Logo
>

Strategi Investasi saat Rupiah Terus Melemah

Ditulis oleh KabarBursa.com
Strategi Investasi saat Rupiah Terus Melemah

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Rupiah terus merosot, ditekan oleh kebijakan higher for longer The Fed. Di pasar spot, mata uang ini terus melemah sebesar 0,14 persen menjadi Rp 15.920 per dolar Amerika Serikat (AS) pada Rabu 3 April 2024.

    Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C. Permana menyebut pelemahan rupiah lebih dipengaruhi oleh faktor eksternal. Meskipun ada tekanan fundamental terhadap rupiah, namun seharusnya tidak seberat ini. "Ini lebih karena sentimen higher for longer dari Fed yang mendorong naiknya indeks dolar," ungkapnya dikutip Kamis 4 April 2024.

    Pelemahan rupiah ini memberikan dampak negatif terhadap instrumen investasi dalam negeri. Terlihat dari kenaikan yield SUN tenor 10 tahun dan penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

    Namun, menurut Fikri, penurunan nilai rupiah ini bisa menjadi momentum untuk masuk ke instrumen investasi yang memiliki fundamental baik, seperti pasar SBN dan SRBI yang menawarkan yield yang tinggi saat ini.

    Selain itu, dari sisi fiskal, Indonesia masih menunjukkan kinerja yang cukup baik dengan surplus 0,1 persen dari GDP per 15 Maret 2024, meskipun ada pengeluaran untuk kebijakan populis sebelum Pilpres.

    Peningkatan PMI China dan Manufacturing PMI AS juga dapat mendorong surplus perdagangan Indonesia dan mendukung fundamental rupiah.

    Bagi investor yang berminat di pasar saham, Fikri menyarankan untuk memperhatikan emiten dengan fundamental yang solid, terutama di sektor ritel, telekomunikasi, dan perbankan yang memiliki demand yang kuat secara domestik.

    Perencana Keuangan dari Finansia Consulting Eko Endarto menambahkan bahwa bagi investor dengan orientasi jangka panjang, tidak perlu panik terhadap pelemahan rupiah ini, terutama jika tidak ada kebutuhan mendesak dalam mata uang asing.

    Namun, bagi investor dengan orientasi jangka pendek, disarankan untuk mulai mengumpulkan dolar AS dan menghindari saham-saham yang berorientasi impor serta memiliki utang valas tinggi.

    Untuk alokasi investasi, Endarto menyarankan investor konservatif untuk mengalokasikan dana sebesar 50 persen di kelas aset risiko rendah dan 50 persen risiko tinggi. Bagi investor dengan profil moderat, alokasi dapat menjadi 40 persen rendah dan 60 persen tinggi, sementara bagi investor yang agresif, alokasi bisa menjadi 20 persen rendah (kas dan setara) dan 80 persen tinggi.

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi