KABARBURSA.COM - Tren Bullish Bitcoin (BTC) diprediksi akan terus berlanjut hingga akhir tahun ini.
Markus Thielen, Kepala Penelitian di penyedia layanan kripto Matrixport, menyatakan bahwa momentum bullish Bitcoin (BTC) kemungkinan akan berlangsung hingga akhir tahun, bahkan memproyeksikan harga Bitcoin bisa mencapai US$ 40.000 atau bahkan US$ 45.000.
"Dalam perkiraan saya, Bitcoin akan mencapai US$ 40.000 – bahkan US$ 45.000 – pada akhir tahun ini," kata Thielen, seperti dikutip dari CoinDesk.
Pertimbangan option market dan ekspektasi yang dovish dari Federal Reserve (Fed) dianggap sebagai katalis utama bagi kenaikan harga Bitcoin yang berkelanjutan.
Mata uang kripto ini telah mengalami peningkatan lebih dari dua kali lipat sepanjang tahun ini, dengan kenaikan harga mencapai hampir 40 persen hanya dalam empat minggu terakhir.
Fenomena bullish belakangan ini memicu permintaan yang signifikan terhadap call options dan derivatif, memberikan pembeli hak untuk mengeksekusi aset dasarnya pada harga yang telah ditentukan di masa mendatang.
Menurut Thielen, peningkatan permintaan ini, yang dipicu oleh taruhan bullish, membuat beberapa pelaku pasar, terutama penentu pasar, yang biasanya berada di sisi berlawanan dari perdagangan klien, menjadi terpapar pada kenaikan mata uang kripto yang berlanjut.
Entitas-entitas ini kemungkinan akan melakukan pembelian Bitcoin dan melibatkan diri dalam lindung nilai untuk menghadapi lonjakan harga Bitcoin. Situasi ini berpotensi menambahkan tekanan bullish di sekitar mata uang kripto tersebut.
Thielen menyoroti faktor lain yang mendukung kondisi bullish saat ini, yaitu penurunan tingkat inflasi di Amerika Serikat dan harapan terkait penurunan suku bunga atau pelonggaran likuiditas oleh Federal Reserve.
Federal Reserve telah meningkatkan suku bunga sebanyak 525 basis poin dalam waktu 14 bulan hingga Mei 2023 untuk mengendalikan laju inflasi yang merajalela.
Meskipun demikian, tingkat inflasi telah melambat secara signifikan dalam beberapa bulan terakhir. Data yang dirilis pada hari Selasa menunjukkan bahwa inflasi AS naik sebanyak 3,2 persen dalam 12 bulan hingga Oktober, setelah mengalami kenaikan sebanyak 3,7 persen pada bulan September.
Menurut UBS, perlambatan inflasi memberi kesempatan bagi Federal Reserve untuk menurunkan setengah dari suku bunga acuannya, menjadi 2,75 persen dari kisaran saat ini yang berkisar antara 5,25 persen hingga 5,5 persen.
Thielen memproyeksikan bahwa tingkat inflasi, yang diukur melalui indeks harga konsumen (CPI), akan turun di bawah target Federal Reserve sebesar 2 persen pada tahun 2024.
Trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur, juga membagikan pandangan serupa. Menurutnya, meskipun ada hambatan makro, harga Bitcoin diperkirakan akan terus melonjak lebih tinggi. Data inflasi dan penjualan ritel AS yang dirilis minggu ini mendukung narasi bahwa siklus pengetatan oleh Federal Reserve telah berakhir dan siklus penurunan suku bunga akan segera dimulai.
Fyqieh menjelaskan bahwa penurunan inflasi dapat mendukung Bitcoin dalam jangka pendek karena beberapa pelaku pasar mungkin lebih bersedia mengambil risiko. Ketika inflasi menurun, mata uang tradisional cenderung lebih stabil, mengurangi daya tarik investasi pada aset seperti obligasi dan tabungan.
"Dalam situasi ini, beberapa investor mungkin mencari alternatif yang lebih potensial untuk pertumbuhan modal, dan Bitcoin dapat menjadi salah satu pilihan mereka," kata Fyqieh dalam siaran pers pada Kamis (16/11).
Fyqieh menambahkan bahwa ketidakpastian ekonomi yang sering terkait dengan inflasi tinggi dapat mendorong beberapa orang untuk melihat Bitcoin sebagai perlindungan terhadap potensi depresiasi mata uang tradisional.
Selain itu, harapan akan persetujuan ETF Bitcoin spot di AS masih tetap tinggi, menjadi salah satu faktor yang terus menjaga semangat investor untuk terus mengakumulasi aset ini, meskipun terjadi penurunan harga jangka pendek pada Bitcoin.