Logo
>

SBMA Borong Lorry Tank usai Raup Laba Rp13,35 Miliar

Jika melihat data laporan keuangan SBMA di keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Perseroan sukses melakukan penjualan hingga Rp131,67 miliar di tahun lalu, angka ini naik 16,14 persen dari tahun 2023 senilai Rp113,36 miliar.

Ditulis oleh Hutama Prayoga
SBMA Borong Lorry Tank usai Raup Laba Rp13,35 Miliar
Ilustrasi kilang gas milik SBMA. Foto: Dok Surya Biru Murni

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - PT Surya Biru Murni Acetylene Tbk (SBMA)  sukses meraup laba bersih senilai Rp13,35 miliar pada 2024. Angka ini naik signifikan sebesar 182,24 persen dibandingkan periode tahun 2023 yakni Rp4,73 miliar.

    Jika melihat data laporan keuangan SBMA di keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Perseroan sukses melakukan penjualan hingga Rp131,67 miliar di tahun lalu, angka ini naik 16,14 persen dari tahun 2023 senilai Rp113,36 miliar.

    Adapun pendapatan produk dalam hal ini mendominasi sebesar Rp126,96 miliar dan pendapatan jasa di angka Rp4,71 miliar. Untuk jenis produk dengan penjualan tertinggi adalah Acetylene Rp36,49 miliar, oxygen Rp33,04 miliar, Argon Rp16,37 miliar, Nitrogen Rp16,30 miliar, Karbondioksida Rp7,02 miliar dan Gas Campuran Rp17,71 miliar.

    Direktur Utama SBMA Rini Dwiyanti mengatakan, kinerja perseroan tumbuh pesat berkat penguatan Infrastruktur yang terealisasi selama 2024 dimana perseroan telah berhasil merealisasikan berbagai rencana strategis yang telah disusun pada tahun sebelumnya sebagai bagian dari upaya peningkatan kapasitas operasional dan pelayanan kepada pelanggan. 

    Menurutnya, salah satu pencapaian utama adalah pembelian 3.500 cylinder baru kapasitas 6m3, selain itu ada pula 150 VGL baru kapasitas 175 liter dan 5 iso tank baru kapasitas 20m3.

    "Semua komponen ini bertujuan untuk memastikan ketersediaan pasokan gas yang lebih stabil dan memenuhi kebutuhan pasar yang terus berkembang," ujar Rini dalam keterangannya, Kamis, 10 April 2025.

    Sementara itu Direktur Operasional SBMA Julianto Setyoadji, menyatakan sikap optimistis di tahun 2025 karena secara market baru perseroan semakin tumbuh seiring target Pemerintah melakukan hilirisasi industri wilayah Kalimantan Industrial Park Indonesia (KIPI) dan  pengembangan energi Hijau terkait PLTA di Wilayah Kaltara.

    Dia bilang, kepercayaan customer existing, pada sektor Mining (Batu Bara), Oil & Gas (Akan beroperasinya RDMP) dan Plantation yang berkembang di seluruh Wilayah Kalimantan.

    "Teknologi aplikasi yang berkembang dengan pada penggunaan produk Plant Gas Industri dan Special Gas," ujar Julianto.

    Pada Q1-2025 sendiri, sejauh ini masih sesuai target dan  market menyesuaikan dengan kondisi keagamaan. Untuk prospek kerjasama jangka panjang dengan sektor mining untuk menjamin utilisasi dan proyeksi kenaikan kapasitas produksi.

    Di sisi lain, emiten produsen gas industri ini telah menambah empat unit Lorry Tank yang akan digunakan dalam transportasi liquid gas dalam jumlah besar. Hal ini merupakan rangka memperkuat armada distribusi.

    Selain itu, SBMA juga telah menambah sembilan unit truk baru guna memperlancar proses distribusi dan meningkatkan jangkauan pengiriman. 

    Adapun penguatan infrastruktur tersebut tidak hanya berkontribusi pada optimalisasi layanan, tetapi juga membuka peluang bisnis yang lebih luas.

    Perlu diketahui, di tahun 2024 SBMA mampu mengontrol beban pokok pendapatan di angka Rp62,15 miliar atau hanya tipis dari tahun sebelumnya Rp59,72 miliar. Sehingga laba bruto naik 29,59 persen jadi Rp69,51 miliar dari Rp53,64 miliar.

    Adapun beban umum dan administrasi di tahun 2024 tercatat Rp49,37 miliar, beban bunga dan keuangan Rp3,04 miliar dan penghasilan lain-lain Rp141,23 miliar. Sehingga laba sebelum pajak penghasilan naik 126,41 persen jadi Rp17,23 miliar dari Rp7,61 miliar. Kewajiban pajak yang digunakan oleh SBMA untuk pemasukan negara mencapai Rp3,87 miliar.

