Presiden Direktur AMNT, Rachmat Makkasau, dalam keterangan resmi di Jakarta, Sabtu, menjelaskan bahwa smelter ini dirancang memiliki kapasitas input terpasang sebesar 900 ribu ton konsentrat per tahun (ktpa).
Smelter akan menghasilkan produk akhir berupa 222 ribu ton katoda tembaga per tahun (tpa), serta asam sulfat, emas batangan, perak batangan, dan selenium.
Konstruksi fisik dan penyelesaian mekanik sudah selesai, dan progres smelter tinggal 5 persen lagi, yang merupakan tahapan komisioning yang sedang berlangsung.
Proses komisioning ini dimulai pada awal Juni 2024 dan dijadwalkan berlangsung selama lima bulan. Selama periode tersebut, berbagai tahapan pengujian peralatan dan infrastruktur akan dilakukan untuk memastikan semua sistem berfungsi optimal sebelum memulai produksi komersial. Produksi katoda tembaga pertama dari smelter dijadwalkan pada kuartal keempat tahun 2024.
Pada tahun 2023, kontribusi AMNT terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Sumbawa Barat sebesar 82 persen.
Dalam pembangunan smelter ini, AMNT bekerja sama dengan kontraktor internasional, termasuk China Non-ferrous Metal Industry's Foreign Engineering and Construction Co., Ltd (NFC) dan PT Pengembangan Industri Logam (PT PIL).
Proyek ini diharapkan menjadi salah satu fasilitas peleburan double-flash tercepat yang dibangun di luar China.
AMNT telah memperoleh sertifikasi Sistem Manajemen Pengamanan Objek Vital Nasional (SMP Obvitnas) dari Mabes Polri dengan kategori Gold dan nilai kepatuhan mencapai 90,44 persen.
Sertifikasi ini berdasarkan Keputusan Presiden No. 63 Tahun 2004 dan Peraturan Kepolisian Republik Indonesia No. 7 Tahun 2019, yang mengatur tentang pengamanan objek vital nasional.
Rachmat menjelaskan bahwa sertifikasi tersebut menegaskan komitmen perusahaan dalam menerapkan praktik terbaik dalam manajemen pengamanan, mengeliminasi potensi ancaman dan gangguan, serta meningkatkan keamanan operasional secara sistematis.
Selain itu, perusahaan telah menandatangani Nota Kesepahaman & Pedoman Kerja Teknis Jasa Pengamanan Obvitnas dengan Polda NTB untuk memperkuat keamanan dan pengawasan selama proses pembangunan smelter.
Langkah ini sejalan dengan upaya perusahaan dalam memperkuat sistem manajemen pengamanan yang baru-baru ini disertifikasi.
Ekspansi Tambang
PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) dikabarkan sedang mencari pinjaman hingga USD1,5 miliar (setara Rp24,29 triliun) untuk membiayai ekspansi tambang tembaga dan emas Batu Hijau di Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Menurut sumber anonim, AMMN telah mendapatkan komitmen dari beberapa bank, termasuk PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), untuk pinjaman tersebut.
Batu Hijau merupakan tambang tembaga dan emas terbesar kedua di Indonesia dan salah satu dari lima cadangan setara tembaga terbesar di dunia. Berdasarkan Laporan Joint Ore Reserves Committee (JORC) 2023, cadangan tembaga di Batu Hijau mencapai 16,6 miliar pon dan cadangan emas 22,5 juta ons.
Juru bicara AMMN menolak berkomentar terkait informasi ini, namun beberapa sumber menyebutkan bahwa AMMN memang sedang mengembangkan tambang di lokasi existing di Sumbawa, NTB.
Laba Bersih
Adapun PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMMN) mencatatkan laba bersih sebesar USD129,05 juta atau setara Rp2,10 triliun pada kuartal I 2024. Angka ini menurun 26,98 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2023 yang mencapai USD176,75 juta.
Sementara itu, penjualan perusahaan meningkat tipis sebesar 0,71 persen menjadi USD601,55 juta atau Rp9,78 triliun dari sebelumnya USD597,26 juta.
Secara rinci, penjualan tembaga tercatat sebesar USD310,37 juta dan penjualan emas sebesar USD291,17 juta.
Direktur Keuangan AMMN, Arief Sidarto, menjelaskan bahwa penurunan penjualan pada kuartal I 2024 disebabkan oleh penurunan harga tembaga sebesar 19 persen, meskipun volume penjualan emas dan tembaga meningkat masing-masing 15 persen dan 5 persen, serta harga emas naik 9 persen.
“Selain itu, terjadi penundaan pengiriman selama beberapa minggu pada Januari 2024 karena kami perlu merevisi izin ekspor agar tarif bea ekspor tetap 10 persen,” kata Arief.
Dari sisi produksi, AMMN mencatatkan produksi tembaga sebesar 98 juta ton, meningkat 21 persen pada kuartal I 2024. Sementara itu, produksi emas mencapai 166.536 ons, meningkat 34 persen. Produksi tembaga ini adalah yang tertinggi dalam enam tahun terakhir.
Di sisi lain, AMMN mencatatkan kenaikan utang 51,30 persen dari 2022 (Rp45,46 triliun) ke 2023 (Rp68,78 triliun). Untuk aset lancarnya naik 32,54 persen dari Rp29,59 triliun pada 2022 menjadi Rp39,22 triliun pada 2023. Adapun utang lancarnya juga tumbuh 38,99 persen menjadi Rp11,93 triliun pada 2023.
Presiden Direktur AMMN, Alexander Ramlie, menyampaikan bahwa perusahaan memulai tahun 2024 dengan hasil produksi yang baik karena tingginya kadar bijih dari Fase 7. Saat ini, perusahaan sedang menuju puncak produksi Fase 7 dengan bijih berkadar tinggi yang diperkirakan akan habis pada akhir 2024.