Logo
>

Tambah Uang Tunai Saat Ekonomi Tak Pasti, Pilihan Terbaik?

Ditulis oleh Syahrianto
Tambah Uang Tunai Saat Ekonomi Tak Pasti, Pilihan Terbaik?

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Penurunan harga saham di pasar modal akhir-akhir ini, terutama saham-saham perbankan, kemungkinan telah menyebabkan para investor melihat nilai portofolio mereka turun secara signifikan. Saham-saham besar seperti BBRI, BBCA, dan yang lainnya dalam sektor perbankan juga mengalami penurunan harga selama beberapa minggu terakhir dalam suasana pasar yang bergejolak.

    Keadaan ini mungkin membuat banyak investor merasa ragu, apakah lebih baik melakukan cutloss atau menambah posisi (average down) saat harga turun, atau hanya membiarkan unrealized loss terjadi, tergantung pada rencana investasi atau trading plan masing-masing investor.

    Hal yang sama juga berlaku jika beberapa aset sudah memberikan keuntungan, apakah sekarang waktu yang tepat untuk mengambil profit guna menghindari risiko penurunan harga di masa depan, terutama di tengah ketidakpastian pasar dengan tingkat suku bunga yang tinggi, serta risiko depresiasi nilai tukar dan penurunan daya beli.

    Bagi seorang investor bernilai seperti Warren Buffet, situasi saat ini dianggapnya penuh ketidakpastian, sehingga ia memilih untuk mengurangi paparannya terhadap aset-aset berisiko seperti saham, dengan tujuan mengurangi risiko di masa depan, sambil meningkatkan jumlah uang tunai yang dimilikinya.

    Pemilikan Buffet pada saham teknologi terkemuka, Apple Inc (AAPL), sebagai ilustrasi, mengalami penurunan sebesar USD38,9 miliar selama tiga bulan pertama tahun ini. Sebagai hasilnya, penjualan saham AAPL dan aset lain yang lebih berisiko telah meningkatkan nilai kas Berkshire Hathaway, perusahaan investasi Buffet, mencapai rekor baru sekitar USD189 miliar, setara dengan sekitar Rp3.024 triliun.

    Bagi Buffet, dalam kondisi saat ini, ketika ketidakpastian meningkat terkait penurunan suku bunga, inflasi yang tetap tinggi, risiko resesi yang mungkin akibat pengetatan ekonomi yang berlangsung lama, ditambah dengan risiko geopolitik, keputusan terbaik adalah meningkatkan jumlah uang tunai. Menurut laporan dari Bloomberg News, Buffet bahkan memperkirakan bahwa posisi uang kasnya dapat meningkat menjadi sekitar USD250 miliar pada akhir kuartal ini.

    Menimbun uang tunai ketika ketidakpastian ekonomi meningkat mungkin menjadi pilihan terbaik apabila dana itu tidak malah tergerus inflasi. Bagi Buffet, ia menempatkan uang kasnya di instrumen yang memberikan imbal hasil. Pada kuartal pertama tahun ini, Buffet menikmati penghasilan bunga hingga USD1,9 miliar, meningkat jauh dibanding kuartal sebelumnya USD1,1 miliar.

    Dalam konteks yang lebih suram, bagaimana keadaan di Indonesia? Perekonomian domestik diprediksi akan mengalami perlambatan pada sisa tahun ini setelah mencatat pertumbuhan yang melampaui ekspektasi pada kuartal I 2024 sebesar 5,11 persen, terutama karena adanya peningkatan belanja masyarakat selama Ramadan-Idulfitri.

    Peningkatan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI Rate menegaskan bahwa situasi pengetatan akan berlangsung lebih lama. Pelemahan nilai tukar rupiah juga berpotensi memengaruhi kenaikan inflasi, dengan BI memproyeksikan inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) akan terkendali di 3,2 persen tahun ini. Namun, inflasi harga pangan yang bergejolak, yang sempat mencapai 10,33 persen pada bulan Maret lalu, diharapkan akan mengalami penurunan menjadi kisaran 6 hingga 7 persen.

    Selain itu, pertumbuhan dunia usaha juga diperkirakan akan melambat, terindikasi dari penurunan signifikan pada Indeks Manajer Pembelian (Purchasing Managers' Index/PMI) manufaktur pada bulan April. Para pengusaha cenderung menjadi lebih hati-hati dalam melakukan rekrutmen tenaga kerja, bahkan dalam beberapa kasus melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) sementara sehingga penciptaan lapangan kerja bisa semakin sulit ke depan. Optimisme dalam dunia usaha menurut publikasi S&P Global Market Intelligence menjadi yang terendah dalam empat tahun terakhir.

    Dalam situasi yang cenderung suram dan penuh ketidakpastian, mengadopsi strategi konservatif menjadi hal yang umum. Seperti halnya Buffet, seorang investor dapat mengurangi risiko kerugian di masa mendatang dengan memangkas paparan pada aset berisiko seperti saham, reksa dana saham, atau derivatif, dan meningkatkan alokasi dana tunai pada aset-aset yang likuid dan memiliki risiko rendah, seperti obligasi negara jangka pendek, instrumen pasar uang, simpanan di bank, dan bahkan emas.

    Namun, seperti yang dilakukan Buffet, meningkatkan jumlah uang tunai tidak berarti uang itu hanya disimpan di bawah bantal atau di brankas tanpa memberikan pengembalian. Menyimpan uang tunai berarti menempatkannya dalam instrumen yang likuid, memiliki risiko kecil, tetapi masih memberikan pengembalian yang setidaknya bisa menyeimbangi inflasi.

