Logo
>

Suspend BEEF Alarm bagi Investor: Jual di Harga Berapa?

Kenaikan ekstrem saham BEEF hingga disuspensi bursa menjadi sinyal peringatan bagi investor, di mana valuasi sudah jauh meninggalkan fundamentalnya.

Ditulis oleh Yunila Wati
Suspend BEEF Alarm bagi Investor: Jual di Harga Berapa?
Produk buatan PT Estetika Tata Tiara Tbk. Foto: Dok KIBEF.

KABARBURSA.COM – Berhari-hari harga saham BEEF (PT Estetika Tata Tiara Tbk) melesat tanpa banyak koreksi. Dan kini, perdagangannya dihentikan sementara (suspended) karena kenaikannya tidak wajar.

Itu sendiri sudah menjadi alarm bagi investor rasional, di mana ketika harga berlari jauh di depan fundamental, risiko pembalikan (drawdown) biasanya membesar.

Jika dilihat dari fundamentalnya, secara laba akuntansi, BEEF memang hijau. EPS TTM sebesar 16,77, sementara ROE TTM terlihat tinggi di 40,7 persen. Sayangnya, kualitasnya rapuh jika dilihat lebih dalam lagi.

Rapuhnya kualitas BEEF terlihat dari kas operasi TTM yang minus 396 miliar dengan free cash flow TTM -401 miliar. Altman Z score berada di 0,53, yang merupakan zona rawan. Sementara financial leverage di 6,02x, D/E 2,17, dan total liabilities/equity di angka 5,01. Kondisi ini yang menandakan adanya ketergantungan pada liabilitas.

Begitu pula dengan profitabilitas yang terlihat sangat tipis. Net Margin TTM di angka 2,78 persen, sementara PS TTM 0,83. Artinya, pasar sudah membayar Rp0,83 untuk tiap 1 rupiah penjualan yang menghasilkan margin setipis itu.

Hal serupa tampak pada P/B 17,35 yang angkanya sangat tinggi untuk bisnis makanan dengan margin rendah. Pun dengan P/E TTM 42,63 yang juga mahal untuk laba yang belum berwujud kas.

Da, dari sisi pasar, free float hanya 13,03 persen. Float sempit ini sering membuat harga mudah ditarik naik, tetapi sama mudahnya berbalik tajam saat likuiditas kering. Apalagi dikombinasikan dengan suspense UMA, sinyal kehati-hatian sangat jelas terlihat.

Berapa Harga Wajarnya?

Untuk menakar nilai wajarnya, perhitungan konservatif dengan tiga pendekatan dasar memberi gambaran lebih realistis. Menggunakan pendekatan P/E relatif dengan pembanding median IHSG di 9,07 kali, harga wajar saham BEEF seharusnya berada di sekitar Rp150–Rp200 per lembar. 

Jika dihitung dengan EV/EBITDA, yang lebih cocok untuk menilai perusahaan dengan arus kas fluktuatif, harga wajar berada di kisaran Rp140–Rp260, sementara pendekatan berbasis Price-to-Sales (P/S) memberi rentang yang sedikit lebih tinggi, Rp350–Rp500, namun itu pun mengandung bias karena margin keuntungan yang terlalu tipis. 

Dari semua pendekatan ini, rentang harga wajar konservatif yang paling masuk akal berada di Rp170–Rp220 per saham, dengan titik tengah sekitar Rp200.

Artinya, dengan harga pasar terakhir Rp715, saham BEEF saat ini sudah diperdagangkan tiga kali lipat lebih tinggi dari nilai wajarnya, atau dengan premi lebih dari +225 persen dibanding batas atas kisaran fundamental. 

Secara sederhana, ini bukan lagi saham murah, ini saham yang sudah “priced for perfection,” bahkan ketika fundamentalnya belum sempurna.

Suspensi oleh Bursa Efek Indonesia karena kenaikan harga tidak wajar (UMA) sebetulnya menjadi bentuk perlindungan bagi investor. Suspensi semacam ini biasanya muncul ketika bursa menilai pergerakan harga tak lagi mencerminkan nilai ekonomi yang masuk akal. 

Setelah suspensi dicabut, dua skenario biasanya terjadi, harga langsung terkoreksi karena aksi ambil untung, atau bertahan tinggi dengan volatilitas ekstrem. Dalam kedua kasus itu, investor perlu disiplin dalam manajemen risiko, karena ruang kenaikan tambahan akan semakin sempit sementara potensi koreksi kian besar.

Jual Sekarang, di Harga Berapa?

Bagi investor berbasis fundamental, posisi harga saat ini jelas sudah berada di wilayah profit taking. Logikanya sederhana, jika harga pasar sudah lebih dari tiga kali lipat dari batas atas nilai wajar (tiga kali Rp220 = Rp660), maka potensi imbal hasil jangka pendek tidak lagi sebanding dengan risikonya. 

Di level Rp700-an, hampir semua rasio valuasi BEEF menunjukkan kondisi jenuh beli yang ekstrem. Investor konservatif bisa mempertimbangkan untuk merealisasikan sebagian besar keuntungan, sekitar 50 hingga 70 persen dari kepemilikan, ketika perdagangan kembali dibuka.

Untuk trader yang masih ingin menunggangi momentum, disiplin adalah kunci. Tetapkan trailing stop ketat sekitar 10–12 persen di bawah harga pasar saat ini, dan jangan ragu keluar jika harga gagal bertahan di area Rp700–730.

Secara teknikal, level tersebut adalah zona resistensi psikologis yang bisa dengan cepat berubah menjadi titik balik penurunan bila tekanan jual meningkat. 

Rebound ke kisaran Rp690–720 bisa menjadi momen rasional untuk melepas sebagian atau seluruh posisi, karena di atas harga tersebut, saham sudah berada lebih dari tiga kali nilai wajarnya.

Pada akhirnya, kisah BEEF mencerminkan wajah klasik pasar modal Indonesia: euforia harga yang bisa mengaburkan logika fundamental. Meski laporan laba terlihat membaik, arus kas negatif, rasio utang tinggi, dan valuasi superpremium seharusnya membuat investor berhati-hati. 

Suspend karena kenaikan tak wajar bukanlah sinyal peluang baru, melainkan peringatan keras agar tidak terjebak di puncak reli.

Saham ini mungkin masih bisa naik dalam jangka sangat pendek jika euforia berlanjut, tetapi secara fundamental, ruang kenaikan sudah habis. Bagi investor rasional, saat terbaik untuk menjual bukan ketika harga mulai turun, melainkan ketika semua orang masih yakin bahwa harganya tidak akan turun.(*)

Disclaimer:
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Yunila Wati

Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79