KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat pecah rekor setelah ditutup menguat 1,0 persen ke level 7.436,039 pada perdagangan Rabu, 14 Agustus 2024. Lalu bagaimana proyeksi IHSG ke depan?
Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee mengatakan untuk saat ini kondisi pasar sedang pasar surut. Kata dia, pada 5 Agustus 2024 lalu pasar relatif tertekan.
"Sekarang pasar berubah ya karena potensi resesi di Amerika Serikat relatif menurun risikonya," kata dia.
Kemudian, lanjut Hans, ekonomi global saat ini sedang menghadapi peluang pemotongan bunga yang relatif lebih banyak oleh Federal Reserve (The Fed). Alhasil, dia memandang ekspetasi pasar berlebih terkait adanya pemotongan bunga tersebut.
"Kita akan melihat pasar relatif akan lebih adjust dan perlu menjadi catatan kita beberapa sektor banking belum kembali kepada periode awal karena bank memberikan pencadangan kerugian yang relatif lebih tinggi karena pelambatan pada daya beli," ucapnya.
Selain itu, Hans juga memperkirakan pelaku pasar sedang menanti pergantian pemerintahan yang baru jadi mereka sedikit wait and see.
"Bisnis sedikit berhenti karena mau lihat arah ke depan kebijakan seperti apa yang tentu mempengaruhi pasar," tuturnya.
Sentuh Rekor Tertinggi
Sebelumnya IHSG ditutup menguat 1,0 persen ke level 7.436,039 pada perdagangan Rabu, 14 Agustus 2024. Level tersebut merupakan rekor tertinggi baru yang diukir IHSG setelah ditutup melampaui rekor sebelumnya 7.433 pada 14 Maret 2024. Di level itu, IHSG menguat 2,24 persen secara year-to-date dengan kapitalisasi pasar menyentuh Rp12.601 triliun
Beberapa saham penyokong utama IHSG dalam lonjakan ini termasuk BREN, BBRI, AMMN, BMRI, ASII, MSIN, BRPT, TPIA, BBNI, dan GOTO. Di sisi lain, saham-saham yang menjadi pemberat terbesar bagi IHSG kemarin adalah BBCA, DSSA, MBMA, CMRY, ITMG, BYAN, ADRO, INCO, BHIT, dan UNVR.
Secara total, 20 saham dengan kapitalisasi pasar terbesar mencatat total market cap sebesar Rp8.037,47 triliun, yang mewakili 63,78 persen dari total kapitalisasi pasar IHSG, yang mencapai Rp12.601 triliun pada penutupan kemarin. Investor asing mencatat net buy sebesar Rp577,91 miliar di seluruh pasar, dengan net buy di pasar reguler sebesar Rp874,30 miliar dan net sell di pasar negosiasi sebesar Rp296,39 miliar.
Dari 11 indeks sektoral di Bursa Efek Indonesia (BEI), ada 10 sektor yang mencatatkan penguatan bersama IHSG, dengan sektor properti dan real estat menjadi satu-satunya sektor yang melemah, turun 0,25 persen. Sektor barang konsumsi nonprimer mencatatkan penguatan terbesar, naik 3,42 persen, diikuti oleh sektor infrastruktur yang menguat 1,51 persen dan sektor barang baku yang naik 1,27 persen. Sektor keuangan dan teknologi juga mencatatkan penguatan masing-masing sebesar 0,81 persen dan 0,74 persen.
Bursa Efek Indonesia (BEI) menyiapkan langkah strategis guna mencapai kapitalisasi pasar tahun ini hingga USD1 triliun di tengah situasi global yang tak menentu. Direktur Utama BEI, Iman Rachman, menjelaskan volatilitas di pasar modal belakangan tidak lepas dari isu-isu yang terjadi, baik di dalam negeri maupun isu global.
Menurutnya ada beberapa faktor yang mendorong naiknya kinerja IHSG, salah satunya adalah semakin besarnya kemungkian penurunan Fed Fund Rate dalam waktu dekat ini.
“Menurut Fedwatch Tool, peluang The Fed akan menurunkan suku bunga bulan depan adalah 100 persen. Hal ini juga menjelaskan mengapa dalam beberapa hari ini kita melihat Rupiah mengalami penguatan yang cukup signifikan terhadap USD. Saat ini sudah berada di level USD15.600,” kata Iman dalam keterangannya, Kamis, 15 Agustus 2024.
Selain itu Iman menejelaskan, faktor kenaikan IHSG juga karena laporan keuangan emiten kuartal II tahun 2024 yang masih menunjukkan pertumbuhan, terutama beberapa saham dengan kapitalisasi pasar besar juga diapresiasi positif oleh pelaku pasar.
“Jika hal ini terus berlanjut dan tidak ada gejolak yang signifikan di market, bukan tidak mungkin kapitalisasi pasar akan terus meningkat signifikan,” lanjut Iman.
Selain itu, didorong oleh optimisme penurunan suku bunga, penguatan rupiah dan penambahan jumlah emiten tercatat serta kinerja emiten yang terus tumbuh.
Komposisi Kabinet Baru
Saat ini kepemilikan SBN, SRBI, dan sebagainya, serta kripto yang cukup meningkat. Selain itu, tentu saja wait and see para investor terkait dengan komposisi kabinet baru yang akan dimulai pada pertengahan Oktober nanti. Bersamaan dengan itu pula, yang menjadi perhatian investor yakni kondisi pemilu di Amerika Serikat, perlambatan ekonomi China, dan tensi geopolitik di Rusia maupun di Timur Tengah.
“Nah ini tentu saja mempengaruhi. Kalau kita lihat bulan-bulan terakhir, indeks year to date per 9 Agustus 2024 bahkan masih turun 0,22 persen dibandingkan akhir tahun lalu. RNTH. Kondisi ini cukup fluktuatif, di mana awal tahun itu di angka rata-rata bulanan Rp10 triliun-an, dan kemarin sudah mulai lebih dari Rp12 triliun-an per hari,” ungkap dia.
”Kami optimis dan berharap kapitalisasi pasar saham bisa menembus angka di USD1 trilliun pada tahun ini, dari posisi saat ini di angka USD773 juta,” harapnya.
Iman menambahkan, sesuai dengan master plan, Bursa akan menerbitkan berbagai instrumen baru serta kebijakan yang tentu diharapkan berdampak positif dan menambah likuiditas bagi perdagangan di Bursa. Bersamaan dengan itu, Bursa juga memperhatikan aspek perlindungan investor atau investor protection.
“Jadi, ada beberapa hal yang kita lakukan, walaupun kondisi ekonomi ataupun kondisi global tetap menjadi challenge, tapi kita harapkan bahwa transaksi di Bursa tetap bisa meningkat signifikan di periode-periode setelah Agustus ini,” ujar Iman.
Bursa sendiri mematok target penambahan 2 juta hingga akhir tahun dengan target RNTH Rp12,25 triliun.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.