Logo
>

Sama-Sama Raih Cuan Besar, Pilih ANTM atau HRTA?

Angka ini melonjak 44,60 persen dibandingkan capaian tahun sebelumnya yang sebesar Rp305,80 miliar.

Ditulis oleh Yunila Wati
Sama-Sama Raih Cuan Besar, Pilih ANTM atau HRTA?
Emas terus melonjak tinggi di tengah keresahan pasar global. Foto: Kabar Bursa/Abbas Sandji

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Dua emiten tambang, PT Hartadinata Abadi Tbk atau HRTA dan PT Aneka Tambang Tbk atau ANTM, sama-sama melaporkan hasil pendapatan yang signifikan. Keduanya mengaku pendapatan naik tinggi itu dikarenakan penjualan emas yang sangat luar biasa.

    PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA) dalam keterangan resminya pada Kamis, 10 April 2025, mencatatkan kinerja gemilang sepanjang tahun 2024, dengan torehan laba bersih yang mencapai Rp442,18 miliar. Angka ini melonjak 44,60 persen dibandingkan capaian tahun sebelumnya yang sebesar Rp305,80 miliar. 

    Lonjakan tersebut tidak hanya mencerminkan ketangguhan HRTA di tengah gejolak ekonomi global dan melemahnya daya beli masyarakat, namun juga menjadi bukti dari strategi bisnis yang efektif dan inovatif yang dijalankan oleh perusahaan.

    Direktur Utama Hartadinata Abadi Sandra Sunanto, mengungkapkan bahwa pertumbuhan laba tersebut terutama ditopang oleh peningkatan volume penjualan emas serta harga jual rata-rata yang lebih tinggi. Total pendapatan perusahaan juga mengalami pertumbuhan signifikan, mencapai Rp18,23 triliun atau meningkat 41,78 persen dibandingkan tahun 2023 yang berada di angka Rp12,86 triliun. 

    Dari sisi volume, penjualan emas murni naik 16,83 persen menjadi 15,11 ton, meningkat dari 12,93 ton pada tahun sebelumnya.

    Komposisi penjualan HRTA masih didominasi oleh segmen grosir yang menyumbang 62,32 persen dari total penjualan. Namun, segmen ritel menunjukkan perkembangan yang menjanjikan dengan kontribusi sebesar 25,95 persen, meningkat dibanding tahun sebelumnya. 

    Sementara itu, penjualan dari segmen gadai tercatat sebesar 0,45 persen, dan penjualan ekspor sedikit melemah menjadi 11,23 persen.

    HRTA juga terus memperkuat ekosistem bisnisnya melalui kolaborasi strategis. Salah satu fokus utama perusahaan ke depan adalah memperkuat posisinya dalam pembangunan ekosistem Bullion Bank di Indonesia, melalui kerja sama dengan berbagai institusi keuangan seperti Bank Syariah Indonesia (BSI) dan Pegadaian. Upaya ini menjadi bagian dari visi jangka panjang perusahaan untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat perdagangan emas yang terintegrasi dan terpercaya.

    Selain penguatan ekosistem, HRTA juga tidak melupakan pentingnya inovasi produk. Tahun 2025 akan menjadi momen peluncuran koleksi perhiasan terbaru bertajuk Ardore, yang diharapkan mampu memperkuat citra merek perusahaan sebagai penyedia produk emas berkualitas tinggi dan berdesain eksklusif. Produk emas batangan EMASKU yang dipasarkan oleh perusahaan telah memenuhi standar nasional dan internasional, termasuk sertifikasi SNI dan ISO 9001:2015, serta mendapatkan rekomendasi kesesuaian syariah dari Majelis Ulama Indonesia (MUI).

    Ke depan, HRTA menargetkan langkah yang lebih ambisius dengan mengupayakan sertifikasi dari London Bullion Market Association (LBMA), yang diyakini akan membuka peluang margin keuntungan yang lebih besar dan akses pasar global yang lebih luas. Dalam mendukung target tersebut, perusahaan menjajaki kerja sama strategis dengan pertambangan emas nasional terkemuka. Untuk mendukung efisiensi operasional, integrasi pabrik juga sedang disiapkan guna memperkuat rantai pasok internal dan meningkatkan daya saing.

