Logo
>

Strategi Ambisius Techno9 di 2025: Dari e-Catalog hingga Cybersecurity

Ditulis oleh Hutama Prayoga
Strategi Ambisius Techno9 di 2025: Dari e-Catalog hingga Cybersecurity

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - PT Techno9 Indonesia Tbk (NINE) mengungkapkan strategi ambisius untuk meningkatkan kinerjanya pada 2025 mendatang. Meskipun perusahaan saat ini fokus pada bisnis hardware, NINE berencana untuk melebarkan sayap ke sejumlah sektor teknologi baru guna memperkuat posisinya di pasar.

    Direktur Utama NINE Nuzwan Gufron, menjelaskan bahwa perusahaan akan memasuki bisnis e-katalog sebagai langkah pertama. Selain itu, NINE juga sedang mengeksplorasi peluang di sektor perangkat lunak, khususnya dalam pengembangan aplikasi solusi pendidikan dan kesehatan (kesehatan).

    "Selain itu, kami juga sedang mendalami potensi bisnis di sektor asuransi dan perbankan," kata Nuzwan dalam sesi jumpa pers di Jakarta pada Jumat, 6 Desember 2024.

    Ia menambahkan bahwa meskipun sektor-sektor tersebut masih dalam tahap pembahasan, perusahaan memiliki rencana jangka panjang yang matang.

    Tak hanya itu, Nuzwan juga mengungkapkan bahwa NINE berencana untuk memperluas bisnisnya ke bidang cybersecurity dan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI). Namun, ia menegaskan bahwa perusahaan akan sangat hati-hati dalam menentukan waktu yang tepat untuk memulai bisnis ini.

    "Sebagai bagian dari strategi kami, kami akan menggandeng mitra yang kompeten untuk memastikan bahwa setiap langkah yang diambil akan memberikan hasil yang optimal," ujar Nuzwan.

    Menghadapi tantangan ekonomi makro, termasuk penurunan daya beli masyarakat, Nuzwan menyadari bahwa hal ini bisa berdampak pada kinerja perusahaan. Untuk menghadapinya, NINE berencana mengoptimalkan jaringan yang sudah ada dan menjadikan jaringan tersebut sebagai alat untuk menjaga kelangsungan bisnis yang tidak hanya berfokus pada peningkatan pendapatan.

    "Selain itu, kami juga akan meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam setiap lini operasional untuk memastikan kelancaran implementasi strategi yang telah kami tetapkan," tambahnya.

    Dengan berbagai langkah strategis tersebut, NINE berharap dapat mempertahankan momentum pertumbuhan dan memperkuat daya saing di pasar teknologi Indonesia.

    Pakar Teknologi: Selektif Terima Investasi AI Global

    Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi, menyoroti pentingnya sikap selektif pemerintah dalam menerima investasi teknologi asing, khususnya di sektor kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI).

    Heru menyarankan agar investasi tersebut benar-benar memberikan manfaat konkret bagi perekonomian dan pengembangan teknologi dalam negeri, tidak sekadar menjadikan Indonesia sebagai pasar produk asing.

    “Kita memang terbuka pada investasi teknologi, tetapi pastikan itu benar-benar investasi yang membawa dampak nyata bagi Indonesia, bukan hanya sekadar menjadikan Indonesia sebagai pasar,” ujar Heru kepada Kabarbursa.com, Rabu, 13 November 2024.

    Heru menjelaskan bahwa banyak perusahaan global sering menyatakan niat untuk berinvestasi di Indonesia, tetapi akhirnya hanya memanfaatkan pasar tanpa komitmen jangka panjang.

    Menurutnya, investasi asing yang ideal harus memenuhi sejumlah kriteria, termasuk nilai investasi yang jelas, pendirian badan usaha tetap di Indonesia, penciptaan lapangan kerja bagi masyarakat lokal, serta kontribusi dalam bentuk pembayaran pajak.

    “Jika mereka memang berinvestasi, nilainya harus jelas. Perusahaan tersebut juga harus mendirikan badan usaha tetap di Indonesia, sehingga memberi manfaat ekonomi langsung, termasuk membuka lapangan pekerjaan dan mendukung perekonomian nasional,” tegas Heru.

