KABARBURSA.COM - PT Saratoga Investama Sedaya Tbk. (SRTG) sebagai pemegang saham utama PT Provident Investasi Bersama Tbk. (PALM) telah melakukan pengurangan kepemilikan saham pada 12 dan 16 Desember 2024.
Divisi Hukum dan Sekretaris Perusahaan SRTG Juan Akbar Indraseno menjelaskan bahwa perusahaan tersebut telah menjual sebanyak 707.511.964 lembar saham PALM dengan harga Rp350 per lembar saham. Seperti dalam keterangannya yang diterima pada Kamis 20 Desemeber 2024.
Langkah ini merupakan bagian dari strategi divestasi yang dilakukan oleh SRTG melalui anak perusahaannya, PT Saratoga Sentra Business, yang kini akan memiliki kepemilikan tidak langsung.
Setelah transaksi tersebut, kepemilikan saham SRTG di PALM menurun menjadi 707,5 juta lembar saham, atau setara dengan 4,485 persen. Sebelumnya, perusahaan ini memiliki 1,41 miliar lembar saham, yang setara dengan 8,971 persen.
Pengelolaan Modal Menjanjikan
Sosok pengusaha terkemuka di Indonesia Garibaldi Thohir, baru-baru ini memperluas investasinya di PT Provident Investasi Bersama Tbk (PALM). Dalam transaksi yang berlangsung pada 12 Desember 2024, ia menambah kepemilikan sahamnya dengan membeli 333,75 juta lembar saham PALM.
Langkah perluasan investasi oleh Garibaldi, yang sebelumnya memiliki 2,42 miliar saham atau setara dengan 15,36 persen, kini memegang 2,75 miliar saham, atau sekitar 17,48 persen dari total saham beredar perusahaan. Penambahan ini menjadikannya salah satu pemegang saham signifikan di perusahaan tersebut.
Mengutip data dari IDX Mobile, Senin, 16 Desember 2024, pada hari transaksi berlangsung, saham PALM dibuka dengan harga Rp376 per saham dan ditutup di Rp362. Namun, alasan Garibaldi untuk memperbesar investasinya di PALM tidak disebutkan secara eksplisit. Keputusan ini tetap menarik perhatian pasar, mengingat posisi PALM sebagai salah satu emiten yang berhubungan dengan sektor investasi dan pengelolaan modal yang menjanjikan.
Penambahan ini dilakukan pada saat struktur pemegang saham perusahaan didominasi oleh PT Provident Capital dengan porsi terbesar sebesar 55,67 persen, diikuti oleh PT Saratoga Sentra 8,97 persen, dan sejumlah pemegang saham besar lainnya termasuk Winato Kartono dan Hardi Wijaya Liong.
Pada awal sesi perdagangan 16 Desember 2024, saham PALM diperdagangkan dengan harga Rp360, sedikit turun dari harga penutupan sebelumnya di Rp362. Meski demikian, penurunan harga yang tipis ini tidak mengurangi optimisme terhadap prospek PALM.
Berdasarkan data terakhir pada 30 November 2024, saham PALM memiliki free float sebesar 8,53 persen, atau sekitar 1,34 miliar lembar yang tersebar di antara lebih dari 3.600 investor publik. Penerima manfaat akhir utama dari kepemilikan saham PALM adalah Winato Kartono, yang memegang peran strategis dalam struktur pengelolaan perusahaan.
Langkah agresif Garibaldi untuk meningkatkan investasinya di PALM menunjukkan kepercayaan yang kuat terhadap potensi pertumbuhan perusahaan ke depan. Di sisi lain, akuisisi saham ini mempertegas posisinya sebagai salah satu aktor kunci di dunia bisnis Indonesia.
Beri Efek Portofolio
Pengamat pasar kini akan mengamati dengan cermat perkembangan lebih lanjut dari investasi strategis ini serta bagaimana pergerakan saham PALM dapat memberikan dampak terhadap portofolio investasinya yang lebih luas.
Berdasarkan analisis Warren Buffett, PALM menunjukkan beberapa tantangan serius di berbagai aspek fundamental. Indikator profitabilitas menunjukkan hasil yang mengecewakan, dengan laba bersih setahun terakhir (TTM) berada di angka negatif Rp893 miliar.
Hal ini diiringi dengan rasio pengembalian seperti Return on Assets (ROA) -8,98 persen dan Return on Equity (ROE) -13,65 persen, yang mengindikasikan bahwa perusahaan mengalami kesulitan dalam menghasilkan keuntungan dari aset maupun modal yang dimiliki.
Sementara itu, rasio solvabilitas seperti Debt to Equity Ratio sebesar 1,03 menunjukkan beban utang yang relatif tinggi dibandingkan ekuitas, memperkuat kesan risiko yang signifikan pada struktur keuangannya.
Valuasi saham perusahaan juga memberikan sinyal peringatan. Rasio Price to Earnings (P/E) TTM negatif sebesar -6,36 dan Earnings Yield sebesar -15,72 persen mencerminkan kinerja laba yang jauh di bawah rata-rata pasar.
Meskipun rasio Price to Book Value (P/B) 0,87 tampak undervalued dibandingkan dengan nilai buku per sahamnya, kondisi tersebut lebih mencerminkan persepsi pasar terhadap prospek keuangan perusahaan yang buruk daripada peluang undervaluation yang nyata.
Pendekatan Buffett cenderung menghindari saham dengan karakteristik seperti ini, mengingat pentingnya margin keamanan pada aset investasi.
Namun, dalam menganalisis data lebih dalam, ditemukan bahwa perusahaan memiliki nilai buku per saham Rp414,62 dan masih mempertahankan aset yang lebih besar daripada kewajiban sebesar Rp6,54 triliun. Faktor ini mungkin menunjukkan bahwa perusahaan masih memiliki fondasi aset yang kuat, meskipun efisiensi penggunaannya lemah.(*)