    Dengan kombinasi antara inovasi, ekspansi strategis, serta komitmen terhadap kualitas dan kepatuhan syariah, Hartadinata Abadi menunjukkan posisinya sebagai pemain utama yang tak hanya tangguh menghadapi tantangan, tetapi juga terus berkembang menjemput peluang dalam industri emas nasional dan internasional.

    Infograsi ini dibuat dengan AI untuk KabarBursa.com
    Sementara itu, PT Aneka Tambang Tbk atau ANTM juga mencatatkan kinerja keuangan yang solid sepanjang tahun fiskal 2024, dengan hasil yang melampaui ekspektasi baik dari pihak internal perusahaan maupun konsensus analis. Laba bersih kuartal IV-2024 tercatat sebesar Rp1,4 triliun, naik signifikan sebesar 122 persen secara kuartalan. 

    Capaian ini mendorong laba bersih tahunan menjadi Rp3,6 triliun, meningkat 19 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Kinerja ini juga melebihi proyeksi dengan pencapaian sebesar 122 persen dari estimasi internal dan 132 persen dari estimasi konsensus analis.

    Dari sisi pendapatan, ANTM membukukan angka Rp25,9 triliun pada kuartal IV, naik 30 persen dibanding kuartal sebelumnya. Secara kumulatif, pendapatan sepanjang tahun 2024 mencapai Rp69,2 triliun, mencatatkan pertumbuhan tahunan yang sangat impresif sebesar 69 persen. Angka ini sekaligus memenuhi 122 persen dari estimasi internal dan juga konsensus.

    Kenaikan pendapatan ini sebagian besar didorong oleh lonjakan penjualan emas yang meningkat 20 persen secara kuartalan. Namun, sejalan dengan pertumbuhan ini, beban operasional (opex) juga mengalami peningkatan signifikan sebesar 64 persen kuartalan menjadi Rp1,3 triliun. 

    Equity research analyst dari BRI Danareksa Sekuritas Timothy Wijaya, mensinyalir kenaikan ini berasal dari biaya terkait penjualan emas yang lebih tinggi, pembayaran gaji senilai Rp305 miliar, serta pencadangan biaya hukum sebesar Rp85 miliar.

    Meski beban meningkat, profitabilitas ANTM tetap terjaga berkat kontribusi yang lebih tinggi dari entitas asosiasi, khususnya Weda Bay Nickel (WBN). Laba dari entitas asosiasi tercatat sebesar Rp349 miliar hanya dalam tiga bulan terakhir tahun 2024, melampaui akumulasi laba dari sembilan bulan sebelumnya sebesar Rp340 miliar. 

    Selain itu, ANTM juga mencatatkan keuntungan selisih kurs sebesar Rp321 miliar setelah pada kuartal sebelumnya mengalami rugi selisih kurs sebesar Rp428 miliar. Tidak hanya itu, perusahaan juga memperoleh tambahan pendapatan senilai Rp101 miliar dari pengalihan aset Konawe Daya Indonesia (KDI) ke PT Trimegah Bangun Persada Tbk (TMS).

    HRTA atau ANTM?

    Jika melihat dari paparan data-data di atas, ANTM lebih cuan secara absolut (laba dan pendapatan lebih besar). Sedangkan HRTA lebih cuan secara pertumbuhan laba bersih (44,60 persen vs 19 persen) dan performa sektor emas murni ritel.

    Jika investor mencari stabilitas dan skala besar, ANTM lebih menarik. Namun, jika yang dicari pertumbuhan tinggi dan potensi ekspansi, HRTA bisa jadi pilihan lebih agresif.

    Dengan begitu, masing-masing perusahaan memiliki keunggulan tersendiri. Tinggal bagaimana investor menilainya dan menginginkan keuntungan yang seperti apa.(*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79