Logo
>

Stimulus Jepang dan Data AS Guncang Mata Uang Dunia

Pertumbuhan lapangan kerja yang melampaui ekspektasi dan meredupkan peluang pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve pada Desember

Ditulis oleh Pramirvan Datu
Stimulus Jepang dan Data AS Guncang Mata Uang Dunia
Ilustrasi Mata Uang Dolar. Foto: Dok KabarBursa.com

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Dolar AS kembali menanjak terhadap sebagian besar mata uang utama pada Kamis, membalik pelemahan sebelumnya, setelah rilis laporan ketenagakerjaan September mengungkap pertumbuhan lapangan kerja yang melampaui ekspektasi dan meredupkan peluang pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve pada Desember.

    Laporan yang telah lama dinanti itu menunjukkan penambahan 119.000 pekerjaan nonpertanian di Amerika Serikat sepanjang September—lebih dari dua kali lipat proyeksi ekonom yang hanya 50.000. Namun, lonjakan tenaga kerja itu dibayangi kenaikan tingkat pengangguran, yang merayap ke 4,4 persen dari 4,3 persen pada Agustus. Data ini terlambat dirilis akibat penutupan pemerintahan AS, sebagaimana dilaporkan Reuters dari New York, Kamis 20 November 2025 atau Jumat 21 November 2025 pagi WIB. Seperti dilansir di Jakarta.

    Uto Shinohara dari Mesirow Currency Management menilai pasar masih bergerak dalam vakum informasi karena absennya laporan Oktober. Ekspektasi kini mengarah pada sekitar 10 bps pelonggaran pada Desember, sinyal bahwa keyakinan terhadap pemangkasan suku bunga oleh the Fed semakin pudar.

    Yen Jepang terus terdepresiasi, melemah 0,26 persen ke posisi 157,59 per dolar setelah sempat menyentuh 157,89—level terkuat dolar terhadap yen sejak Januari. Tekanan terhadap yen berlanjut meski imbal hasil obligasi Jepang merangkak naik, terseret kekhawatiran pasar mengenai pembiayaan paket stimulus ekonomi baru Jepang senilai lebih dari 20 triliun yen yang akan diumumkan Perdana Menteri Sanae Takaichi pada Jumat.

    Menteri Keuangan Satsuki Katayama menegaskan pemerintah mengamati pasar dengan kewaspadaan tinggi, sementara sejumlah analis melihat kemungkinan intervensi jika yen kembali mendekati level 160 per dolar sebagaimana terjadi pada Juli lalu.

    Konsensus pasar menggambarkan keyakinan bahwa PM baru akan mendorong Bank of Japan ke sikap yang kurang hawkish. Kondisi ini membuat fokus pelaku pasar sepenuhnya tertuju pada perdagangan carry JPY, ujar Jane Foley dari Rabobank London.

    Namun, ruang kesalahan tetap terbuka bagi para investor. Terlebih, Takaichi tengah berupaya mempererat hubungan dengan AS dan enggan dikaitkan dengan kebijakan yen yang terlampau lemah.

    Di luar Jepang, euro, franc Swiss, dolar Australia, dan poundsterling kompak melemah setelah risalah pertemuan Oktober the Fed mengindikasikan banyak pejabat menentang pemangkasan suku bunga Desember, meskipun sebagian lain masih membuka opsi tersebut.

    Presiden Fed Cleveland Beth Hammack kembali menegaskan penolakannya terhadap langkah pemangkasan lebih lanjut, mengingat inflasi yang masih tinggi serta kondisi keuangan yang dinilai terlalu longgar. Ia memperingatkan bahwa penurunan suku bunga justru bisa memicu risiko terhadap stabilitas sistem keuangan.

    Fed funds futures kini memperkirakan peluang 39 persen bagi pemangkasan 25 bps pada pertemuan 10 Desember. Euro turun ke USD1,1533 setelah menyentuh level terendah dua pekan, sementara sterling melemah tipis ke USD1,3087—posisi terendah sejak awal bulan.

    Indeks Dolar (DXY), yang mencerminkan kinerja greenback terhadap enam mata uang utama, naik 0,1 persen menjadi 100,18, mendekati puncak enam bulan yang tercapai awal November.

    Steve Englander menilai data ekonomi AS belum cukup solid, sehingga pemangkasan suku bunga masih memiliki urgensi, meski keputusan final FOMC dapat bergulir ke arah berbeda.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Pramirvan Datu

    Pram panggilan akrabnya, jurnalis sudah terverifikasi dewan pers. Mengawali karirnya sejak tahun 2012 silam. Berkecimpung pewarta keuangan, perbankan, ekonomi makro dan mikro serta pasar modal.