Logo
>

SGRO Mulai Panas-Dingin di Tengah Turunnya Laba dan Pendapatan

Ditulis oleh Moh. Alpin Pulungan
SGRO Mulai Panas-Dingin di Tengah Turunnya Laba dan Pendapatan

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Laba bersih PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) menunjukkan penurunan signifikan pada paruh pertama tahun 2024. Hal ini berpotensi memicu perhatian para pemegang saham di tengah ketidakpastian kinerja perusahaan. Meski masih mencatatkan arus kas positif, tekanan pada pendapatan dan profitabilitas mulai terlihat jelas dalam laporan keuangan terbaru perusahaan.

    PT Sampoerna Agro Tbk atau emiten berkode saham SGRO adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perkebunan kelapa sawit dan karet. Perusahaan ini mengelola berbagai aktivitas seperti pabrik kelapa sawit, pabrik penghancur karnel, produksi benih perkecambahan, serta pemanfaatan produk kehutanan non-kayu seperti sagu. Aktivitas operasional perusahaan ini tersebar di berbagai wilayah Indonesia, termasuk Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, dan Riau.

    Selain mengembangkan perkebunan milik sendiri, PT Sampoerna Agro Tbk juga aktif dalam mengembangkan perkebunan plasma melalui kemitraan dengan petani plasma, sehingga menciptakan sinergi antara perusahaan dan komunitas lokal. Sejak mulai beroperasi secara komersial pada bulan November 1998, perusahaan ini terus memperluas usahanya dan berkontribusi dalam industri perkebunan di Indonesia.

    Dari sisi kepemilikan saham, Sampoerna Agri Resources Pte Ltd memegang kendali dengan kepemilikan sebesar 69,68 persen dari total saham, setara dengan 1,27 miliar saham. Sementara itu, masyarakat memiliki sekitar 30,298 persen saham atau 551,4 juta saham. Kepemilikan saham oleh masyarakat non-warkat dan masyarakat warkat sangat kecil, masing-masing dengan proporsi di bawah 0,0001 persen dan 0,022 persen.

    Secara keseluruhan, jumlah pemegang saham perusahaan mengalami sedikit penurunan dalam beberapa bulan terakhir. Pada 31 Juli 2024, jumlah pemegang saham tercatat sebanyak 2.812 orang, menurun dari 2.867 orang pada 30 Juni 2024, dan 2.872 orang pada bulan Mei. Tren ini menunjukkan adanya pengurangan minat atau kepemilikan saham oleh individu atau entitas kecil dalam periode tersebut, yang bisa menjadi refleksi dari dinamika pasar atau persepsi terhadap kinerja perusahaan.

    Kinerja Keuangan SGRO

    Pada kuartal pertama 2024, PT Sampoerna Agro Tbk berhasil mencatatkan laba bersih sebesar Rp100 miliar, naik dari Rp76 miliar pada periode yang sama tahun 2023. Namun, pada kuartal kedua 2024, laba bersih perusahaan turun tajam menjadi Rp60 miliar, dibandingkan dengan Rp136 miliar pada kuartal kedua 2023. Penurunan ini mencerminkan adanya tekanan pada profitabilitas perusahaan selama paruh pertama 2024.

    Secara tahunan, laba bersih untuk tahun 2024 diproyeksikan mencapai Rp320 miliar, jauh di bawah pencapaian tahun 2023 yang sebesar Rp484 miliar, serta lebih rendah dibandingkan dengan laba bersih tahun 2022 yang mencapai Rp1,05 triliun. Tren ini menandakan penurunan signifikan dalam kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan, yang perlu diwaspadai oleh para pemegang saham dan investor.

    Pendapatan perusahaan untuk periode TTM (Trailing Twelve Months) mencapai Rp5,34 triliun, dengan laba kotor sebesar Rp1,25 triliun. EBITDA (Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization) tercatat sebesar Rp1,38 triliun, sedangkan laba bersih mencapai Rp432 miliar. Angka-angka ini menunjukkan adanya penurunan profitabilitas dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.

