Logo
>

Saham-saham ini Diuntungkan di Tengah Perang Israel-Iran

Emas sebagai aset safe haven juga mengalami penguatan seiring lonjakan permintaan, tercermin dari naiknya harga emas global sebesar 1,19 persen ke USD3.442,9 per ons.

Ditulis oleh Hutama Prayoga
Saham-saham ini Diuntungkan di Tengah Perang Israel-Iran
Logo Bursa Efek Indonesia (BEI) di main hall, Jakarta, Senin, 2 Juni 2025. (Foto: KabarBursa/Abbas Sandji)

KABARBURSA.COM - Pada Jumat, 13 Juni 2025, zionis Israel menyerang fasilitas nuklir Iran yang terletak di Teheran. Tak lama kemudian, Iran melancarkan serangan balik ke Israel pada Sabtu, 14 Juni 2025.

Namun, dari perang Israel-Iran ini, sejumlah saham di Indonesia justru diuntungkan. Founder Stocknow.id Hendra Wardana mengatakan, perang tersebut menyebabkan harga minyak global melonjak lebih dari 5 persen ke level USD72,91 per barel akibat kekhawatiran terganggunya pasokan dari kawasan Timur Tengah.

Kondisi ini pun menjadi sentimen positif bagi emiten energi di Indonesia pada perdagangan terakhir, Jumat, 13 Juni 2025. Saham-saham yang dimaksud seperti MEDC, ENRG, dan ELSA. 

"Mendorong reli pada saham-saham energi seperti MEDC (+9,38 persen), ENRG (+7,03 persen), dan ELSA (+6,69 persen)," ujar dia dalam risetnya kepada Kabarbursa.com dikutip Sabtu, 14 Juni 2025.

Sementara itu, emas sebagai aset safe haven juga mengalami penguatan seiring lonjakan permintaan, tercermin dari naiknya harga emas global sebesar 1,19 persen ke USD3.442,9 per ons. 

"Hal ini turut menopang pergerakan saham-saham logam mulia seperti ANTM (+4,10 persen), PSAB (+7,00 persen), dan MDKA (+1,83 persen)," jelas Hendra. 

Di tengah tekanan pasar, Hendra menyebut beberapa saham masih menarik untuk dicermati pada pekan depan. Saham ESSA direkomendasikan beli dengan target harga Rp680, seiring prospek positif dari kenaikan harga LPG dan amonia, serta dorongan terhadap investasi hilirisasi energi domestik oleh pemerintah baru. 

Selain itu, ada juga ANTM yang bisa menjadi pilihan menarik dengan target Rp3.500, mengingat eksposurnya terhadap harga emas dan nikel yang kembali menguat. 

"Tak ketinggalan, saham MBMA direkomendasikan buy dengan target Rp535, didukung oleh tren jangka panjang elektrifikasi kendaraan dan penguatan rantai pasok baterai berbasis nikel di Indonesia," tuturnya. 

Meski membawa sentimen positif untuk beberapa saham, perang antara Iran dan Israel membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,53 persen ke level 7.166,07 pada perdagangan Jumat 13 Juni 2025.

Menurut Hendra, ketegangan ini memicu gelombang risk-off di pasar keuangan global, menyebabkan investor menjauhi aset berisiko termasuk saham-saham big caps domestik seperti BBRI (-1,72 peresen), BBCA (-1,10 persen), dan GOTO (-4,48 persen). 

"Kondisi tersebut turut diperparah oleh pelemahan nilai tukar rupiah yang ditutup melemah 0,37 persen ke level Rp16.295 per dolar AS, mencerminkan tekanan eksternal terhadap pasar keuangan domestik," ungkapnya. 

Hendra menilai secara keseluruhan pasar masih akan dibayangi volatilitas dalam jangka pendek, namun peluang tetap terbuka pada sektor-sektor yang mendapat tailwind dari kondisi global, seperti energi, logam, dan bahan baku industri strategis. 

"Investor disarankan untuk tetap selektif dan memperhatikan perkembangan geopolitik serta arah pergerakan Rupiah dalam menentukan strategi alokasi aset ke depan," pungkasnya. 

Iran Balas Israel, Wall Street Terseret Turun

Sebelumnya diberitakan, Wall Street menutup perdagangan dengan koreksi tajam. Pasar modal global bereaksi keras terhadap serangan rudal Iran ke wilayah Israel sebagai balasan atas gempuran udara Israel yang menargetkan fasilitas nuklir dan pabrik misil di Teheran.

Harga minyak dunia langsung melonjak hampir 7 persen akibat kekhawatiran gangguan pasokan dari kawasan penghasil minyak utama dunia. Saham sektor energi AS ikut naik: Exxon Mobil menguat 2,2 persen, sementara Diamondback Energy melonjak 3,7 persen.

“Sepertinya ini menuju konflik militer terbuka,” ujar Elias Haddad, analis pasar senior di Brown Brothers Harriman, seperti dikutip Reuters, Sabtu, 14 Juni 2025, ini hari WIB. 

Ia menambahkan, “Kalau sampai menutup Selat Hormuz—jalur yang dilewati sepertiga pasokan minyak global—dampaknya bisa sangat buruk bagi pasar dunia.”

Di sisi lain, saham maskapai di Wall Street anjlok karena kekhawatiran lonjakan harga bahan bakar. Delta Air Lines turun 3,8 persen, United Airlines melemah 4,4 persen, dan American Airlines tergelincir 4,9 persen.

Saham sektor pertahanan justru naik tinggi, mengantisipasi potensi eskalasi konflik. Lockheed Martin, RTX Corporation, dan Northrop Grumman masing-masing naik lebih dari 3 persen.

Indeks S&P 500 turun 1,13 persen ke level 5.976,97. Nasdaq tergelincir 1,30 persen ke posisi 19.406,83, sedangkan Dow Jones Industrial Average ambles 1,79 persen ke 42.197,79.

Sebanyak 10 dari 11 indeks sektor di S&P 500 ditutup melemah. Sektor keuangan memimpin koreksi dengan penurunan 2,06 persen, disusul sektor teknologi informasi yang turun 1,5 persen.

Volume perdagangan di bursa AS tercatat 17,9 miliar lembar saham, sedikit di bawah rata-rata 18,2 miliar dalam 20 hari terakhir.

Secara mingguan, S&P 500 terkoreksi 0,4 persen. Nasdaq turun 0,6 persen, dan Dow Jones tertekan paling dalam dengan penurunan mingguan 1,3 persen.(*)

Disclaimer:
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Hutama Prayoga

Hutama Prayoga telah meniti karier di dunia jurnalistik sejak 2019. Pada 2024, pria yang akrab disapa Yoga ini mulai fokus di desk ekonomi dan kini bertanggung jawab dalam peliputan berita seputar pasar modal.

Sebagai jurnalis, Yoga berkomitmen untuk menyajikan berita akurat, berimbang, dan berbasis data yang dihimpun dengan cermat. Prinsip jurnalistik yang dipegang memastikan bahwa setiap informasi yang disajikan tidak hanya faktual tetapi juga relevan bagi pembaca.