KABARBURSA.COM-Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah meramalkan kemungkinan terjadinya fenomena La Nina atau curah hujan ekstrem pada semester kedua tahun ini.
Supari, Koordinator Bidang Analisis Variabilitas Iklim dari BMKG, menyoroti potensi dampak La Nina terhadap sektor pangan domestik, terutama pada komoditas hortikultura.
"Dalam kondisi La Nina, tanaman padi mungkin akan berkinerja lebih baik, tetapi untuk tanaman hortikultura seperti sayuran, cabai, dan kentang, curah hujan yang berlebihan dapat berdampak negatif," jelas Supari dalam diskusi daring yang berjudul "Bahan Pokok Mahal: Pentingnya Keberlanjutan Pangan di Tengah Krisis Iklim", dikutip Rabu 6 Maret 2024.
Meskipun demikian, BMKG saat ini belum dapat memprediksi sejauh mana intensitas La Nina pada tahun ini.
Lebih lanjut, Supari menjelaskan bahwa dalam 10 tahun terakhir, perubahan iklim ekstrem telah menjadi tantangan yang signifikan bagi sektor pangan dalam negeri.
"Pada tahun 2015 dan 2019, kita mengalami El-Nino yang kuat, kemudian dari tahun 2020 hingga 2022, La Nina beruntun, diikuti oleh El-Nino pada tahun 2023, dan tahun ini diprediksi akan terjadi La Nina lagi. Dalam 10 tahun terakhir, kita lebih sering menghadapi cuaca ekstrem daripada kondisi normal," ujar Supari.
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.