Logo
>

Sektor Manufaktur Dinilai Masih Punya Harapan, Tapi..

Ditulis oleh Hutama Prayoga
Sektor Manufaktur Dinilai Masih Punya Harapan, Tapi..

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Kinerja industri manufaktur nasional menjadi sorotan belakangan ini. Kendati begitu, sektor ini dinilai masih memiliki harapan.

    Ketua Pembina Galeri Investasi Syariah, Roikhan mengatakan sektor manufaktur Indonesia masih bisa survive meski semakin menambahnya kompetitor dari negara lain.

    "Kalau dilihat dar ekonomi makro, manufaktur tetap bisa survive dalam kondisi kita punya kompetitor manufaktur yg cukup bertambah ada vietnam, kamboja, Banglades, China," ungkapnya kepada Kabar Bursa dikutip, Sabtu, 17 Agustus 2024.

    Kendati begitu, Roikhan mengimbau kurs rupiah masih harus perlu diperhatikan dalam hal ini. Menurutnya, jika kurs rupiah terlampau tinggi maka biaya produksi akan menjadi lebih mahal.

    Hal tersebut, kata dia, bisa membuat industri manufaktur bisa menjadi sulit. Karenanya dia berharap kepada pemerintah untuk bisa menekan rupiah agar tidak terlalu lemah.

    "Kalau (rupiah) terlalu lemah yang diuntungkan ekspor, tapi bahan baku dari produksi pabrik ada beberapa yang impor. Ini harus ada keseimbangan," tutur Roikhan.

    Sebelumnya diberitakan, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati membuka fakta pahit bahwa Purchasing Manager Index (PMI) Manufaktur Indonesia kini telah merosot ke zona kontraksi. Indikator ini menandakan satu hal: industri manufaktur sedang menghadapi ancaman serius.

    Meskipun permintaan masih ada, kompetisi dari impor yang tak terkontrol menjadi racun mematikan bagi industri dalam negeri. Sri Mulyani mengakui bahwa setidaknya ada empat sektor industri yang paling parah terdampak pada Juli 2024.

    “Demand memang masih memadai tapi kompetisi dari impor. Menperin dan Mendag meminta dan sekarang dalam proses dalam bentuk apakah anti dumping, apakah bea masuk untuk menjaga proteksi industri dalam negeri,” tuturnya dalam konferensi pers APBN Kita, Selasa 13 Agustus 2024.

    Sri Mulyani menjelaskan bahwa industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) kini berada di titik nadir, dengan pertumbuhan yang stagnan alias 0 persen.

    Industri alas kaki hanya mampu bertahan dengan pertumbuhan 1,9 persen year-on-year, sementara industri karet sedikit lebih baik dengan pertumbuhan 2,1 persen. Namun, yang paling mencemaskan adalah industri mesin yang mengalami kontraksi sebesar 1,8 persen pada Juli 2024.

    Karena itu, Sri Mulyani menekankan bahwa langkah-langkah konkret untuk melindungi industri lokal harus segera diambil. Apakah itu melalui PMK, bea masuk, atau tarif tambahan, pemerintah tidak bisa tinggal diam.

    “Ini mengambarkan area manufaktur yang sedang mengalami tekanan. Entah saingan barang impor. Oleh karena itu, menteri terkait mereka akan melakukan langkah-langkah yang keluarnya dalam bentuk PMK. Entah menggunakan bea masuk, entah pakai cara tarif, atau cara lain,” jelasnya.

    Namun, di tengah kabar buruk ini, ada sedikit angin segar. Indeks Keyakinan Bisnis dalam survei PMI masih menunjukkan peningkatan. Ini menunjukkan bahwa meski dihantam dari segala arah, pelaku usaha masih optimis terhadap prospek dalam 12 bulan ke depan.

    Beberapa sektor seperti makanan minuman, farmasi, dan logam dasar bahkan menunjukkan performa gemilang yang menopang PMI secara keseluruhan, dengan industri logam dasar tumbuh dua digit hingga 18,1 persen (yoy), disusul industri kimia dan makanan minuman yang masing-masing tumbuh 8 persen dan 5,5 persen.

    Sri Mulyani menilai agregat demand positif, konsumsi membaik, investasi baik, konsumsi pemerintah menuju normal, ekspor membaik, impor membaik.

    “Ada harapan PMI tidak akan terlalu lama di bawah 50,” imbuhnya.

    Berdasarkan laporan terbaru S&P Global, indeks yang menggambarkan aktivitas manufaktur nasional turun dari level ekspansi 50,7.

    Paul Smith, Economis Director S&P Global Market Intelligence, menyatakan bahwa perlambatan ini dipicu oleh penurunan tajam pada kondisi operasional yang sudah mempengaruhi pasar.

    “Dengan permintaan baru berkurang dan produksi turun untuk pertama kali dalam 2 tahun sehingga produsen lebih waspada, aktivitas pembelian sedikit dikurangi dan ketenagakerjaan menurun pada kecepatan tertinggi sejak bulan September 2021,” kata Paul dalam laporan tersebut.

    Prospek emiten sektor manufaktur

    Di tengah kondisi ini, emiten-emiten manufaktur menghadapi tantangan berat. Namun, menurut Pengamat Pasar Modal dan Founder Traderindo.com, Wahyu Laksono, situasi terpuruk ini justru dapat menjadi kesempatan bagi investor untuk membeli.

    “Jika melihat emiten ini, secara umum merupakan emiten yang potensial, sehingga pelemahan saat ini justru bisa menjadi peluang beli,” kata Wahyu kepada Kabar Bursa pada Jumat, 9 Agustus 2024.

    Menurutnya, dalam jangka menengah dan panjang, emiten-emiten ini adalah aset penting bagi masyarakat domestik, terutama yang terkait dengan konsumsi.

    “Emiten ini sangat penting. Dengan dukungan pertumbuhan ekonomi yang stabil, emiten ini akan memiliki korelasi yang kuat, dan sebaliknya,” tambahnya.

    Wahyu juga menegaskan adanya potensi besar di balik penurunan harga saham emiten-emiten ini. Meskipun sektor manufaktur saat ini sedang terkontraksi dan menghadapi sentimen negatif, harga yang turun bisa menjadi peluang beli yang menarik.

    “Secara tradisional, saham-saham ini bisa menjadi pilihan ketika harga jatuh atau valuasinya rendah, karena didukung oleh fundamental dan kinerja yang baik bahkan dapat meningkat ke depannya,” ujar Wahyu.(*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Hutama Prayoga

    Hutama Prayoga telah meniti karier di dunia jurnalistik sejak 2019. Pada 2024, pria yang akrab disapa Yoga ini mulai fokus di desk ekonomi dan kini bertanggung jawab dalam peliputan berita seputar pasar modal.

    Sebagai jurnalis, Yoga berkomitmen untuk menyajikan berita akurat, berimbang, dan berbasis data yang dihimpun dengan cermat. Prinsip jurnalistik yang dipegang memastikan bahwa setiap informasi yang disajikan tidak hanya faktual tetapi juga relevan bagi pembaca.