KABARBURSA.COM - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan bahwa proses merger antara MNC Bank dan Nobu Bank terus berlanjut, dengan tahapan komunikasi antar pemegang saham pengendali yang sudah berjalan.
Dian Ediana Rae, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, menjelaskan bahwa komunikasi antara pemegang saham pengendali masih dilakukan untuk negosiasi rasio kepemilikan saham bank hasil merger. “Namun, negosiasi ini memerlukan waktu yang cukup lama,” ungkap Dian dalam keterangan tertulis, Selasa 18 Juni 2024.
Dian menambahkan bahwa proses negosiasi memakan waktu karena kedua bank merupakan bagian dari ekosistem konglomerasi yang besar.
Selain itu, diskusi juga mencakup rencana pengembangan dan sinergi bisnis bank ke depan, terutama setelah merger selesai. “OJK tetap memonitor dan berkoordinasi untuk memastikan komitmen merger kedua bank,” tegas Dian.
Sebagai informasi, OJK awalnya menargetkan merger kedua bank rampung pada Agustus 2023. Namun, proses tersebut mengalami keterlambatan hingga saat ini.
Pada akhir tahun lalu, Dian memproyeksikan bahwa merger antara PT Bank Nationalnobu Tbk (NOBU) dan PT Bank MNC Internasional Tbk (BABP) akan selesai pada kuartal pertama tahun 2024. “Kami berharap proses ini dapat selesai secepatnya,” kata Dian pada penutupan perdagangan di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI).
Rencana penggabungan dua bank milik konglomerat James Riady dan Hary Tanoesoedibjo, PT Bank Nationalnobu Tbk (NOBU) dan PT Bank MNC Internasional Tbk (BABP), yang telah direncanakan sejak akhir 2022, hingga kini belum menemui titik terang.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) kini memproyeksikan bahwa merger kedua bank akan rampung pada kuartal III/2024. Ini merupakan perubahan target setelah sebelumnya diperkirakan selesai pada Juni 2023, lalu mundur menjadi Agustus 2023.
Lamanya proses merger ini sempat memicu kabar mengenai batalnya aksi korporasi tersebut. Salah satu penyebabnya adalah kedua bank sudah memenuhi ketentuan modal inti minimum. Selain itu, kedua pemilik dikabarkan menemui jalan buntu saat mendiskusikan siapa yang akan menjadi pengendali bank pasca-merger.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, menjelaskan bahwa merger Bank Nobu dan Bank MNC memerlukan waktu yang tidak sebentar. Tingginya kompleksitas bisnis, mengingat kedua entitas merupakan bagian dari ekosistem konglomerasi yang besar, menjadi faktor utama.
Kendati demikian, OJK akan terus melakukan koordinasi untuk memastikan pemenuhan komitmen pemegang saham pengendali kedua bank. "Proses merger ini merupakan inisiatif kedua bank dan menjadi komitmen mereka," kata Dian dalam Rapat Dewan Komisioner OJK April 2024.
Kinerja Bank Nobu dan Bank MNC
Laporan kinerja per 31 Desember 2023 menunjukkan Bank Nobu membukukan laba bersih Rp141,54 miliar, naik 36,3 persen secara tahunan (yoy).
Capaian laba ini didorong oleh pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) yang mencapai Rp 735,79 miliar pada 2023, naik 11,64 persen yoy.
Laba juga didukung oleh peningkatan pendapatan berbasis komisi (fee-based income) yang tumbuh 180,56 persen yoy menjadi Rp 138,29 miliar.
Dari sisi intermediasi, Bank Nobu telah menyalurkan kredit sebesar Rp 15,24 triliun, naik 22,79 persen dari Rp 12,41 triliun. Aset bank juga meningkat menjadi Rp 26,62 triliun, tumbuh 20,37 persen dari Rp 22,17 triliun pada 2022.
Dana pihak ketiga (DPK) NOBU naik 18,73 persen yoy menjadi Rp 17,85 triliun dari Rp 15,04 triliun pada 2022. Current account savings account (CASA) alias dana murah naik 7,95 persen menjadi Rp 7,27 triliun pada 2023 dari Rp 6,73 triliun pada 2022.
Sementara itu, Bank MNC melaporkan laba Rp 77,92 miliar, naik 48,4 persen yoy. Namun, pertumbuhan ini bukan ditopang oleh kinerja utama perusahaan. Pendapatan bunga bersih perusahaan menurun 6,64 persen yoy menjadi Rp 604,7 miliar akibat beban bunga bank yang membengkak seiring dengan pertumbuhan deposito sepanjang tahun lalu. Meski pendapatan bunga naik 13,77 persen yoy, beban bunga terbang 39,81 persen yoy.
Laba Bank MNC tumbuh disebabkan oleh perbedaan beban pajak pada 2023. Pada 2022, bank menanggung pajak tangguhan Rp 101,56 miliar, sedangkan tahun lalu pajak tangguhan bank susut menjadi Rp 13,67 miliar.
Dari sisi fungsi intermediasi, penyaluran kredit MNC Bank tercatat sebesar Rp 10,25 triliun, naik tipis 0,53 persen yoy. Kredit bank tumbuh tipis seiring strategi bank yang lebih banyak menempatkan dana di Bank Indonesia dan bank lain, dengan pos ini melesat 48,62 persen yoy menjadi Rp 2,69 triliun.
Dengan berbagai dinamika yang ada, proses merger ini diharapkan dapat segera menemukan kepastian agar kedua bank bisa terus berkembang dan memberikan kontribusi lebih besar bagi perekonomian. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.