Logo
>

Semua Negara Khawatir Tiga Hal ini: Bagaimana Indonesia?

Ditulis oleh Ayyubi Kholid
Semua Negara Khawatir Tiga Hal ini: Bagaimana Indonesia?

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Tauhid Ahmad merespon pernyataan Presiden Joko Widodo yang menyebut terdapat tiga hal yang kini menjadi ketakutan semua negara di dunia saat ini.

    Kata jokowi semua negara kini khawatir dengan harga minyak, kedua masalah bunga pinjaman dan beban terhadap fiskal yang melonjak tinggi. Karena itu Jokowi mengatakan pemerintah harus hati-hati dalam mengelola setiap rupiah anggaran yang kita miliki.

    Dia pun mengatakan terdapat tiga indikator pertumbuhan ekonomi Indonesia, di antaranya; sektor perdagangan ekspor-impor, suku bunga, dan harga minyak dunia. Dari ketiga Indikator yang tengah menjadi kekhawatiran negara di dunia saat ini, apakah Indonesia bisa mempertahankan pertumbuhan ekonominya? 

    Pertama soal sektor perdagangan impor-ekspor. jika negara-negara mitra dagang Indonesia seperti, Inggris, Jepang, Amerika, China yang mengalami resesi. Hal tersebut dapat memebrikan dampak yang besar terhadap Jndonesia. Pasalnya, negara-negara itu memiliki kontribusi yang besar terhadap ekspor-impor Indonesia.

    "Apalagi kalau misalnya china atau amerika terjadi resesi itu dampaknya besar ke kita," terangnya kepada Kabar Bursa, Rabu 8 Mei 2024.

    Penurunan Ekspor-Impor

    Dia mengatakan apabila mitra dagang Indonesia mengalami resesi akan terjadi penurunan sumbangan ekspor-impor dalam ekonomi Indonesia, karena marketnya lagi turun. "Ini yang kemudian membuat situasi ekonomi kita akan melambat dalam bberapa periode mendatang," tambah dia.

    Karena itu, harus ada alternatif negara non konvensional atau non tradisional. Meski sulit menurutnya pemerintah harus berusaha mencari alternatif pasar baru

    "memang ini ga mudang agak berat terakhir memang perdagangan ga mudah nyari market termasuk sulit ya," ungkap dia.

    Kedua, terkait suku bunga. Menurutnya hal tersebut perlu diwaspadai melihat amerika yang lambat dalam penurunan suku bunga. "Saya kira itu yang harus diwaspadai dari stuasi pelemahan global termasuk suku bunga ya," tambah dia.

    Dia melanjutkan jika situasi ini masih juga belum turun maka otomatis akan membawa indonesia lebih lama bertengger pada level suku bunga 6,25 persen sesuai dengan keputusan Bank Indonesia pada 23-24 April 2024 yang menaikkan BI-Rate sebesar 25 bps menjadi 6,25 persen.

    "Itu akan jauh lebih lama konsekuesinya, akan memukul daya beli katakan suku bunga di kita juga tinggi karena belum turun, ya orang untuk konsumsi kredit dan sebagainya termasuk investasi kembali turun," jelas dia.

    Dia pun juga mengatakan apabila suku bunga naik pemerintah harus segera menyiapkan fasilitas tambah. Dalam hal ini yang dia maksud adalah fasilitas keringanan cicilan yang sifatnya makro Makroprudensial.

    "Kalau suku bunga naik ya harus ada konsekuensi bahwa jalur di sektor keuangan dikasih fasilitas tambahan agar kredit itu tidak terganggu, tetap besar, misalnya fasilitas keringanan cicilan yang sifatnya makroprodensial," kata dia.

    "Ini memang belum keliatan tapi pasti nanti akan dipersiapkan ya kalau itu pengaruh kenaikan suku bunga sudha terasa agar ekonomi bisa tetap tumbuh," lanjut dia.

    Waspadai Amerika Melambat

    Menurutnya hal tersebut perlu diwaspadai melihat amerika yang lambat dalam penurunan suku bunga. Dengan situasi yang belum turun maka otomatis ini akan membawa indonesia lebih lama bertengger pada level suku bunga 6,25 persen.

    "Itu akan jauh lebih lama konsekuesinya, akan memukul daya beli katakan suku bunga di kita juga tinggi karena belum turun, ya orang untuk konsumsi kredit dan sebagainya termasuk investasi kembali turun," terang dia.

    Ketiga, harga minyak. Dia mengatakan, apabila situasi geopolitik di timur-tengah kian membara atau situasi rusia-ukraine tak juga kunjung selesai. Akan terkerek harga. "Bisa jadi kalo konflik timur tengah terjadi bisa sampe 95-100 per barel ya,"

    "Ya itu resiko kita dipelemahan ekonomi terjadi, karena inflasi kita ikutan naik, karena itu membuat cost prodaction, cos bisnis naik dan melambatkan ekonomi kita, jadi konsekuensinya ke sana," jelas dia.

    Dia mengatakan, Indonesia sudah pernah mengalami kenaikan harga minyak. Yang mana konsekuensinya adalah harus menaikan harga kepada para pelaku bisnis transportasi.

    Karena menururtnya sulit untuk menahan kenaikan harga minyak nantinya apabila situasi konflik timur-tengah memanas. "Sulit untuk tidak menaikan harga bagi para pelaku bisnis transportasi dan sebagainya," lanjutnya.

    Dia melanjutkan, kecuali pemerintah menambah subsidi yang jauh lebih besar namun itu akan berdampak pada cost APBN. oleh karena jru perlu ada skenario ketika memang konflik timur tengah tidka bisa dipadamkan.

    "Nah jadi itu sedikit banyak terganggu lah kalau harga minyaknya lompat apalagi ke atas seratus," ujar dia.

    Ancaman Resesi Global

    Kendati demikian, dia optimis, Indonesia tidak akan terjerumus dalam lubang resesi. Pasalnya, resesi hanya terjadi apabila dalam dua kuartal pertumbuhan indonesia negatif secara berturut-turut.

    "Kita (indonesia) masih cukup baik, tidak sampai resesi ya, resesi itu kan apabila pertumbuhan kita dua kuartal berturut-turut negatif," katanya.

    Dia mengatakan, jika nantinya memang terjadi resesi global, pertumbuhan ekonomi indonesia hanya melambat, tumbuh dibawah lima persen. Hal itu dikarenakan Indonesia masih punya konsumsi yang pertumbuhannya separuh dari pertumbuhan ekonomi.

    "Resesinya tidak kekita cuma melambat sebagai akibat dari pelemahan ekonomi dunia," tandasnya.

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Ayyubi Kholid

    Bergabung di Kabar Bursa sejak 2024, sering menulis pemberitaan mengenai isu-isu ekonomi.