KABARBURSA.COM - PT Pyridam Farma Tbk (PYFA), perusahaan farmasi terkemuka di Indonesia, baru saja menyelesaikan akuisisi signifikan terhadap perusahaan farmasi asal Australia, Probiotec Ltd. Transaksi ini bernilai AUD251,3 juta atau setara dengan Rp2,7 triliun dan secara resmi diselesaikan pada 18 Juni 2024 melalui anak usaha PYFA, yakni PYFA Australia Pty Ltd (PAPL). Akuisisi ini mencerminkan langkah strategis PYFA dalam memperkuat posisinya di pasar farmasi internasional.
Untuk membiayai akuisisi ini, PYFA menggunakan berbagai sumber dana, termasuk pendanaan perbankan, kas internal, pembiayaan dari lembaga non-bank, serta hasil dari pelaksanaan right issue. Hal ini memberikan PYFA modal tambahan sebesar Rp1,07 triliun, dengan melepaskan hingga 10,7 juta lembar saham atau sekitar 95,24 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh, dengan nilai nominal Rp100 per saham.
Setelah akuisisi Probiotec Ltd, total aset PYFA melonjak signifikan menjadi Rp6,16 triliun pada semester pertama 2024 (6M24), dibandingkan dengan Rp1,5 triliun di akhir 2023 (FY23). Peningkatan ini sebagian besar didorong oleh penambahan nilai wajar dari bagian ekuitas yang diakuisisi, termasuk goodwill senilai Rp2,59 triliun. Goodwill ini mencerminkan nilai strategis yang diharapkan dari sinergi operasional dan pengembangan bisnis yang akan dihasilkan oleh akuisisi ini.
Peningkatan Pinjaman dan Ekspansi Internasional
Dalam rangka mendukung transaksi besar ini, PYFA melalui anak usahanya, PAPL, memperoleh pinjaman sebesar AUD155 juta dari The Hongkong and Shanghai Banking Corporation (HSBC) Cabang Singapura. Pinjaman ini memiliki tenor enam bulan dan mendukung proses akuisisi secara penuh. Pada akhir Juni 2024, saldo pinjaman tersebut tercatat sebesar Rp1,69 triliun. Total pinjaman bank jangka pendek PYFA pun meningkat tajam menjadi Rp1,83 triliun di 6M24 dari Rp131,2 miliar di FY23.
Berdasarkan riset Phintraco Sekuritas, Selasa, 17 September 2024, seiring dengan pelaksanaan right issue, jumlah modal ditempatkan dan disetor penuh PYFA bertambah menjadi Rp1,12 triliun pada 6M24, meningkat tajam dari Rp53,5 miliar di FY23. Langkah ini memberikan fondasi keuangan yang lebih kuat bagi perusahaan untuk ekspansi di pasar internasional serta pengembangan produk-produk baru yang inovatif dalam industri farmasi.
Dengan meningkatnya aset dan pendapatan, PYFA saat ini diperdagangkan pada Price-to-Book Value (PBV) sebesar 1,32x. Berdasarkan metode relative valuation dan pendekatan PBV, analis dari Phintraco Sekuritas memperkirakan fair value saham PYFA berada di angka 177, yang menunjukkan potential upside sebesar 45,83 persen dari harga penutupan terakhir. Ini mencerminkan peluang investasi yang menarik bagi para investor yang optimis terhadap prospek pertumbuhan PYFA pasca-akuisisi
Akuisisi Probiotec Ltd oleh PYFA menandai tonggak penting dalam perjalanan ekspansi global perusahaan ini. Dengan penguatan struktur keuangan melalui right issue dan pendanaan lainnya, PYFA siap untuk mengoptimalkan sinergi dari akuisisi ini, memperkuat posisinya di industri farmasi internasional, dan menciptakan nilai lebih bagi pemegang sahamnya. Dalam jangka panjang, akuisisi ini diharapkan dapat mendukung pertumbuhan pendapatan dan meningkatkan daya saing PYFA di pasar global.
Lalu, bagaimana kinerja saham PYFA?
Menggunakan metodologi Warren Buffett kinerja saham PYFA dapat dilihat dari keuntungan berkelanjutan (consistent earnings power), return on equity (ROE), debt-to-equity ratio, margin keuntungan yang stabil, serta kemampuan perusahaan menghasilkan free cash flow.