    Dari sisi neraca, total aset perusahaan tercatat sebesar Rp10,09 triliun, dengan kas dan setara kas mencapai Rp435 miliar. Liabilitas total berada di angka Rp4,45 triliun, termasuk utang jangka pendek sebesar Rp774 miliar dan utang jangka panjang sebesar Rp2,23 triliun. Total ekuitas perusahaan tercatat sebesar Rp5,17 triliun, menunjukkan posisi keuangan yang stabil, meskipun utang bersih perusahaan mencapai Rp2,57 triliun.

    Pada periode TTM, PT Sampoerna Agro Tbk mencatat arus kas dari operasional sebesar Rp1,213 triliun, yang menunjukkan bahwa operasional perusahaan masih menghasilkan kas yang cukup signifikan. Namun, arus kas dari investasi tercatat negatif sebesar Rp459 miliar, mencerminkan pengeluaran yang lebih besar untuk investasi, kemungkinan dalam rangka ekspansi atau perbaikan aset. Arus kas dari pembiayaan juga negatif sebesar Rp734 miliar, yang mungkin mencerminkan pembayaran utang atau pembagian dividen. Belanja modal (capital expenditure) tercatat sebesar Rp796 miliar, yang menunjukkan investasi perusahaan dalam aset tetap untuk mendukung operasional jangka panjang. Secara keseluruhan, perusahaan menghasilkan arus kas bebas (free cash flow) sebesar Rp417 miliar, yang tetap positif meskipun ada tekanan pada arus kas dari investasi dan pembiayaan.

    Perusahaan mengalami kontraksi dalam pertumbuhan pendapatan dengan penurunan sebesar 0,98 persen secara tahunan (YoY) pada kuartal terakhir, dan penurunan lebih parah secara YTD (Year-to-Date) sebesar 10,94 persen. Secara keseluruhan, pertumbuhan pendapatan tahunan turun sebesar 0,90 persen, menandakan tantangan dalam mempertahankan pendapatan pada tingkat yang sama seperti tahun sebelumnya.

    Pertumbuhan laba bersih (net income) menunjukkan tren yang lebih mengkhawatirkan dengan penurunan sebesar 56,01 persen pada kuartal terakhir dan 24,54 persen secara YTD. Hal ini berkontribusi pada penurunan laba bersih tahunan sebesar 53,92 persen, mengindikasikan penurunan tajam dalam kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan.

    Saat ini, PT Sampoerna Agro Tbk memiliki rasio harga terhadap laba (Price to Earnings Ratio/PER) sebesar 14,54 kali berdasarkan laba tahunan (annualized) 2024, dan 10,79 kali berdasarkan laba per saham untuk periode TTM. Rasio ini menunjukkan penilaian pasar yang lebih tinggi terhadap potensi pertumbuhan laba di masa depan, meskipun laba aktual mengalami penurunan.

    Harga saham saat ini relatif rendah jika dibandingkan dengan penjualan (0,87 kali) dan nilai buku (0,90 kali), mengindikasikan bahwa pasar mungkin memandang perusahaan undervalued atau berpotensi menghadapi tantangan dalam meningkatkan profitabilitas di masa depan.

    Rasio lancar (Current Ratio) perusahaan sebesar 0,91 kali dan rasio cepat (Quick Ratio) sebesar 0,61 kali menunjukkan bahwa PT Sampoerna Agro Tbk memiliki likuiditas yang cukup untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio utang terhadap ekuitas (Debt to Equity Ratio) sebesar 0,58 kali mengindikasikan bahwa perusahaan memiliki struktur modal yang cukup seimbang antara utang dan ekuitas.

