KABARBURSA.COM - Penjualan mobil pada Maret 2025 mengalami penurunan. Menurut data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), penjualan kendaraan roda empat pada tiga bulan pertama tahun ini sebanyak 70.892 unit, atau turun sebesar 5,1 persen dibanding periode yang sama di tahun sebelumnya.
Analis pasar modal Nafan Aji Gusta mengatakan, penurunan penjualan mobil itu masih disebabkan oleh tingginya suku bunga acuan.
"Dan disertai juga oleh meredupnya ya, atau sentiment rendahnya daya beli, akibat oleh faktor rekondisi makro ekonomi domesik yang kurang kondusif," ujarnya kepada Kabarbursa.com, Kamis, 24 April 2025.
Nafan menyebut, cara mengatasi penurunan penjualan mobil ini bisa dilakukan andai Bank Indonesia (BI) melakukan pelonggaran moneter. Dengan dorongan tersebut, ia yakin transaksi kredit otomotif khususnya mobil bisa kembali menggeliat.
Menurut Nafan, cukup wajar jika kondisi ini akan berdampak terhadap emiten yang fokus terhadap otomotif, salah satunya PT. Astra International Tbk (ASII).
Adapun dari Januari - Maret 2025, penjualan mobil ASII mencapai 110.812 unit, angka ini turun sebesar 7,39 persen dibanding periode serupa tahun lalu.
Sementara itu penjualan mobil ASII per Maret 2025, turut melandai dengan jumlah 37.735 unit, turun sebesar 6,7 persen ketimbang bulan sebelumnya.
Dalam kondisi seperti ini, Nafan mengatakan perusahaan otomotif seperti ASII harus melakukan inovasi untuk tetap bisa meningkatkan penjualannya.
"Di sini inovasi produk kendaraan atau produk otomotif pun juga penting agar tetap penjual kendaraannya bisa meningkat karena mengikuti selera pasar," pungkasnya.
Kinerja Keuangan Tetap Solid
Meskipun penjualan otomotif sedang lesu dan daya beli masyarakat berkurang, namun kinerja keuangan PT Astra International Tbk (ASII) tetap solid. Hal ini terlihat dari kinerja keuangan lima tahun terakhir yang mencerminkan ketahanan tinggi serta kemampuan adaptasi yang konsisten dalam menghadapi dinamika ekonomi nasional dan global.
Pada tahun 2020, ketika pandemi COVID-19 memberikan dampak signifikan terhadap aktivitas ekonomi, Astra mencatatkan pendapatan bersih sebesar Rp175 triliun. Laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk mencapai Rp16,1 triliun, dengan total aset sebesar Rp338,2 triliun, liabilitas sebesar Rp142,8 triliun, dan ekuitas Rp195,4 triliun.
Di tengah tekanan tersebut, Astra tetap mampu menjaga arus kas operasi stabil di angka Rp38,2 triliun. Hal ini menjadi indikasi penting bahwa operasional perusahaan tetap berjalan efektif meski dalam kondisi pasar yang penuh tekanan.
Seiring membaiknya situasi ekonomi pada 2021, Astra mulai menunjukkan pemulihan kinerja. Pendapatan meningkat menjadi Rp233,5 triliun, naik sekitar 33,4 persen dari tahun sebelumnya, didorong oleh pulihnya permintaan kendaraan bermotor dan peningkatan harga komoditas.
Laba bersih melonjak menjadi Rp20,2 triliun. Total aset meningkat menjadi Rp367,3 triliun, dan ekuitas naik menjadi Rp215,6 triliun. Seluruh lini usaha menunjukkan perbaikan, termasuk sektor otomotif, alat berat, serta jasa keuangan.
Tren positif berlanjut pada 2022, dengan Astra mencetak pendapatan bersih tertinggi dalam periode lima tahun sebesar Rp301,4 triliun. Kenaikan ini utamanya disumbang oleh sektor otomotif yang kembali bergairah dan divisi alat berat yang terdorong oleh harga batu bara yang tinggi.
Laba bersih meningkat signifikan menjadi Rp28,9 triliun. Total aset perusahaan tercatat sebesar Rp421,4 triliun, liabilitas sebesar Rp183,5 triliun, dan ekuitas mencapai Rp237,9 triliun. Struktur keuangan yang kuat ini memberi ruang bagi perusahaan untuk ekspansi usaha lebih lanjut.
Pada 2023, Astra mencatatkan pendapatan sebesar Rp316,6 triliun, tumbuh lima persen dibanding tahun sebelumnya. Laba bersih kembali naik menjadi Rp33,84 triliun.
Kinerja solid masih berasal dari sektor otomotif, yang menyumbang Rp126,3 triliun pendapatan, serta segmen alat berat dan pertambangan yang mencapai Rp128,3 triliun. Jasa keuangan menyumbang Rp29,8 triliun, dan agribisnis mencatatkan penurunan menjadi Rp20,7 triliun karena tekanan harga CPO.
Memasuki 2024, Astra membukukan pendapatan bersih sebesar Rp330,09 triliun, naik 4,53 persen secara tahunan. Laba bersih meningkat menjadi Rp34,05 triliun. Segmen alat berat, pertambangan, konstruksi, dan energi menjadi penyumbang utama dengan kontribusi pendapatan Rp134,42 triliun.
Sektor otomotif memberikan kontribusi sebesar Rp113,05 triliun, sementara jasa keuangan mencatat pertumbuhan menjadi Rp33,10 triliun. Segmen agribisnis mengalami pemulihan dengan pendapatan mencapai Rp21,81 triliun.
Pada kuartal pertama 2025, tantangan mulai terlihat, terutama di sektor otomotif. Penjualan mobil Astra turun menjadi 110.812 unit, merosot 7,34 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.
Penurunan paling tajam terjadi di segmen LCGC yang anjlok 22,27 persen menjadi 28.294 unit. Namun demikian, pangsa pasar Astra tetap kuat di angka 54 persen, menegaskan posisi dominan perusahaan di pasar domestik.
Segmen lain seperti alat berat, agribisnis, dan jasa keuangan menunjukkan kinerja yang relatif stabil dan menjadi penyeimbang di tengah tekanan di sektor kendaraan.
Secara keseluruhan, perjalanan kinerja keuangan Astra selama 2020 hingga kuartal I 2025 memperlihatkan kekuatan fundamental dan strategi diversifikasi yang efektif. Dengan manajemen yang tangguh, Astra berhasil menjaga pertumbuhan pendapatan, efisiensi operasional, dan stabilitas keuangan meskipun menghadapi berbagai tantangan eksternal.
Struktur neraca yang solid dan kontribusi dari berbagai lini usaha menjadikan Astra tetap relevan dan kompetitif di tengah transformasi ekonomi yang terus berlangsung.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.