Logo
>

Saham-saham Retail Topang Kenaikan Wall Street

Ditulis oleh KabarBursa.com
Saham-saham Retail Topang Kenaikan Wall Street

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Indeks-indeks Wall Street melonjak tajam pada Kamis 15 Agustus 2024 semalam waktu Indonesia, ketika kepercayaan investor terhadap ekonomi Amerika Serikat (AS) kembali menguat. Hal ini didorong oleh data konsumen dan tenaga kerja yang menggembirakan, meredakan kekhawatiran sebelumnya tentang potensi resesi.

    Dow Jones Industrial Average terbang tinggi dengan lonjakan 554 poin (1,39 persen), menutup perdagangan di level 40.563,06. Indeks S&P 500 juga tak kalah impresif, meroket 1,61 persen ke posisi 5.543,22, mencatat kenaikan beruntun selama enam hari. Indeks ini telah mengalami peningkatan sekitar 8m persen dari level terendah intraday pada 5 Agustus lalu. Sementara itu, Nasdaq Composite melambung 2,34 persen dan mendarat di 17.594,50.

    Penjualan ritel pada Juli tercatat naik 1 persen, jauh melampaui ekspektasi Dow Jones yang hanya memproyeksikan kenaikan 0,3 persen. Selain itu, klaim pengangguran mingguan juga mengalami penurunan. Data ini memberikan dorongan signifikan bagi para investor dan pasar secara keseluruhan, yang tengah berupaya bangkit dari tekanan tajam pada Agustus yang dipicu oleh laporan pekerjaan yang mengecewakan pada 2 Agustus.

    Dengan kenaikan lebih dari 3 persen sepanjang pekan ini, S&P 500 kini hanya berjarak sekitar 2 persen dari rekor tertingginya. Ketiga indeks utama AS diperdagangkan di atas level penutupan 2 Agustus, yang merupakan sesi sebelum pasar saham global mengalami penurunan tajam pada 5 Agustus, sebagian besar dipicu oleh kekhawatiran terkait perlambatan ekonomi serta pembalikan perdagangan mata uang dari hedge fund ternama.

    Stephanie Roth, kepala ekonom Wolfe Research, menyatakan bahwa data penjualan ritel dan klaim pengangguran yang solid pada Kamis 15 Agustus 2024 menunjukkan bahwa ekonomi AS belum berada di jurang kehancuran. “Ya, momentum ekonomi telah melambat, namun tampaknya kita tidak akan memasuki resesi dalam waktu dekat,” tegas Roth.

    Data inflasi yang positif minggu ini juga berhasil menenangkan kekhawatiran investor akan resesi, mendorong pemulihan saham setelah tekanan jual yang intens pada pekan lalu. Walmart pun mengalami lonjakan tajam.

    Saham komponen Dow Jones, Walmart, mencatat lonjakan signifikan setelah perusahaan ini meningkatkan prospeknya dan melaporkan pendapatan yang melampaui perkiraan analis. Saham Walmart melonjak 7 persen, didorong optimisme investor terhadap kinerja perusahaan ritel raksasa ini.

    Tidak hanya Walmart, Cisco Systems juga mengalami kenaikan serupa. Saham perusahaan teknologi tersebut melesat 7 persen usai mengumumkan pendapatan kuartal keempat fiskal yang melebihi ekspektasi, sekaligus mengumumkan rencana pengurangan tenaga kerja global.

    Saham-saham di Wall Street kembali bergerak naik pada Rabu 14 Agustus 2024, setelah laporan indeks harga konsumen menunjukkan perlambatan inflasi tahunan hingga ke tingkat 2,9 persen, yang merupakan level terendah sejak 2021.

    Data tersebut, bersamaan dengan laporan inflasi grosir yang dirilis Selasa 13 Agustus 2024 menunjukkan kenaikan yang lebih rendah dari ekspektasi, telah menumbuhkan keyakinan di kalangan investor bahwa ekonomi AS berhasil mendarat dengan lunak. The Fed pun diperkirakan akan memangkas suku bunga pada pertemuan bank sentral yang dijadwalkan berlangsung pada bulan September mendatang.

    Sempat Melambat

    Hampir seluruh saham di Wall Street mengalami kejatuhan pada Senin 5 Agustus 2024 lalu, terhantam kekhawatiran yang semakin menguat akan perlambatan ekonomi Amerika Serikat. Aksi jual global meluas, mengguncang pasar keuangan di seluruh dunia.

    Indeks Nasdaq Composite yang didominasi perusahaan teknologi sempat terjun lebih dari 6 persen pada awal perdagangan. Namun, pada penutupan, kerugian mengecil menjadi 3,43 persen. S&P 500 juga tergerus 3 persen, sementara Dow Jones terseret turun 2,6 persen. Kedua indeks utama ini tak mampu bertahan dari gejolak yang sama.

    Gelombang aksi jual ini menjadi kelanjutan dari penurunan global yang telah dimulai sejak pekan lalu. Pada sesi perdagangan di hari yang sama, indeks Nikkei 225 Jepang merosot 12,4 persen, penurunan terburuknya sejak krisis "Black Monday" pada 1987.

    Reaksi ini dipicu laporan perekrutan tenaga kerja di AS yang lebih lemah dari ekspektasi para ekonom. Laporan tersebut menambah kekhawatiran bahwa Federal Reserve mungkin telah memperlambat ekonomi terlalu jauh dengan menaikkan suku bunga secara tajam, dengan tujuan mengendalikan inflasi.

    Pejalan kaki di Tokyo yang melintasi papan informasi bursa merasakan dampaknya. Bursa Efek Tokyo mencatat angka yang mencerminkan kekhawatiran global, dan saham terus merosot. Data ekonomi AS yang lebih lemah dari perkiraan menambah ketidakpastian, membuat investor bertanya-tanya apakah The Fed akan segera memotong suku bunga dalam rapat darurat, meskipun keputusan resmi baru dijadwalkan pada 18 September mendatang.

    Pasar global turut terguncang. Indeks Kospi Korea Selatan anjlok 8,8 persen, sementara saham-saham di Eropa melemah lebih dari dua persen. Bitcoin pun tak luput dari tekanan, turun dari level USD61.000 ke bawah USD55.000 pada akhir pekan.

    Brian Jacobsen, kepala ekonom di Annex Wealth Management, menilai bahwa meski penurunan suku bunga dapat menyelamatkan keadaan, tindakan ini biasanya diambil hanya dalam kondisi darurat. "Tingkat pengangguran 4,3 persen belum tampak sebagai situasi darurat," katanya.

    Meskipun ekonomi AS terus tumbuh, ancaman resesi belum bisa dipastikan. The Fed tetap dihadapkan pada dilema besar: menekan inflasi tanpa mencekik ekonomi. Keputusan sulit ini telah dimulai sejak mereka menaikkan suku bunga pada Maret 2022.

    David Mericle, ekonom Goldman Sachs, memperkirakan kemungkinan resesi meningkat dalam 12 bulan ke depan, namun hanya mencapai 25 persen, naik dari 15 persen sebelumnya. Meskipun begitu, ia mencatat, data ekonomi secara keseluruhan masih stabil, dan tidak ada ketidakseimbangan finansial yang mencolok di depan mata.(*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi