KABARBURSA.COM - Langkah PT RMK Investama yang melepas 20 persen kepemilikan sahamnya di PT RMK Energy Tbk (RMKE), cukup mengejutkan pasar. Aksi divestasi senilai Rp778,75 miliar ini langsung mengundang spekulasi, sebab penjualan sebesar itu tak hanya berdampak pada struktur kepemilikan, tetapi juga memberi sinyal mengenai arah strategi sang pengendali ke depan.
Dalam keterbukaan informasi kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), Direktur PT RMK Investama Vincent Saputra, menjelaskan bahwa langkah tersebut merupakan bagian dari strategi divestasi langsung yang sudah direncanakan.
Transaksi pertama dilakukan pada 29 September 2025 dengan menjual 459,37 juta saham RMKE di harga Rp890 per lembar. Sehari kemudian, pada 30 September 2025, perusahaan kembali melepas 415,62 juta saham dengan harga serupa. Dari dua aksi ini, total dana yang berhasil dikantongi mencapai sekitar Rp778,75 miliar.
Dampak dari penjualan tersebut cukup signifikan terhadap porsi kepemilikan. PT RMK Investama kini hanya menggenggam 56,8 persen saham RMKE, atau setara 2,48 miliar lembar, turun tajam dari sebelumnya 76,8 persen atau sekitar 3,36 miliar lembar.
Meski begitu, pasar justru menunjukkan reaksi berbeda. Saham RMKE pada perdagangan 1 Oktober 2025 malah ditutup menguat 0,55 persen ke Rp1.830 per saham. Ini menjadi sebuah indikasi bahwa sentimen investor ritel dan institusi belum sepenuhnya terguncang oleh aksi pelepasan saham besar tersebut.
Dari sisi teknikal harian, saham RMKE masih berada di zona sangat kuat. Indikator RSI melonjak hingga 97,4 yang menandakan kondisi overbought, sementara MACD masih memperlihatkan tren penguatan.
Dukungan moving average dari MA5 hingga MA200 konsisten berada dalam posisi bullish, sebuah konfirmasi bahwa tren jangka menengah hingga panjang masih terjaga positif.
Meski begitu, indikator volatilitas seperti ATR dan ADX memberi peringatan. Pergerakan harga bisa bergerak liar, dan investor harus siap menghadapi swing tajam setelah reli panjang. Dengan kata lain, RMKE sedang berada di fase euforia teknikal yang perlu diwaspadai.
Secara fundamental, valuasi RMKE sudah cukup tinggi. Price to Earnings Ratio (PER) TTM berada di kisaran 32, jauh di atas median IHSG yang hanya 9,12. Earnings Yield pun tipis di angka 3,10 persen, menunjukkan bahwa harga saham sudah cukup mahal dibanding potensi laba saat ini.
Namun, return on equity sebesar 13,86 persen dan Altman Z-Score 8,13 menegaskan bahwa RMKE masih tergolong sehat secara finansial, dengan risiko kebangkrutan yang sangat rendah. Rasio utang yang ringan (Debt to Equity hanya 0,16) juga memberi ruang bagi perusahaan untuk tetap leluasa mengembangkan bisnis.
Jika dihitung dengan pendekatan relatif terhadap IHSG median PER, harga wajar RMKE berada di kisaran Rp1.050–Rp1.200 per saham. Dengan harga pasar saat ini Rp1.830, saham ini diperdagangkan jauh di atas nilai wajarnya, menandakan risiko overvaluasi.
Bagi investor jangka pendek, tren teknikal yang sangat kuat masih bisa dimanfaatkan untuk momentum trading dengan target harga di kisaran Rp1.900–Rp2.000. Namun, bagi investor jangka menengah dan panjang, kehati-hatian diperlukan mengingat valuasi yang tidak lagi murah.
Strateginya kini kembali pada profil risiko masing-masing investor. Trader momentum bisa ikut dalam arus dengan disiplin stop loss di Rp1.700. Sebaliknya, investor konservatif sebaiknya menunggu koreksi lebih dalam untuk masuk pada level mendekati harga wajar.
Dengan kondisi saat ini, RMKE lebih tepat dianggap sebagai saham momentum ketimbang saham nilai.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.