KABARBURSA.COM - PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) meraih catatan positif sepanjang 2024 (FY24) di semua tiga segmen bisnis utama (properti, konstruksi, dan perhotelan).
Dalam keterangan resmi disebutkan, pendapatan bersih SSIA sepanjang tahun lalu meningkat sebesar 32,6 persen year on year (YoY) menjadi Rp234,2 miliar dari Rp176,6 miliar di FY23.
"Hal ini didorong oleh peningkatan pendapatan bersih properti sebesar 154,8 persen YoY," ujar VP of Investor Relations & Corporate Communications SSIA, Erlin Budiman dalam keterangan tertulis dikutip pada Selasa, 1 April 2025.
Laba kotor SSIA pada FY24 meningkat sebesar 32,5 persen YoY menjadi Rp1.759,0 miliar, naik dari Rp1.327,2 miliar di FY23. Erlin menjelaskan, peningkatan ini didorong oleh kenaikan laba kotor properti sebesar 70,7 persen (Rp330,9 miliar).
"Kenaikan laba kotor konstruksi sebesar 20,7 persen (Rp65,7 miliar), dan kenaikan laba kotor perhotelan sebesar 5,8 persen (Rp33,7 miliar)," jelasnya.
Sementara itu, EBITDA SSIA sepanjang 2024 meningkat sebesar 44,9 persen YoY menjadi Rp1.051,7 miliar dari Rp726,0 miliar di tahun lalu.
Catatan tersebut sebagai hasil dari peningkatan EBITDA properti sebesar 76,3 persen (Rp281,7 miliar) dan EBITDA konstruksi sebesar 26,7 persen (Rp54,7 miliar).
"SSIA mencapai laba bersih konsolidasi sebesar Rp234,2 miliar di FY24 dari laba bersih Rp176,6 miliar di FY23," ungkap Erlin.
Adapun posisi kas SSIA di 2024 adalah Rp2.633,8 miliar, meningkat sebesar 116,1 persen dari Rp1.219,0 miliar di FY23. Sedangkan, utang yang dikenakan bunga sebesar Rp796,5 miliar di FY24, turun sebesar 68,5 persen dari Rp2.526,4 miliar pada tahun sebelumnya.
"Di FY24 rasio utang/modal (gearing) adalah 10,0 persen," kata Erlin.
Unit properti SSIA, yang mencakup pendapatan dari kawasan industri, biaya pemeliharaan, sewa komersial, dan residensial, memperoleh pendapatan sebesar Rp2.263,2 miliar di FY24, meningkat 165,0 persen dari Rp854,0 miliar di FY23.
Erlin menjelaskan, PT Suryacipta Swadaya (SCS), bisnis utama Perusahaan, meraih hasil posisi di sektor properti. Dia bilang, sepanjang 2024 SCS menutup penjualan pemasaran seluas 162,4 hektar (Rp2.001,7 miliar) dari inventaris tanah Suryacipta Karawang dan Subang Smartpolitan.
"Meningkat 704,2 persen dari penjualan FY23 seluas 20,2 hektar (Rp390,8 miliar)," ujar Erlin.
SCS sendiri melaporkan pendapatan sebesar Rp2.193,6 miliar di FY24, naik 220,4 persen dari Rp684,8 miliar di FY23. Peningkatan ini ditopang oleh kenaikan 384,2 persen dalam penjualan tanah yang tercatat (Rp1.868,4 miliar di FY24 dibandingkan dengan Rp385,8 miliar di FY23).
Di sisi lain, unit bisnis konstruksi SSIA yakni PT Nusa Raya Cipta Tbk (NRCA), mengamankan kontrak baru senilai Rp3.707,5 miliar di FY24, meningkat 26,8 persen dari Rp2.924,7 miliar di FY23.
"Sehingga, total order book NRCA mencapai Rp3.432,8 miliar pada akhir tahun 2024," tutur Herlin.
Kinerja Saham Perseroan
Mengutip Stockbit, Selasa, 1 April 2025, saham SSIA ditutup di zona merah karena melemah 3,49 persen atau turun 30 poin ke level 830 Pada perdagangan Kamis, 27 Maret 2025.
Adapun sepanjang sebulan terakhir, perusahaan yang mencatatkan saham di bursa pada 1997 silam ini menunjukkan kinerja kurang memuaskan dengan performa -4,60 persen.
Kendati begitu, SSIA menunjukkan performa keuangan yang solid dalam hal solvabilitas. SSIA mencatat current ratio sebesar 3,02 dan quick ratio 2,74, yang menandakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dengan aset lancar yang tersedia.
Sementara itu, debt to equity ratio tercatat di level 0,17, mengindikasikan tingkat utang yang rendah dibandingkan ekuitas perusahaan. Dengan rasio ini, SSIA berada dalam posisi yang kuat untuk mengelola kewajiban finansialnya tanpa risiko likuiditas yang signifikan.
Meskipun menunjukkan solvabilitas yang kuat, SSIA menghadapi tantangan dalam hal profitabilitas. Return on Assets (ROA) tercatat hanya 2,26 persen, sedangkan Return on Equity (ROE) sebesar 4,18 persen.
Angka tersebut mengindikasikan efisiensi aset perusahaan dalam menghasilkan keuntungan masih tergolong rendah.
Dari sisi margin, gross profit margin mencapai 24,45 persen, yang menunjukkan bahwa perusahaan masih mampu menjaga tingkat laba kotor yang cukup baik.
Namun, operating profit margin yang berada di angka 9,05 persen dan net profit margin yang hanya 0,24 persen.
Laba Bersih Konsolidasi
PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) melaporkan pendapatan konsolidasi sebesar Rp3,861,7 miliar untuk periode 9 bulan pertama tahun 2024 (9M24). Pendapatan tersebut meningkat 27,9 persen dari Rp3,020,4 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya (9M23). Pertumbuhan ini terutama didorong oleh kenaikan pendapatan konstruksi sebesar 26,7 persen (Rp532,9 miliar), sementara pendapatan dari segmen properti dan perhotelan SSIA masing-masing tumbuh sebesar 63,4 persen dan 23,3 persen.
Sepanjang 9M24, EBITDA SSIA naik 94,3 persen secara tahunan (YoY) menjadi Rp660,0 miliar dari Rp339,7 miliar di 9M23. Peningkatan ini didorong oleh lonjakan EBITDA properti sebesar 235,7 persen (Rp196,7 miliar). Seperti keterangan resmi di Jakarta, Senin 4 November 2024.
SSIA berhasil mencatat laba bersih konsolidasi sebesar Rp228,4 miliar di 9M24, setelah sebelumnya mengalami kerugian bersih sebesar Rp23,7 miliar pada 9M23. Kenaikan signifikan ini terutama disebabkan oleh pertumbuhan laba bersih dari sektor properti sekitar 949,9 persen (Rp266,6 miliar).(*)