KABARBURSA.COM – Pergerakan IHSG sepanjang pekan (15–19 Desember 2025) menarik diperhatikan. Indeks melemah, aktivitas transaksi menyusut, namun peran investor asing menguat. IHSG terkoreksi sebesar 0,59 persen ke level 8.609,55 di tengah turunnya frekuensi dan volume perdagangan. Partisipasi pasar berkurang, terutama dari investor domestik jangka pendek.
Rentang pergerakan indeks cukup lebar, dari 8.562,88 hingga sempat menyentuh 8.730,70, menandakan adanya tekanan jual dari berbagai arah. Pergerakannya disertai pula upaya-upaya rebound intrapekan yang belum cukup kuat untuk mengubah arah tren.
Fakta bahwa IHSG tetap ditutup lebih rendah mempertegas bahwa setiap kenaikan masih dimanfaatkan sebagai area distribusi, bukan akumulasi agresif.
Penyusutan rata-rata frekuensi transaksi harian sebesar 12,59 persen dan volume perdagangan yang turun lebih dalam hingga 20,80 persen mengindikasikan menurunnya minat spekulatif. Pasar terlihat lebih selektif dan berhati-hati, terutama menjelang akhir tahun, Banyak pelaku memilih mengurangi eksposur risiko.
Namun, di tengah menyusutnya aktivitas tersebut, rata-rata nilai transaksi harian justru naik 13,23 persen menjadi Rp34,29 triliun. Ini memberi sinyal penting bahwa meski jumlah transaksi berkurang, ukuran transaksinya membesar dan mencerminkan masuknya dana dengan skala institusional.
Net Buy Asing Membengkak
Hal ini sejalan dengan data aliran dana asing. Net buy asing melonjak menjadi Rp3,27 triliun dalam sepekan, jauh lebih besar dibanding pekan sebelumnya sebesar Rp1,42 triliun. Porsi nilai transaksi investor asing yang naik menjadi 42 persen dari sebelumnya 24 persen.
Asing terlihat memanfaatkan pelemahan indeks untuk melakukan akumulasi selektif, meski secara year-to-date masih mencatatkan net sell sebesar Rp22,39 triliun. Artinya, pembelian asing dalam sepekan ini lebih bersifat taktis, belum dapat dibaca sebagai pembalikan tren arus modal jangka panjang.
Dari sisi kapitalisasi pasar, penurunan 0,59 persen menjadi Rp15.788 triliun bergerak seirama dengan koreksi IHSG. Artinya, pelemahan bersifat menyeluruh di tingkat indeks, bukan hanya didorong oleh saham-saham berkapitalisasi kecil.
Pada penutupan Jumat, 19 Desember 2025, tekanan paling besar ada di sektor transportasi. Sementara sektor noncyclical justru mencatatkan kenaikan. Di sini ada rotasi defensif di dalam pasar. Investor cenderung bergeser ke sektor yang lebih stabil di tengah ketidakpastian arah indeks.
Secara teknikal, gambaran IHSG masih condong ke arah negatif. Penutupan indeks di bawah MA5 dan MA20 menunjukkan tren jangka pendek masih berada dalam fase koreksi. MACD dengan slope negatif yang semakin melebar mengonfirmasi bahwa momentum pelemahan belum mereda.
Stochastic RSI yang berada di area oversold memang memberi sinyal jenuh jual, namun ketiadaan indikasi reversal menunjukkan bahwa tekanan masih berpotensi berlanjut sebelum terjadi pantulan yang lebih berarti.
Pekan depan, IHSG Menguji Area 8.500-8.550
Pandangan sekuritas memperkuat kehati-hatian ini. Phintraco Sekuritas menilai IHSG masih berisiko melanjutkan koreksi untuk menguji area 8.500–8.550, sementara MNC Sekuritas melihat struktur gelombang masih membuka peluang koreksi lanjutan ke kisaran 8.464–8.560 untuk menutup gap.
Bahkan dalam skenario terburuk, tidak tertutup kemungkinan indeks turun lebih dalam ke area 8.000-an jika struktur wave yang lebih besar telah selesai.
Dengan demikian, performa IHSG sepekan terakhir mencerminkan pasar yang sedang kehilangan momentum jangka pendek, namun belum sepenuhnya ditinggalkan oleh investor besar. Pelemahan indeks diiringi turunnya aktivitas ritel, sementara asing justru meningkatkan porsi transaksi dan mencatatkan net buy signifikan.
Kondisi ini menunjukkan bahwa pasar berada dalam fase konsolidasi menurun, di mana tekanan teknikal masih dominan, tetapi di bawah permukaan mulai terlihat akumulasi selektif yang berpotensi menjadi fondasi pergerakan berikutnya, bergantung pada katalis makro dan sentimen global di awal tahun.(*)