KABARBURSA.COM - Keputusan Morgan Stanley untuk menurunkan peringkat ekuitas Indonesia menjadi underweight membuat pasar gelisah, menyoroti daya tarik bursa domestik yang memudar bagi investor asing.
Menurut Budi Frensidy, Pengamat Pasar Modal dan Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, situasi ini telah diprediksi sebelumnya, terutama dengan aturan dalam negeri yang kurang menggoda bagi investor asing.
"Pasar saham kita menjadi kurang menarik karena aturan yang tidak bersahabat, terutama bagi investor asing yang memiliki banyak pilihan di bursa saham lainnya," ujar Budi pada Rabu 12 Juni 2024.
Kebijakan masa depan Presiden menjadi pertimbangan utama bagi Morgan Stanley dalam menurunkan rating saham RI.
Menurut Bloomberg, tim strategi Morgan Stanley, termasuk Daniel Blake, melihat ketidakpastian jangka pendek mengenai arah kebijakan fiskal mendatang dan pelemahan di pasar valuta asing, di tengah suku bunga AS yang masih tinggi dan prospek penguatan dolar AS.
Janji-janji kampanye Presiden terpilih Prabowo Subianto, seperti program makan siang dan susu gratis untuk siswa, juga dapat menimbulkan "beban fiskal yang substansial."
Menurut Teguh Hidayat, pengamat pasar modal, setiap pergantian pemerintahan membawa ketidakpastian yang tidak disukai investor asing.
"Program seperti makan siang gratis, susu gratis, pertanyaannya, duitnya dari mana? Rp450 triliun per tahun? Kalau misalnya anggarannya itu dipotong dari yang strategis, misalnya investasi di infrastruktur atau pendidikan, dampaknya nanti ke pertumbuhan ekonomi kita juga," tutur Teguh.
Meskipun Morgan Stanley mengkhawatirkan penurunan IHSG lebih lanjut, Teguh merasa potensinya sudah terbatas. "Dampaknya sudah terjadi setidaknya sejak April kemarin," katanya.
"Tapi, dengan dia bilang seperti itu, sebenarnya bukan berarti pasar saham kita akan turun lebih lanjut," ujar Teguh.
"Dalam prediksi saya, IHSG mentok-mentoknya di 6.700."
Janji kampanye Presiden terpilih Indonesia, Prabowo Subianto, seperti usulan pemerintah menyediakan makan siang dan susu untuk pelajar, menghadapi tantangan besar dalam segi fiskal, sementara prospek pendapatan Indonesia juga mengkhawatirkan.
Perubahan sikap Morgan Stanley terjadi seiring dengan tren dolar yang mulai menguat menjelang keputusan Federal Reserve pada hari Rabu (12/6/2024) dan keputusan Bank Indonesia minggu depan.
IHSG pada Selasa (11/6/2024) berada di level 6.855,69, menunjukkan penurunan 5,74 persen sepanjang 2024. Investor asing juga melakukan aksi jual bersih sebesar Rp10,06 triliun di pasar saham.
Sementara itu, rupiah berada di posisi Rp16.291 per dolar AS, masih dekat dengan level terlemahnya di kisaran Rp16.300 akibat penguatan dolar AS menyusul keputusan The Fed menahan suku bunga acuan di level 5,25 persen-5,50 persen.
Target inflasi dan nilai tukar rupiah pada APBN 2025 disepakati untuk dijaga pada rentang 1,5 persen hingga 3,5 persen dan kisaran Rp15.300–Rp15.900 per dolar AS. Anggota Komisi XI DPR RI, Kamrussamad, menekankan pentingnya menjaga stabilitas inflasi dan nilai tukar rupiah untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. Dia menyoroti dinamika global dan potensi dampaknya ke Indonesia yang harus dipertimbangkan.
Pemerintah diingatkan untuk tetap waspada dan antisipatif dalam mengendalikan inflasi serta menjaga stabilitas nilai tukar rupiah sebagai pondasi kuat dalam jangka menengah panjang.
Bank Indonesia diharapkan terus menerapkan kebijakan moneter yang preventif dan proaktif untuk menjaga inflasi dalam sasaran 1,5-3,5 persen pada 2024 dan 2025, serta melakukan evaluasi terhadap efektivitas kebijakan tersebut. (*)