    Tingkat pengembalian aset (Return on Assets/ROA) sebesar 4,28 persen dan tingkat pengembalian ekuitas (Return on Equity/ROE) sebesar 8,34 persen menunjukkan efisiensi perusahaan dalam mengelola aset dan ekuitasnya untuk menghasilkan laba. Margin laba bersih (Net Profit Margin) yang berada di angka 5,27 persen mengindikasikan bahwa hanya sebagian kecil dari total pendapatan yang benar-benar menjadi keuntungan bersih.

    Dividen sebesar Rp121 per saham untuk periode TTM dan rasio pembayaran dividen (Payout Ratio) mencapai 89,52 persen menunjukkan komitmen PT Sampoerna Agro Tbk untuk memberikan pengembalian kepada pemegang saham, meskipun laba menurun. Yield dividen sebesar 6,16 persen menunjukkan return yang cukup menarik bagi investor yang mengincar pendapatan dari dividen.

    Kinerja Harga Saham

    Kinerja harga saham PT Sampoerna Agro Tbk selama satu minggu terakhir menunjukkan penurunan sebesar 0,76 persen. Dalam satu bulan terakhir, penurunan sedikit lebih besar, yakni 1,26 persen. Penurunan ini terus berlanjut selama tiga dan enam bulan, masing-masing sebesar 0,76 persen dan 1,50 persen.

    Namun, kinerja harga saham dalam satu tahun terakhir mencatat penurunan 2,72 persen, yang mengindikasikan bahwa pasar saham bereaksi negatif terhadap kinerja keuangan perusahaan. Secara lebih panjang, selama lima tahun terakhir, harga saham turun 15,67 persen, meskipun ada kenaikan 7,08 persen dalam tiga tahun terakhir. Ini menunjukkan volatilitas dalam persepsi pasar terhadap kinerja dan prospek masa depan perusahaan.

    Harga tertinggi dalam 52 minggu terakhir adalah Rp2.100 per saham, sedangkan harga terendahnya adalah Rp1.900 per saham, memberikan gambaran tentang kisaran fluktuasi harga saham selama setahun terakhir.

    Secara keseluruhan, data ini mengindikasikan bahwa SGRO sedang menghadapi tantangan dalam mempertahankan pertumbuhan pendapatan dan laba, yang juga tercermin dalam pergerakan harga saham yang cenderung menurun.

    Laba per saham (EPS) juga mencerminkan tren serupa, dengan penurunan sebesar 56,01 persen pada kuartal terakhir, dan 53,92 persen secara tahunan. Angka-angka ini menunjukkan bahwa para pemegang saham mungkin melihat penurunan nilai investasi mereka dalam perusahaan jika tren ini berlanjut.

    Laba per saham (Earnings per Share/EPS) berdasarkan TTM tercatat sebesar Rp182,12, sedangkan secara tahunan diperkirakan Rp135,16. Ini menunjukkan bahwa meskipun ada penurunan laba, perusahaan masih dapat memberikan keuntungan kepada pemegang sahamnya.

    Pendapatan per saham (Revenue per Share) untuk periode TTM mencapai Rp2.253,93, memberikan indikasi bahwa perusahaan masih mampu menghasilkan pendapatan yang signifikan, meskipun laba bersih menurun. (*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Moh. Alpin Pulungan

    Asisten Redaktur KabarBursa.com. Jurnalis yang telah berkecimpung di dunia media sejak 2020. Pengalamannya mencakup peliputan isu-isu politik di DPR RI, dinamika hukum dan kriminal di Polda Metro Jaya, hingga kebijakan ekonomi di berbagai instansi pemerintah. Pernah bekerja di sejumlah media nasional dan turut terlibat dalam liputan khusus Ada TNI di Program Makan Bergizi Gratis Prabowo Subianto di Desk Ekonomi Majalah Tempo.

    Lulusan Sarjana Hukum Universitas Pamulang. Memiliki minat mendalam pada isu Energi Baru Terbarukan dan aktif dalam diskusi komunitas saham Mikirduit. Selain itu, ia juga merupakan alumni Jurnalisme Sastrawi Yayasan Pantau (2022).