KABARBURSA.COM - Saham PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES) pada hari ini diperdagangkan dengan performa yang cukup stabil namun tetap menunjukkan sinyal positif meski dalam tekanan jangka panjang.
Dibuka pada harga Rp480, saham ACES sempat menyentuh titik tertinggi hariannya di level Rp492 sebelum akhirnya ditutup menguat di posisi Rp484, naik tipis sebesar 1,26 persen atau 6 poin dibandingkan penutupan sebelumnya di Rp478.
Kenaikan ini terjadi di tengah volume perdagangan yang cukup aktif, dengan total lot mencapai hampir 850 ribu dan nilai transaksi sekitar Rp41,3 miliar. Rata-rata harga saham sepanjang sesi hari ini berada di kisaran Rp486, yang menunjukkan adanya konsistensi minat beli meski pergerakannya tidak terlalu volatil.
Level harga terendah hari ini pun berada di Rp480, yang merupakan harga pembukaan, sehingga menunjukkan bahwa tekanan jual di awal perdagangan relatif berhasil diredam dan tidak berlanjut sepanjang sesi.
Meskipun pergerakan hari ini belum menyentuh batas Auto Rejection Atas (ARA) di level Rp595 maupun Auto Rejection Bawah (ARB) di Rp408, kenaikan ini memberikan sedikit napas bagi saham ACES yang dalam beberapa bulan terakhir mengalami tekanan cukup berat.
Stabilnya harga di atas titik terendah hari ini mengindikasikan bahwa ada kekuatan beli yang mulai muncul, meskipun belum cukup kuat untuk membawa harga naik signifikan ke atas resistance jangka pendek.
Dalam konteks tren jangka pendek, pergerakan hari ini dapat dianggap sebagai sinyal teknikal awal dari potensi pembentukan base atau area konsolidasi baru. Artinya, pasar mulai mencari harga keseimbangan baru bagi ACES setelah tekanan besar yang menurunkan nilainya secara drastis selama beberapa bulan terakhir.
Jika tekanan jual melemah dan didukung oleh sentimen positif eksternal atau internal perusahaan, tidak menutup kemungkinan saham ini akan mencoba bergerak menuju level resistance psikologis di sekitar Rp500.
Namun demikian, penting untuk dicatat bahwa meskipun hari ini ACES berhasil mencatatkan kenaikan, hal tersebut belum cukup untuk mengubah tren jangka menengah yang masih didominasi oleh tekanan turun.
Sepanjang tahun ini, saham ACES telah terkoreksi sebesar 38,48 persen. Tekanan ini bukan sekadar pergerakan jangka pendek, tetapi merupakan tren penurunan yang konsisten selama beberapa tahun terakhir, menimbulkan kekhawatiran sekaligus menjadi bahan evaluasi bagi investor jangka panjang.
Dalam periode satu minggu terakhir, saham ACES mencatatkan penurunan sebesar 2,02 persen, sedangkan selama sebulan terakhir, koreksinya mencapai 2,80 persen. Jika ditarik lebih jauh ke belakang, dalam tiga bulan terakhir saham ini anjlok hingga 37,29 persen, dan dalam enam bulan terakhir mencapai penurunan 48,02 persen.
Bahkan dalam jangka waktu setahun penuh, saham ACES telah terdepresiasi hampir setengah nilainya, yakni sebesar 48,57 persen. Data ini mengindikasikan tekanan yang tidak bersifat sesaat, melainkan lebih struktural.
Kinerja saham ACES dalam horizon waktu yang lebih panjang juga menunjukkan penurunan yang signifikan. Dalam tiga tahun terakhir, saham ini telah terkoreksi sebesar 54,37 persen, dan jika dilihat dalam rentang waktu lima tahun, penurunannya mencapai 63,46 persen.
Meski dalam sepuluh tahun terakhir saham ACES masih mencatatkan penurunan yang lebih moderat, yakni sekitar 29,57 persen, hal tersebut menunjukkan bahwa saham ini belum mampu mengembalikan kepercayaan pasar dalam jangka panjang.
Harga saham ACES yang pernah menyentuh level tertingginya dalam 52 minggu terakhir di angka Rp995 kini hanya bertengger mendekati level terendahnya, yaitu Rp426. Hal ini menandakan bahwa tekanan jual yang konsisten terus mendominasi pergerakan harga, dengan minimnya sentimen positif yang mampu membalikkan tren.
