Logo
>

Sinyal Pendinginan Ekonomi AS Dorong Rupiah Menguat Tipis

Penguatan rupiah dipicu oleh rilis data ketenagakerjaan Amerika Serikat yang berada di bawah ekspektasi pasa

Ditulis oleh Pramirvan Datu
Sinyal Pendinginan Ekonomi AS Dorong Rupiah Menguat Tipis
Ilustrasi Mata Uang Garuda. Foto: Dok KabarBursa.com

Poin Penting :

    KABABURSA.COM - Nilai tukar rupiah membuka ruang penguatan terhadap dolar Amerika Serikat, seiring meredanya laju penciptaan lapangan kerja dan meningkatnya tingkat pengangguran di Negeri Paman Sam. Sinyal pelemahan data ketenagakerjaan tersebut menjadi angin segar bagi mata uang negara berkembang, termasuk rupiah.

    Berdasarkan pantauan hingga pukul 09.22 WIB, rupiah bergerak di kisaran Rp16.691 per dolar AS. Posisi ini mencerminkan apresiasi tipis sekitar 12 poin atau 0,07 persen dibandingkan penutupan perdagangan di level yang sama.

    Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong, menilai penguatan rupiah dipicu oleh rilis data ketenagakerjaan Amerika Serikat yang berada di bawah ekspektasi pasar. Namun, ia mengingatkan, ruang penguatan tersebut tidak akan terlalu lapang.

    Pelaku pasar, menurut Lukman, tengah mencermati Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDGBI) yang digelar sore ini. Kendati suku bunga diperkirakan tetap dipertahankan, sinyal pelonggaran kebijakan moneter ke depan berpotensi muncul.

    Untuk perdagangan hari ini, Lukman memperkirakan rupiah bergerak dalam rentang Rp16.600 hingga Rp16.700 per dolar AS. Sebuah kisaran yang mencerminkan sikap pasar yang masih berhati-hati.

    Di sisi lain, perlambatan pasar tenaga kerja Amerika Serikat kian nyata. Sepanjang November, pertumbuhan lapangan kerja tetap lesu, sementara tingkat pengangguran justru menanjak. Kondisi ini menegaskan proses pendinginan ekonomi yang telah terlihat sejak Oktober.

    Data Biro Statistik Tenaga Kerja Amerika Serikat (BLS) menunjukkan penambahan tenaga kerja sektor non-pertanian sebesar 64.000 pada November, berbalik dari kontraksi 105.000 pada Oktober. Tingkat pengangguran tercatat mencapai 4,6 persen, naik dari 4,4 persen pada September dan menjadi yang tertinggi sejak 2021.

    Sejumlah ekonom juga mulai memproyeksikan Bank Indonesia akan menurunkan suku bunga acuan atau BI Rate pada Desember 2025 sebesar 25 basis poin menjadi 4,5 persen. Saat ini, BI tengah menggelar Rapat Dewan Gubernur edisi September yang berlangsung sejak Selasa hingga Rabu.

    Global Markets Economist Maybank Indonesia, Myrdal Gunarto, menyatakan proyeksi tersebut bertumpu pada inflasi tahunan yang masih terkendali, ditopang pula oleh stabilitas nilai tukar yang relatif terjaga.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Pramirvan Datu

    Pram panggilan akrabnya, jurnalis sudah terverifikasi dewan pers. Mengawali karirnya sejak tahun 2012 silam. Berkecimpung pewarta keuangan, perbankan, ekonomi makro dan mikro serta pasar modal.