    Heru juga menekankan pentingnya kerja sama dengan perusahaan dan tenaga kerja lokal dalam pengembangan teknologi, terutama di bidang AI. Menurutnya, hal ini akan memperkuat ekosistem digital dalam negeri, memberikan pelatihan bagi tenaga kerja Indonesia, dan mempercepat proses transfer teknologi.

    Selain itu, Heru mengingatkan pemerintah untuk berhati-hati dalam memberikan “karpet merah” atau kemudahan khusus kepada investor asing.

    “Sering kali, perusahaan global memberikan alasan untuk tidak merealisasikan investasi atau mengubah tujuan menjadi sekadar menjual produk di Indonesia. Hal ini harus menjadi perhatian agar kita tidak mudah memberi fasilitas khusus tanpa ada komitmen yang jelas,” ujarnya.

    Heru menutup dengan menyatakan bahwa investasi asing seharusnya menjadi katalis bagi perkembangan teknologi lokal. Dengan strategi yang tepat, Indonesia dapat memanfaatkan investasi ini untuk menjadi negara yang tidak hanya menjadi pasar teknologi, tetapi juga mampu mengembangkan teknologi secara mandiri.

    Ekosistem Artificial Intelligence

    Sementara di sisi lain, pakar komunikasi digital dari Universitas Indonesia (UI) Firman Kurniawan, menyatakan bahwa investasi perusahaan teknologi global di sektor kecerdasan buatan (AI) dapat menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia.

    Namun, ia mengingatkan bahwa tanpa persiapan sumber daya manusia (SDM) yang memadai, dampak positif AI justru bisa berubah menjadi ancaman bagi stabilitas sosial dan ekonomi.

    “Di banyak negara, AI terbukti mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Namun, jika SDM tidak dipersiapkan dengan baik, AI berpotensi menjadi bumerang yang menyebabkan lonjakan pengangguran,” ujar Firman kepada Kabarbursa.com, Rabu, 13 November 2024.

    Firman menjelaskan bahwa teknologi AI memungkinkan perangkat pintar menggantikan pekerjaan manusia dengan hasil yang lebih cepat dan efisien. Kendati demikian, tanpa perencanaan yang matang, kemajuan ini dapat menyebabkan gejolak sosial akibat banyaknya pekerjaan yang hilang, sehingga berpotensi menciptakan krisis pengangguran jika tidak segera diantisipasi.

    Menurut proyeksi dari lembaga internasional seperti Gartner dan McKinsey, sekitar 85 juta pekerjaan diperkirakan akan hilang pada tahun 2025. Meskipun pada periode yang sama diperkirakan muncul 100 juta pekerjaan baru, Firman menekankan bahwa transisi ini tidak akan terjadi secara otomatis.

    “Pekerjaan baru harus diciptakan, dan masyarakat perlu dilatih agar mampu memanfaatkannya. Proses ini memerlukan persiapan dan waktu,” jelasnya.

    Firman mencontohkan posisi telemarketing yang kini banyak digantikan oleh teknologi AI.

    “Jika 500 posisi telemarketing digantikan oleh 50 perangkat AI, perusahaan memang akan mencapai efisiensi biaya. Namun, bagaimana nasib ratusan pekerja yang terdampak?” tanyanya.

    Firman menyimpulkan bahwa investasi di bidang AI harus disertai dengan prioritas yang jelas untuk pengembangan SDM dan penciptaan ekosistem pendukung.

    “Diperlukan strategi yang sistematis agar investasi di AI tidak hanya mendorong pertumbuhan ekonomi, tetapi juga menjaga stabilitas sosial,” demikian dia.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Hutama Prayoga

    Hutama Prayoga telah meniti karier di dunia jurnalistik sejak 2019. Pada 2024, pria yang akrab disapa Yoga ini mulai fokus di desk ekonomi dan kini bertanggung jawab dalam peliputan berita seputar pasar modal.

    Sebagai jurnalis, Yoga berkomitmen untuk menyajikan berita akurat, berimbang, dan berbasis data yang dihimpun dengan cermat. Prinsip jurnalistik yang dipegang memastikan bahwa setiap informasi yang disajikan tidak hanya faktual tetapi juga relevan bagi pembaca.