Penurunan harga saham ini bisa menjadi refleksi dari tantangan yang dihadapi oleh sektor ritel, mulai dari perubahan pola konsumsi masyarakat, persaingan e-commerce, hingga dampak fluktuasi ekonomi global dan domestik.
Bye Saham ACES?
Saham PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES) saat ini berada dalam tekanan yang cukup berat jika dilihat dari berbagai indikator teknikal yang mayoritas mengisyaratkan sinyal jual.
Berdasarkan rangkuman teknikal per 22 April 2025 pukul 08:13 GMT, mayoritas indikator menunjuk pada rekomendasi "Sangat Jual", baik dari sisi indikator teknikal maupun rata-rata pergerakan (moving average), mencerminkan tren penurunan yang masih dominan dalam jangka pendek hingga menengah.
Indikator Relative Strength Index (RSI) berada di level 37,39 yang masih berada di atas zona jenuh jual, namun tetap menandakan momentum negatif. Sementara itu, indikator MACD menunjukkan nilai negatif sebesar -46,12 yang mengonfirmasi tren bearish yang sedang berlangsung.
Average Directional Index (ADX) yang berada di angka 33,00 turut menguatkan bahwa kekuatan tren penurunan ini masih cukup signifikan. Indikator lain seperti Rate of Change (ROC), Ultimate Oscillator, dan Bull/Bear Power juga menunjukkan arah jual, memperkuat kesimpulan bahwa tekanan turun belum mereda.
Beberapa indikator memang menunjukkan sinyal netral hingga beli, seperti Stochastic (9,6) yang berada di level 55,92, mengindikasikan adanya sedikit potensi pembalikan arah dalam jangka sangat pendek. Namun, sinyal ini masih belum cukup kuat untuk membalikkan keseluruhan tren negatif.
Bahkan, indikator Stochastic RSI menunjukkan nilai 80,20 yang menandakan kondisi overbought, justru membuka peluang koreksi teknikal dalam waktu dekat.
Dari sisi moving average, tekanan jual semakin jelas. Harga saham ACES saat ini berada jauh di bawah hampir seluruh garis moving average utama, baik untuk jangka pendek (MA10 dan MA20), menengah (MA50), maupun panjang (MA100 dan MA200).
Rata-rata pergerakan harga 200 hari yang berada di atas Rp730, sangat kontras dengan harga saat ini di kisaran Rp484. Ini menunjukkan bahwa dalam perspektif jangka panjang, saham ACES masih sangat berada dalam fase downtrend yang dalam. Hanya MA5 dan MA10 sederhana yang memberikan sinyal beli, yang bisa diartikan sebagai potensi rebound sangat jangka pendek atau pantulan teknikal.
Dari sudut pandang pivot point, titik pivot utama berada di level Rp480, yang bertepatan dengan harga penutupan terakhir. Level ini menjadi titik penentu penting apakah ACES akan mencoba menembus ke atas menuju resistensi pertama di Rp486 atau malah kembali turun menuju support pertama di Rp472.
Jika tekanan jual terus berlanjut, support berikutnya yang perlu diperhatikan berada di kisaran Rp466 hingga Rp458. Namun, jika terjadi pergerakan positif, maka resistance-resistance berikutnya akan diuji di Rp494 dan Rp500, dengan Rp489 sebagai resistance versi Fibonacci yang cukup signifikan.
Secara keseluruhan, meskipun sempat terjadi penguatan intraday dalam perdagangan sebelumnya, analisis teknikal menyiratkan bahwa saham ACES masih berada dalam fase bearish yang cukup solid. Investor jangka panjang kemungkinan besar akan tetap menahan diri hingga ada sinyal pembalikan tren yang lebih kuat dan konfirmasi dari volume dan harga.
Sementara itu, bagi trader jangka pendek, peluang spekulatif bisa saja muncul namun tetap harus dilakukan dengan disiplin manajemen risiko yang ketat, mengingat tekanan jual masih sangat dominan dan harga berada jauh di bawah level-level moving average utama.
Kinerja Keuangan Lesu, tapi Fundamental Kuat
PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES) menunjukkan kondisi keuangan yang solid namun menghadapi tekanan signifikan pada sisi valuasi pasar dan harga saham dalam beberapa waktu terakhir. Dari sisi fundamental, perusahaan mencatatkan price to earnings (PE) ratio saat ini sebesar 9,33 baik secara annualised maupun trailing twelve months (TTM), lebih tinggi sedikit dari median PE IHSG yang berada di angka 8,04.