Dalam kasus PYFA, perusahaan menunjukkan net income yang negatif, yaitu -142 B dengan EPS (TTM) -12,67, dalam beberapa periode terakhir, yang berarti perusahaan sedang mengalami kerugian. Ini adalah tanda peringatan bagi investor seperti Buffett yang cenderung menghindari perusahaan yang tidak memiliki keuntungan berkelanjutan.
Buffett sering menekankan pentingnya return on equity (ROE) karena ini menunjukkan seberapa baik manajemen perusahaan menggunakan modal dari pemegang saham untuk menghasilkan keuntungan. ROE negatif -10,55 persen menunjukkan bahwa PYFA saat ini tidak menghasilkan keuntungan yang memadai dari ekuitas pemegang saham, yang merupakan hal negatif dalam penilaian Buffett.
Debt-to-equity ratio PYFA sangat tinggi (2.96), yang menunjukkan bahwa perusahaan sangat bergantung pada utang untuk mendanai operasinya. Hal ini meningkatkan risiko bagi pemegang saham, karena beban bunga dapat menekan profitabilitas di masa depan, terutama jika kinerja perusahaan tidak membaik.
Buffett menyukai perusahaan dengan margin keuntungan yang stabil atau meningkat, karena ini menunjukkan efisiensi operasional yang kuat. Diketahui, Gross Profit Margin (Quarter) 34.33 persen menunjukkan laba kotor PYFA cukup baik. operating profit margin (Quarter) -6.62 persen da, net profit margin (Quarter) -12.49 persen menunjukkan bahwa perusahaan tidak mampu mengkonversi penjualan menjadi keuntungan bersih, yang menjadi faktor penting bagi Buffett.
Free cash flow adalah metrik penting bagi Buffett, karena ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan uang tunai setelah belanja modal, yang bisa digunakan untuk pengembalian modal kepada pemegang saham atau untuk investasi di masa depan. PYFA memiliki free cash flow positif (76 B), meskipun cukup kecil dibandingkan dengan besaran kerugian bersihnya. Ini menunjukkan bahwa meski perusahaan tidak menguntungkan saat ini, masih ada arus kas yang positif.
Buffett cenderung mencari saham yang diperdagangkan dengan valuasi yang masuk akal, seringkali dengan price-to-book (P/B) ratio rendah atau price-to-earnings (P/E) ratio rendah. Meskipun P/B ratio PYFA sebesar 1.27 menunjukkan valuasi yang relatif rendah, P/E ratio negatif menandakan bahwa perusahaan tidak menguntungkan, yang biasanya akan membuat Buffett waspada.
Current ratio di bawah 1 (0.75) dan quick ratio yang rendah (0.55) menunjukkan bahwa PYFA mungkin mengalami kesulitan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya, yang merupakan sinyal merah dalam analisis fundamental Buffett.
Jadi, PYFA memiliki kelebihan bahwa perusahaan memiliki free cash flow yang positif, meskipun kecil dan Gross profit margin yang cukup kuat menunjukkan bahwa perusahaan masih memiliki kekuatan dalam menghasilkan keuntungan pada level kotor.
Namun, net income negatif dan ROE negatif menunjukkan perusahaan sedang mengalami kerugian dan belum mampu menghasilkan keuntungan dari ekuitas pemegang saham. Debt-to-equity ratio yang tinggi menandakan bahwa perusahaan memiliki beban utang yang cukup besar, yang bisa menjadi masalah jika pendapatan tidak segera membaik. Sementara, Likuiditas rendah, dengan current ratio dan quick ratio yang menunjukkan kesulitan perusahaan dalam menangani kewajiban jangka pendek.
Secara keseluruhan, PYFA saat ini tidak memenuhi kriteria utama Warren Buffett terkait perusahaan yang solid dan menguntungkan dengan hutang rendah dan penghasilan yang konsisten. Meskipun ada potensi upside dalam jangka panjang, Buffett kemungkinan besar akan menghindari saham ini hingga fundamental perusahaan membaik.(*)
Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak membeli atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analis dari sekuritas yang bersangkutan, dan Kabarbursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan Investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.