KABARBURSA.COM - Saham PTRO atau PT Petrosea Tbk pada Jumat, 10 Januari 2025, tampak terbang tinggi. Saham naik 10,03 persen atau setara dengan 300 poin. Saat ini, saham PTRO diperdagangkan di level Rp3.400.
Kabarnya, melesatnya saham PTRO disebabkan kontrak jumbo yang baru diperoleh. Perusahaan yang dikendalikan oleh taipan Prajogo Pangestu ini sedang melakukan proses signing untuk kontrak baru. Kontrak tersebut merupakan kerja sama besar dengan PT Vale Indonesia atau INCO.
Sebuah sumber mengungkap, kontrak baru tersebut berkaitan dengan penyediaan jasa pertambangan untuk tambang di Bahadopi, Sulawesi Tengah. Nilainya sangat fantastis, mencapai USD1 miliar atau setara sekitar Rp16,2 triliun.
Kesepakatan ini diproyeksikan berlaku selama sepuluh tahun dan mencakup berbagai aspek operasional di lokasi tambang. Adapun proses penandatanganan final dijadwalkan rampung pada Maret 2025, kata sumber.
Kontrak tersebut diharapkan tidak hanya memperkuat posisi PT Vale di sektor nikel, tetapi juga mempertegas keberadaan PT Petrosea sebagai pemain kunci dalam jasa pertambangan Indonesia.
Langkah PTRO dalam menjajaki peluang besar seperti ini bukanlah hal baru. Pada akhir 2024, perusahaan ini juga berhasil menandatangani kontrak signifikan dengan produsen batu bara di Kalimantan Tengah, PT Bara Prima Mandiri (BPM).
Nilai kontrak tersebut mencapai Rp4,03 triliun dan mencakup kerja sama strategis yang melibatkan PT Niaga Jasa Dunia (NJD), perusahaan pengelola tambang batu bara BPM. Kesepakatan ini ditegaskan melalui Term Sheet yang ditandatangani pada 5 November 2024.
BPM sendiri mengantongi Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi (IUP OP) di Barito Selatan, Kalimantan Tengah. Keberadaan NJD sebagai operator tambang tersebut turut memastikan bahwa kerja sama ini memiliki dasar operasional yang kokoh.
Rangkaian kontrak bernilai besar ini menunjukkan bahwa PT Petrosea berada dalam posisi yang sangat strategis di sektor energi dan tambang. Langkah mereka tidak hanya meningkatkan kinerja operasional, tetapi juga memperkokoh kontribusi terhadap pembangunan ekonomi nasional melalui penyediaan jasa yang efisien dan bernilai tinggi.
Dengan proyek Bahadopi bersama Vale dan kontrak batu bara di Kalimantan Tengah, PTRO kian memantapkan reputasinya sebagai mitra utama dalam sektor tambang di Indonesia.
Saham Sepekan Naik 15,65 Persen
Dalam sepekan terakhir, saham PTRO mencatatkan pertumbuhan signifikan, yaitu naik sebesar 15,65 persen atau 460 poin dari sebelumnya. Kenaikan ini menggambarkan momentum positif yang kuat di pasar, serta didukung oleh aktivitas perdagangan yang aktif.
Selama periode tersebut, volume transaksi mencapai 116,1 juta saham, jauh melampaui rata-rata volume mingguan sebesar 68,73 juta saham.
Lonjakan volume ini mencerminkan minat besar dari investor, yang kemungkinan didorong oleh sentimen positif terhadap kinerja fundamental atau berita strategis yang terkait dengan perusahaan. Tingkat aktivitas yang lebih tinggi dari rata-rata juga dapat menjadi sinyal bahwa pasar memperhatikan prospek saham ini sebagai peluang investasi yang menarik.
Fenomena ini menunjukkan bahwa saham tersebut tengah berada dalam fase akumulasi, dengan potensi adanya peningkatan harga yang lebih tinggi jika tren positif berlanjut.
Dalam pasar yang kompetitif, peningkatan volume perdagangan sebesar ini biasanya diartikan sebagai konfirmasi adanya permintaan yang signifikan terhadap aset tertentu, baik dari pelaku pasar institusi maupun ritel. Momentum ini menjadi salah satu indikator penting bagi para analis dan investor dalam mengambil keputusan strategis ke depan.
Sementara itu, saham INCO justru mencatatkan hal sebaliknya. Dari data yang dipaparkan Stockbit, hari ini. saham INCO selama sepekan terakhir mencerminkan dinamika pasar yang fluktuatif.
Dalam periode ini, saham INCO mengalami penurunan sebesar 3,64 persen, menutup pekan di level Rp3.440, lebih rendah dibandingkan harga pembukaan sebelumnya. Meski demikian, penurunan ini terjadi dalam konteks volume perdagangan yang lebih rendah dibandingkan rata-rata, dengan total volume tercatat sebesar 2,62 juta saham, jauh di bawah rata-rata volume mingguan sebesar 6,8 juta saham.
Penurunan harga saham ini kemungkinan mencerminkan respons pasar terhadap berbagai faktor eksternal maupun internal yang memengaruhi sentimen investor. Sementara itu, transaksi dengan volume lebih rendah dari biasanya menunjukkan adanya kecenderungan wait-and-see di kalangan pelaku pasar, mungkin karena kurangnya katalis positif atau kekhawatiran terhadap dinamika makroekonomi atau sektoral.
Meski pekan ini menunjukkan tekanan harga, saham INCO tetap menjadi perhatian bagi investor karena prospek jangka panjangnya di sektor tambang nikel, yang merupakan komoditas strategis dalam mendukung transisi energi global menuju teknologi yang lebih ramah lingkungan.
Proyek-proyek strategis yang sedang dikerjakan, termasuk kerja sama dengan perusahaan lain seperti PT Petrosea Tbk (PTRO) untuk pengelolaan tambang di Bahadopi, Sulawesi Tengah, diharapkan memberikan nilai tambah dalam beberapa tahun mendatang.
Penurunan harga mingguan ini, meskipun terlihat sebagai koreksi, memberikan peluang evaluasi bagi investor. Stabilitas fundamental perusahaan, didukung oleh kemitraan strategis dan posisi dalam rantai pasok nikel global, menjadi faktor penting yang tetap menarik perhatian, meskipun fluktuasi pasar dalam jangka pendek tidak terhindarkan.(*)
Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak, membeli, atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analisis atau sekuritas yang bersangkutan, dan Kabarbursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian investasi yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.