Hal ini mencerminkan bahwa ACES diperdagangkan sedikit di atas valuasi pasar secara umum, namun masih dalam kategori menarik, terutama dengan earnings yield yang mencapai 10,72 persen serta PEG ratio rendah di angka 0,57 yang menandakan potensi pertumbuhan laba yang undervalued dibandingkan harga sahamnya.
Revenue perusahaan selama periode 2024 tercatat mencapai Rp892 miliar (TTM), dengan net income sebesar Rp892 miliar juga, mengindikasikan margin keuntungan yang cukup tinggi yakni sebesar 13,5 persen. Hal ini diperkuat oleh gross profit margin sebesar 49,4 persen dan operating margin 17,79 persen.
Dari sisi efisiensi, return on equity (ROE) sebesar 13,77 persen dan return on assets (ROA) sebesar 10,89 persen memperlihatkan kemampuan manajemen dalam mengoptimalkan aset dan modal untuk menghasilkan keuntungan yang konsisten. Return on capital employed (ROCE) yang mencapai 16,11 persen juga memperkuat citra efisiensi operasional perusahaan.
Dari sisi solvabilitas, ACES berada dalam kondisi yang sangat sehat. Current ratio dan quick ratio masing-masing berada pada level 6,81 dan 2,92, yang berarti perusahaan memiliki aset lancar jauh lebih besar dibandingkan kewajiban jangka pendeknya.
Rasio utang terhadap ekuitas hanya sebesar 0,02 dan total debt to total assets hanya 0,01, menandakan struktur modal yang hampir sepenuhnya dibiayai ekuitas dan tidak bergantung pada utang. Bahkan, posisi net debt perusahaan adalah negatif Rp1,777 triliun, menandakan perusahaan memiliki lebih banyak kas dibandingkan utangnya secara keseluruhan.
Dari sisi arus kas, ACES menghasilkan free cash flow sebesar Rp604 miliar (TTM) dan memiliki kas sebesar Rp1,875 triliun pada kuartal terakhir, cukup untuk mendukung operasi dan pembagian dividen.
Dividen yang dibagikan secara konsisten juga memperlihatkan komitmen manajemen terhadap pemegang saham. Pada 2023, dividen per saham adalah Rp33,50, dengan payout ratio sebesar 64,29 persen dan dividend yield mencapai 7 persen, menjadikan ACES salah satu saham yang menarik dari segi pendapatan pasif.
Namun, tantangan terbesar saat ini terletak pada performa harga saham. Dalam 1 tahun terakhir, saham ACES telah terkoreksi sebesar 48,57 persen, dan bahkan selama 5 tahun terakhir turun lebih dari 63 persen. Ini menyebabkan saham ACES saat ini berada jauh dari harga tertingginya dalam 52 minggu di Rp995, dengan posisi saat ini mendekati level terendah di Rp426.
Penurunan ini terjadi meskipun kinerja operasional dan keuangan perusahaan tetap kuat, menunjukkan adanya sentimen pasar negatif yang mungkin dipicu oleh kekhawatiran akan pertumbuhan jangka panjang, ketatnya persaingan ritel, atau perubahan preferensi konsumen pasca pandemi.
Meskipun demikian, posisi fundamental ACES tetap tangguh. Altman Z-Score yang tinggi di angka 11,42 menandakan perusahaan berada jauh dari risiko kebangkrutan. Efisiensi operasi juga terlihat dari rasio perputaran piutang dan aset yang sehat, serta manajemen modal kerja yang kuat.
Dengan rasio valuasi yang relatif rendah, posisi kas kuat, dividen menarik, dan tidak ada tekanan utang, saham ACES sebenarnya sedang berada dalam kondisi fundamental yang sehat namun undervalued secara teknikal.
Secara keseluruhan, ACES merupakan contoh perusahaan dengan kekuatan keuangan luar biasa, namun saat ini sedang menghadapi tekanan pasar yang besar. Bagi investor jangka panjang, kondisi ini bisa menjadi peluang untuk masuk pada valuasi menarik, sambil menanti katalis positif yang mampu mengembalikan kepercayaan pasar terhadap sektor ritel dan prospek pertumbuhan ACES di masa mendatang.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.