koreksi, mencerminkan dominasi pelaku jangka pendek.(*)