Logo
>

Saham Meroket 1.000 Persen dalam Tiga Bulan, Siapa di Balik RISE?

Dalam tiga bulan RISE naik 1.006 persen, jauh di atas MA200 dan diborong bukan oleh institusi besar.

Ditulis oleh Syahrianto
Saham Meroket 1.000 Persen dalam Tiga Bulan, Siapa di Balik RISE?
Lonjakan harga saham PT Jaya Sukses Makmur Sentosa Tbk (RISE) dalam tiga bulan terakhir memasuki zona yang sulit dijelaskan oleh katalis fundamental. (Foto: Dok. TanRise)

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM – Lonjakan harga saham PT Jaya Sukses Makmur Sentosa Tbk (RISE) dalam tiga bulan terakhir memasuki zona yang sulit dijelaskan oleh katalis fundamental. 

    Berdasarkan data pergerakan harga, RISE mencatat kenaikan 1.006,64 persen sejak Agustus 2025, menjadikannya saham dengan return terbesar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode tersebut. 

    Eskalasi harga yang ekstrem ini juga terlihat dari posisi moving average (MA), di mana harga berada jauh di atas seluruh indikator teknikal. 

    MA20 berada di 10.346, MA50 di 6.587, MA100 di 3.819, dan MA200 di 2.426, sehingga gap antara harga dengan MA100 mencapai lebih dari 418 persen, menunjukkan pola parabolic rally yang jarang terjadi pada saham berkapitalisasi kecil.

    Pergerakan harian pada sesi 21 November 2025 kembali menambah anomali pergerakan saham ini. RISE ditutup menguat ke 11.675, naik 4,94 persen, dengan volume 1,14 juta saham, sedikit di bawah rata-rata 1,34 juta. Harga sempat menyentuh 12.050, sebelum ditarik turun dan kembali ditutup naik, pola yang dalam banyak kasus menggambarkan struktur harga yang dikendalikan oleh pelaku besar. 

    Orderbook hari itu juga menunjukkan antrean tipis, hanya 4.765 lot di sisi bid dan 5.234 lot di sisi offer, dengan banyak transaksi kecil 1–5 lot yang tersebar di berbagai level harga. 

    Data broker summary harian memperlihatkan bahwa penguatan RISE tidak didorong oleh investor institusi besar maupun pelaku asing. 

    Pembelian terbesar justru berasal dari broker berbasis ritel, yakni Stockbit Sekuritas Digital (XL) dengan nilai beli Rp1,5 miliar dan Mirae Asset Sekuritas Indonesia (YP) dengan Rp1,3 miliar. Di sisi lain, pelepasan terbesar dilakukan oleh Lotus Andalan Sekuritas (YJ) sebesar Rp849 juta dan Mandiri Sekuritas (CC) sebesar Rp489,7 juta. 

    Sisi aliran dana juga menunjukkan pola yang berbeda dari saham-saham berfundamental kuat. Investor asing mencatat net sell Rp404,27 miliar pada hari yang sama, dengan foreign buy hanya Rp2,48 miliar dan foreign sell Rp2,88 miliar.

    Komposisi transaksi memperlihatkan dominasi domestik sebesar 79,72 persen, sementara asing hanya berkontribusi 20,28 persen, sinyal kuat bahwa pergerakan RISE bukanlah hasil dari arus modal institusi global.

    Jika diperluas ke periode tiga bulan, data broker summary memberikan gambaran lebih jelas mengenai siapa yang berada di balik lonjakan RISE. 

    Dalam rentang 21 Agustus hingga 21 November 2025, broker ritel kembali mendominasi akumulasi. Stockbit (XL) menjadi pembeli terbesar dengan nilai beli Rp30,3 miliar pada harga rata-rata Rp10.437, diikuti Mirae Asset (YP) dengan Rp14,9 miliar pada rata-rata Rp9.453. 

    Broker lain yang masuk dalam daftar lima besar pembeli adalah Indo Premier (PD) sebesar Rp8,1 miliar, Ajaib (XC) sebesar Rp7,3 miliar, dan Semesta Indovest (MG) sebesar Rp6,8 miliar. Tidak ada broker asing dalam lima besar pembeli RISE.

    Sebaliknya, pelepasan terbesar justru berasal dari broker institusi besar. Sucor Sekuritas (AZ) tercatat menjual Rp38,7 miliar RISE dengan harga rata-rata Rp6.969, disusul Lotus (YJ) yang melepas Rp23,6 miliar, UOB Kay Hian (AI) sebesar Rp12 miliar, serta Pacific 2000 Sekuritas (IH) sebesar Rp8,9 miliar. Pola ini menunjukkan bahwa akumulasi ritel yang masif justru dimanfaatkan institusi untuk melakukan distribusi dalam jumlah besar.

    Sementara itu, dari sisi teknikal, lonjakan harga dalam tiga bulan terakhir tidak diikuti oleh lonjakan volume yang sebanding. Nilai transaksi harian RISE pada 21 November tercatat Rp13,2 miliar, angka yang sangat besar dibanding total nilai transaksi historis yang tercatat dalam tabel moving average periode tiga bulan. 

    Kombinasi antara dominasi broker ritel, arus keluar dari institusi besar, tekanan jual asing, orderbook dangkal, dan posisi harga yang terlampau jauh dari seluruh indikator teknikal menghasilkan satu kesimpulan utama. 

    Pergerakan RISE dalam tiga bulan terakhir lebih mencerminkan aktivitas pengendalian harga oleh pelaku besar domestik dengan eksekusi melalui broker ritel, ketimbang akumulasi berbasis fundamental atau katalis korporasi. 

    Kenaikan ekstrem yang tidak ditopang oleh arus institusional, likuiditas alami, ataupun perubahan struktural pada bisnis perusahaan mengandung risiko koreksi yang juga bersifat ekstrem apabila aliran dana berubah arah.

    Dalam situasi seperti ini, investor biasanya berhadapan dengan dinamika harga yang tidak mengikuti kondisi pasar secara umum. Ketika institusi telah melakukan distribusi dan asing terus mencatat net sell, keberlanjutan tren harga sepenuhnya bergantung pada kemampuan pelaku utama mempertahankan struktur bid–offer. 

    Dengan volatilitas tinggi, spread sempit, dan permintaan yang didominasi ritel, RISE kini berada di fase di mana setiap perubahan kecil pada aliran dana dapat menciptakan perubahan harga yang besar. Pola pergerakan dalam beberapa pekan ke depan akan menjadi penentu apakah RISE memasuki fase normalisasi atau tetap melanjutkan pola paraboliknya. (*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Syahrianto

    Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

    Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

    Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

    Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.