Logo
>

Saham PGAS Nyungsep di 9,43 Persen, Ada Indikasi Korupsi?

Ditulis oleh Yunila Wati
Saham PGAS Nyungsep di 9,43 Persen, Ada Indikasi Korupsi?

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - PT Perusahaan Gas Negara (PGAS) Tbk sedang tidak baik-baik saja. Saham salah satu perusahaan terkemuka di Indonesia dalam industri gas ini nyungsep hingga 9,43 persen. Ada dugaan ketidakstabilan emiten jagoan Leo Kheng Hong ini terindikasi dugaan korupasi. Benarkah demikian?

    PGAS saat ini sedan menjadi pusat perhatian karena berbagai peristiwa yang mempengaruhi kinerja dan reputasi perusahaan, termasuk di antaranya adalah penurunan signifikan harga saham, pembagian dividen, dan penyelidikan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terkait dugaan korupsi dalam transaksi jual beli gas.

    Pada hari ini, harga saham PGN mengalami penurunan sebesar 9,43 persen menjadi Rp1.440 per saham pada penutupan perdagangan sesi I. Penurunan terjadi seiring dengan tanggal ex-dividen perseroan di pasar reguler dan pasar negosiasi. Pembagian dividen merupakan hal yang dinanti-nantikan oleh para pemegang saham, termasuk investor seperti Lo Kheng Hong, yang memiliki strategi investasi yang cermat dan terukur.

    Dividen tahun buku 2023 yang akan dibagikan oleh PGN mencapai US$ 222,43 juta atau sekitar Rp3,5 triliun, setara dengan Rp148,30 per saham. Dengan kepemilikan saham sebanyak 149.978.100 (0,62 persen) pada 30 April 2024, Lo Kheng Hong berpotensi menerima dividen sebesar Rp22,2 miliar dari PGN.

    Namun, suasana optimisme ini terganggu oleh penyelidikan yang dilakukan oleh KPK terkait dugaan korupsi dalam transaksi jual beli gas di PGN. Penyelidikan ini melibatkan sejumlah lokasi di DKI Jakarta, Tangerang Selatan, Kota Bekasi, dan Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Pada 28-29 Mei 2024, KPK melakukan penggeledahan terhadap empat kantor perusahaan dan tiga rumah pribadi para pihak terkait. Hasil penggeledahan ini menghasilkan sejumlah bukti yang diduga terkait dengan kasus tersebut, termasuk dokumen-dokumen transaksi, kontrak, dan mutasi rekening bank.

    KPK mengindikasikan bahwa terdapat kerugian keuangan negara dalam transaksi jual beli gas tersebut, yang diperkirakan mencapai ratusan miliar rupiah. Meskipun belum ada angka konkret yang dihasilkan dari penyelidikan, KPK telah menyatakan bahwa kerugian tersebut diperkirakan mencapai ratusan miliar rupiah.

    Kondisi ini menunjukkan bahwa PGN sedang menghadapi tantangan serius, baik dari sisi performa saham maupun isu-isu hukum yang sedang diselidiki. Investor dan pemegang saham tentunya akan mengikuti perkembangan situasi ini dengan seksama, karena hal ini dapat berdampak signifikan terhadap nilai saham dan keberlanjutan bisnis perusahaan.

    Di samping itu, transparansi dan akuntabilitas dalam melakukan transaksi bisnis menjadi kunci penting bagi perusahaan untuk mempertahankan kepercayaan investor dan stakeholders. Mereka harus menunjukkan komitmen mereka untuk bersih dari praktik korupsi dan menjalankan bisnis dengan etika yang tinggi. Dengan demikian, PGN dapat mengatasi tantangan ini dan membangun kembali kepercayaan pasar serta melanjutkan kontribusinya dalam industri gas di Indonesia.

    Bagikan Deviden Hingga Rp3,6 Triliun

    PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) telah mengambil langkah penting dengan mengumumkan pembagian dividen kepada para pemegang sahamnya sebagai hasil dari Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan Tahun Buku 2023 pada 30 Mei 2024. Dividen yang diumumkan sebesar USD222,43 juta berasal dari laba bersih tahun 2023 yang mencapai USD278,09 juta. Dalam konteks kurs mata uang lokal, dividen tersebut setara dengan sekitar Rp3,6 triliun dengan kurs Rp16.265 per dolar AS. Kenaikan dividen per saham menjadi Rp148 dari Rp141 per lembar saham pada tahun sebelumnya mencerminkan kinerja perusahaan yang stabil.

    Meskipun tahun 2023 diwarnai dengan tantangan ketidakpastian dan dinamika industri yang berdampak pada kinerja perusahaan, PGN tetap teguh dalam upayanya untuk memperkuat posisinya sebagai pemain utama dalam penyediaan gas bumi. Strategi ini terfokus pada pengelolaan gas bumi yang optimal, peningkatan konektivitas infrastruktur, dan diversifikasi bisnis.

    Data keuangan yang diumumkan menunjukkan capaian yang positif, dengan pendapatan mencapai USD3,65 miliar, laba operasi sebesar USD542,42 juta, dan laba bersih mencapai USD278,1 juta. Pertumbuhan volume pengelolaan gas PGN juga menggembirakan, dengan volume niaga gas dan TUA naik 6 persen menjadi 977 BBTUD, sementara pengaliran gas bumi melalui pipa transmisi meningkat 8 persen menjadi 1.458 MMSCFD.

    PGN juga sukses dalam mengembangkan layanan baru. Portofolio usaha Subholding Gas Grup mencatat pertumbuhan yang signifikan, terutama dalam transportasi minyak yang tumbuh 305 persen menjadi 56,86 MMBOE. Volume regasifikasi dan pemrosesan LPG juga meningkat secara signifikan.

    Langkah penting lainnya adalah masuknya PGN ke dalam layanan LNG untuk mendukung keberlanjutan gas bumi dalam negeri. Hal ini tercermin dalam penambahan pasokan gas dari regasifikasi LNG pada bulan Mei 2024. Dengan demikian, PGN telah menetapkan landasan yang kuat untuk terus berkembang dan menyediakan solusi gas bumi yang handal dan berkelanjutan bagi pasar domestik.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79