KABARBURSA.COM – S&P Dow Jones Indices (S&P DJI) bersama Bursa Efek Indonesia (BEI) resmi meluncurkan tiga indeks co-branded terbaru yang mencakup S&P/IDX Indonesia Dividend Opportunities Index, S&P/IDX Indonesia Sharia High Dividend Index, dan S&P/IDX Indonesia ESG Tilted Index.
Ketiga indeks tersebut dirancang untuk memperluas pilihan investasi berbasis dividen dan keberlanjutan di pasar saham Indonesia, sekaligus memperdalam ekosistem produk pasif seperti reksa dana indeks dan ETF.
Peluncuran itu menjadi tonggak penting kerja sama strategis antara BEI dan S&P DJI sebagai penyedia indeks global dengan standar internasional.
“Kolaborasi ini menegaskan komitmen kami untuk mendukung pengembangan pasar modal domestik melalui indeks yang transparan, berstandar global, dan relevan dengan kebutuhan investor lokal,” ujar Angeline Choo, Team Lead for Sales Asia S&P Dow Jones Indices LLC, di Jakarta, dikutip Selasa, 4 November 2025.
Indeks pertama, S&P/IDX Indonesia Dividend Opportunities Index, Angeline mengatakan indeks itu berfokus pada 30 saham dengan imbal hasil dividen tertinggi dari emiten konvensional.
Indeks ini mengikuti kerangka global S&P Dividend Opportunities Family yang telah memiliki dana kelolaan (AUM) lebih dari 1,6 miliar dolar AS di berbagai pasar dunia.
Pemilihan konstituen dilakukan berdasarkan imbal hasil dividen 12 bulan terakhir, kapitalisasi pasar besar hingga menengah, serta laba positif dengan rasio pembayaran dividen tidak melebihi 100 persen. Setiap konstituen dibatasi maksimum 15 persen dari total bobot indeks.
Secara historis, indeks dividen ini mencatatkan keunggulan sekitar 250 basis poin per tahun dibandingkan benchmark S&P Indonesia LargeMidCap sejak 2011, dengan volatilitas tahunan yang sebanding.
Rata-rata imbal hasil dividennya mencapai 9,4 persen per tahun, mencerminkan daya tarik saham-saham berdividen tinggi di sektor komunikasi dan industri. Proses rebalancing dilakukan setiap akhir Januari untuk memastikan keseimbangan kinerja dan likuiditas.
Indeks kedua, S&P/IDX Indonesia Sharia High Dividend Index, menyeleksi 30 saham syariah berdividen tinggi dari daftar efek syariah OJK dan indeks ISSI. Indeks ini menggunakan metodologi S&P High Dividend Index Family yang secara global terbukti memberikan kinerja lebih baik sekitar 200 basis poin per tahun dari benchmark.
Dalam periode 2011 hingga September 2025, indeks syariah ini mencatatkan rata-rata imbal hasil dividen 5,09 persen per tahun, lebih tinggi dibanding benchmark sebesar 2,84 persen. Sektor yang mendominasi adalah energi, barang konsumsi, dan komunikasi, dengan rebalancing dilakukan dua kali setahun pada Januari dan Juli mengikuti pembaruan daftar syariah.
“Fakta bahwa indeks syariah mampu mencatatkan hasil positif meski tanpa sektor keuangan menunjukkan bahwa perusahaan dengan tata kelola kuat tetap mampu menghasilkan kinerja yang berkelanjutan,” tambah Angeline.
Sementara itu, indeks ketiga yaitu S&P/IDX Indonesia ESG Tilted Index, dirancang untuk mengukur kinerja perusahaan publik yang menerapkan prinsip lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG).
Indeks ini mengedepankan penyesuaian bobot (tilt) berdasarkan skor ESG tanpa mengorbankan diversifikasi sektor. Pendekatan tersebut memungkinkan investor tetap mendapatkan eksposur pasar luas sambil menekankan komitmen terhadap keberlanjutan.
ESG Tilted Index menjadi bagian dari upaya BEI dan S&P DJI untuk memperkuat kehadiran investasi berkelanjutan di Indonesia.
Sejak diperkenalkan pertama kali pada 2024, indeks ini telah menarik perhatian manajer investasi domestik untuk mengembangkan produk berbasis ESG, terutama reksa dana indeks dan ETF yang berfokus pada emiten dengan praktik keberlanjutan tinggi.
Dengan peluncuran tiga indeks ini, BEI menegaskan visinya untuk mengembangkan pasar modal yang lebih inklusif dan kompetitif di tingkat regional.
“Kami berharap indeks-indeks ini menjadi referensi utama bagi pelaku industri dalam mengembangkan produk investasi tematik, baik berbasis dividen, syariah, maupun ESG,” ujar dia.
S&P Dow Jones Indices sendiri merupakan penyedia indeks terbesar di dunia dengan lebih dari 1.350 ETF yang terdaftar secara global dan total aset acuan mencapai 28 triliun dolar AS. Hingga akhir 2024, lebih dari separuh ETF berbasis dividen global menggunakan indeks S&P atau Dow Jones sebagai patokan utama.
Angeline menutup, Indonesia memiliki potensi besar untuk tumbuh sebagai pusat investasi dividen dan syariah di Asia Tenggara. Melalui indeks baru ini, kami ingin memperkuat infrastruktur investasi berbasis data yang kredibel dan berkelanjutan.
Sayangnya, indeks yang baru diluncurkan pada 3 November kemarin hanya bisa diakses melalui laman S&P Dow Jones dan BEI saja. Sekuritas-sekuritas lain belum diberikan akses menyediakan penggunaan ketiga indeks ini.(*)