KABARBURSA.COM - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) tengah melihat dan menangkap peluang besar setelah Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga acuan atau BI rate sebesar 25 basis poin menjadi 5,50 persen.
Corporate Secretary BNI Okki Rushartomo mengatakan, penurunan BI Rate juga diikuti dengan kenaikan likuiditas di market sehingga memberikan ruang bagi perbankan untuk meningkatkan likuiditas.
Untuk itu, kata Okki, BNI mengambil langkah strategis dengan fokus pada Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berkelanjutan dari segmen ritel.
"Strategi ini sejalan dengan rencana bank dalam penghimpunan DPK melalui peluncuran aplikasi wondr dan BNI Direct yang kami hadirkan untuk mendorong dana murah berbasis transaksi," ujar Okki dalam keterangan tertulis, dikutip Kamis, 29 Mei 2025.
Okki menjelaskan, inovasi digital ini diharapkan mampu memperkuat posisi likuiditas BNI secara jangka panjang.
Selain mengandalkan DPK, BNI juga memperkuat pendanaan dari sumber Non-DPK.
"BNI dapat meningkatkan likuiditas yang bersumber dari pendanaan Non-DPK yang bersifat jangka panjang sesuai dengan Rencana Bisnis Bank (RBB)," jelas dia.
Ditegaskannya, efisiensi struktur biaya pendanaan tetap menjadi perhatian utama. Hal ini dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi pasar yang kompetitif dan terus berubah. BNI secara aktif mengevaluasi komposisi portofolio aset agar tetap optimal.
“Namun demikian, ini tidak serta merta mengubah strategi pembiayaan dan kredit di BNI," pungkas Okki.
DPK BNI Lampaui Rp5 Miliar hingga April 2025
Sementara itu, Dana Pihak Ketiga (DPK) PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk melampaui Rp5 miliar hingga April 2025. Angka ini tumbuh 16 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu (YoY).
Direktur Consumer Banking BNI Corina Leya Karnalies mengatakan, peningkatan dana dan jumlah nasabah untuk rekening di atas Rp5 miliar tidak terlepas dari inovasi digital dan beragam layanan keuangan khususnya pada nasabah Emerald.
"Kami mengapresiasi kepercayaan nasabah yang terus mempercayakan BNI sebagai mitra perbankan untuk mengelola aset nasabah dengan berbagai layanan yang memudahkan kebutuhan transaksi finansial," kata Corina dalam siaran pers dikutip, Kamis, 29 Mei 2025.
Adapun jumlah nasabah dengan Asset Under Management (AUM) lebih dari Rp5 miliar hingga April 2025, tumbuh 15 persen YoY dengan kenaikan DPK dan AUM meningkat 16 persen. Selain DPK, peningkatan AUM juga terjadi pada produk Investasi dan Bancassurance yang tumbuh 17 persen YoY.
"Mengamati pergerakan portfolio nasabah, komposisi tabungan dengan AUM minimal Rp5 miliar mengalami kenaikan porsi dari sebelumnya 36 persen menjadi 39 persen dari total AUM yang ada," ungkap Corina.
Dia menjelaskan faktor yang mendorong peningkatan tersebut disebabkan adanya pengembangan terhadap fitur produk tabungan. Selain itu, lanjutnya, program welcome Emerald dengan extra reward hingga Rp26 juta menjadi daya tarik bagi nasabah untuk menempatkan dana di BNI.
"Sejalan dengan era yang serba digital, saat ini BNI juga terus melakukan penyempurnaan melalui fitur dan layanan yang lengkap, cepat dan mudah melalui wondr by BNI," tutur Corina.
Strategi BNI dalam menghimpun DPK di tengah keketatan likuditas industri perbankan diantaranya melalui penguatan Relationship Manager (RM) yang didedikasikan secara khusus bagi nasabah Emerald dengan AUM minimum Rp1 miliar.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.