    Dari sisi neraca, SBMA mempunyai total aset  senilai Rp289,97 miliar per 31 Desember 2024.  Kenaikan aset perseroan karena ekuitas yang turut meningkat jadi Rp227,89 miliar dari Rp215,44 miliar dan liabilitas di angka Rp62 miliar. 

    Untuk posisi keuangan lain yang patut di cermati adalah kas dan Bank yang dimiliki SBMA pada akhir tahun lalu melonjak menjadi Ro10,42 miliar dari sebelumnya hanya Rp4,75 miliar.

    SBMA Optimistis Hadapi 2025

    Sebelumnya diberitakan, SBMA  menatap 2025 dengan penuh keyakinan. Perusahaan memproyeksikan pertumbuhan solid, ditopang oleh optimalisasi kapasitas utilitas pabrik. Strategi yang dirancang dengan parameter matang siap menghadapi dinamika pasar serta menangkap peluang yang ada.

    Produk unggulan SBMA, mulai dari gas medis, special gas, hingga layanan teknis seperti leak test, hydrotest, dan vacuum test, menjadi tulang punggung ekspansi bisnis. "Kami melihat potensi besar di sektor ini, baik dalam peningkatan layanan pelanggan maupun penguatan keahlian tim teknis yang telah mendapat kepercayaan luas," ujar Direktur Utama SBMA, Rini Dwiyanti, dalam keterangannya, Selasa 11 Februari 2025.

    Tahun depan, SBMA akan memusatkan investasi pada tiga pilar utama: ekspansi pasar, diversifikasi produk, dan penguatan sumber daya manusia (SDM). Kalimantan Selatan dan Tengah menjadi target utama, seiring dengan pengembangan sektor oil and gas, pertambangan, serta medis yang berpotensi mendorong pertumbuhan berkelanjutan.

    Dari sudut pandang pasar modal, SBMA menunjukkan kinerja impresif sejak IPO pada 8 September 2021. "Aset perusahaan tumbuh konsisten sejak Q3-2021 hingga Q3-2024 dengan rata-rata pertumbuhan 6,7 persen per tahun. Ekuitas meningkat 8,33 persen per tahun, sementara pendapatan dan laba bersih masing-masing mencatatkan kenaikan rata-rata 21 persen dan 22 persen per tahun," ungkap Wisnu Prambudi, Head of Research FAC Sekuritas Indonesia.

    Lebih lanjut, Wisnu menyoroti valuasi SBMA yang masih undervalued. Dengan Book Value per share di Rp241 dan harga pasar hanya Rp118, terdapat potensi apresiasi hingga 104 persen jika kembali ke nilai wajarnya. Bahkan, dengan diskon 30 persen dari Book Value, saham SBMA di Rp169 masih menawarkan upside sebesar 43 persen. Selain itu, Debt to Equity Ratio (DER) yang hanya 0,19 persen menunjukkan tingkat utang yang rendah, sementara Return on Assets (ROA) terus meningkat dalam tiga tahun terakhir.

    Pandangan serupa disampaikan Hendra Wardana, founder Stocknow.id. Ia mencatat laba bersih SBMA melonjak 106,3 persen YoY menjadi Rp9,7 miliar pada 9M2024. Posisi strategis SBMA di Kalimantan, didukung proyek Ibu Kota Nusantara (IKN) dan ekspansi industri smelter, menjadi faktor kunci pertumbuhan. Fokus pada pasar domestik juga menjadi keunggulan, mengingat permintaan gas tetap kuat meski harga energi global berfluktuasi.

    Sebagai produsen gas industri seperti acetylene, oksigen, nitrogen, dan argon, SBMA bergantung pada bahan baku serta energi dalam produksinya. Lonjakan harga LPG, LNG, atau kalsium karbida dapat mempengaruhi biaya operasional dan margin keuntungan.

    Namun, prospek industri di Kalimantan tetap menjadi katalis positif bagi SBMA. "Fundamental bisnis perusahaan masih kokoh, dengan dukungan sektor industri yang terus berkembang," pungkas Hendra.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Hutama Prayoga

    Hutama Prayoga telah meniti karier di dunia jurnalistik sejak 2019. Pada 2024, pria yang akrab disapa Yoga ini mulai fokus di desk ekonomi dan kini bertanggung jawab dalam peliputan berita seputar pasar modal.

    Sebagai jurnalis, Yoga berkomitmen untuk menyajikan berita akurat, berimbang, dan berbasis data yang dihimpun dengan cermat. Prinsip jurnalistik yang dipegang memastikan bahwa setiap informasi yang disajikan tidak hanya faktual tetapi juga relevan bagi pembaca.