    Ada beberapa opsi aset yang dapat dipertimbangkan ketika memilih untuk meningkatkan alokasi dana tunai sebagai pilihan terbaik bagi Anda saat ini, daripada membiarkan dana tetap di aset berisiko yang terus mengalami penurunan nilai. Berikut adalah opsi yang dapat dipertimbangkan:

    Surat Berharga Negara

    Bagi investor yang mencari tempat 'parkir' dana yang risikonya lebih kecil tetapi masih memberikan imbal hasil lumayan, SBN adalah salah satu opsi. Risiko SBN tergolong rendah, karena penerbitnya negara. Selama negara tidak bangkrut, risiko gagal bayar alias default terbilang kecil.

    Sementara tawaran imbal hasilnya masih potensial di atas inflasi. Kenaikan BI rate April lalu menjadi 6,25 persen, telah membuat imbal hasil SBN naik hingga di atas 7 persen.

    Kenaikan imbal hasil itu menjadi kesempatan bagi investor yang ingin berinvestasi di surat berharga karena indikasi harga obligasi tersebut tengah turun sehingga modal investasi lebih kecil. Modal investasi di SBN adalah mulai Rp1 juta.

    Contoh mudahnya, SBN seri fixed rate FR0100 yang jatuh tempo 2034, saat ini memiliki yield 6,87 persen dan harga 98,25 persen. Sementara kupon yang diberikan adalah 6,625 persen per tahun.

    Bila Anda berinvestasi sebanyak 100 unit di mana harga per unit adalah Rp1 juta, maka Anda cukup mengeluarkan modal investasi sebanyak Rp99,89 juta (termasuk fee ke agen penjual) dan akan menikmati pendapatan kupon sebesar Rp2,98 juta per 6 bulan.

    Ketika setahun ke depan Anda menjualnya ketika harganya naik, anggaplah di harga 102 persen, maka Anda bisa mendapatkan capital gain yang diperoleh dari selisih harga beli dan harga jual, selain telah mengantongi pendapatan kupon sebanyak dua kali. Sedang bila memutuskan memegang hingga jatuh tempo (hold to maturity), potensi return yang bisa dinikmati mencapai Rp59,72 juta.

    Anda bisa menjajal investasi di SBN atau obligasi negara ini dengan investasi minimal Rp1 juta saja per unit.

    SBN ritel

    Selain seri FR atau PBS, project based sukuk alias SBN syariah, pilihan lain adalah SBN ritel. Ini sebenarnya mirip dengan FR atau PBS, bedanya adalah ia dijual di pasar primer sehingga di harga par atau 100.

    Saat ini, pemerintah tengah menawarkan SBN ritel berjenis Sukuk Tabungan seri ST012 dalam dua pilihan cabang atau tranches yaitu dua tahun atau empat tahun. Modalnya mulai Rp1 juta.

    Simulasi sederhana, untuk investasi di ST012-T2 tenornya dua tahun, jatuh tempo 10 Mei 2026, dan memberikan kupon 6,4 persen per tahun. Bila Anda menaruh dana Rp100 juta, maka akan mendapatkan kupon per bulan sebesar Rp479.970 selama dua tahun. Sehingga total pendapatan kupon mencapai Rp11,11 juta bila memegangnya hingga jatuh tempo nanti.

    Namun, sukuk tabungan ini memiliki fitur early redemption atau pencairan sebelum jatuh tempo. Jadi, bila di tengah masa investasi Anda ingin mencairkan, hal itu masih bisa dilakukan tapi maksimal pencairan adalah 50 persen dari modal (principal). Pencairan lebih awal juga baru bisa dilakukan pada 10 Mei 2025 atau setahun setelah pembelian.

    Kupon yang diberikan oleh SBN ritel terbaru ini masih lebih menarik dibanding rata-rata bunga deposito bank yang saat ini tak sampai 5 persen per tahun. Selain itu, pajak bunga obligasi juga lebih kecil hanya 10 persen dibanding pajak bunga simpanan bank yang 20 persen.

    Deposito bank digital

    Pilihan lain adalah menempatkan di deposito bank digital yang bisa di kisaran 7 persen per tahun. Penempatannya mulai Rp1 juta atau Rp10 juta. Namun, dengan tingkat bunga sebesar itu, Anda perlu ingat ada risiko yang ditanggung bila terjadi masalah di bank tempat Anda menaruh duit.

    Bunga penjaminan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) saat ini di bank umum masih di kisaran 4,25 persen. Artinya bila terjadi masalah di bank yang mengancam pengembalian dana, LPS tidak akan menggantinya karena simpanan itu memberikan bunga di atas bunga penjaminan. Sementara di bank rakyat alias BPS, tingkat bunga penjaminan dipatok di kisaran 6,75 persen saat ini.

    Dolar AS

    Menempatkan dana tunai dalam bentuk valas atau dolar AS mungkin akan menjadi pilihan tepat terutama bila Anda memiliki tujuan keuangan yang membutuhkan valas di masa depan.

    Namun, saat ini bunga tabungan atau deposito valas di perbankan masih terbilang kecil. Sebagai contoh, deposito valas di salah satu bank asing di Indonesia untuk penempatan terlama 12 bulan, hanya memberikan 2,15 persen untuk dana di bawah US$5.000. Tertinggi juga cuma diganjar 2,75 persen untuk dana di atas USD100.000.

    Tingkat bunga deposito valas itu juga masih jauh di bawah tingkat bunga acuan Fed fund rate saat ini yang sudah 5,5 persen. Selain itu, prospek harga dolar AS juga diprediksi akan semakin turun ke depan. Bank Indonesia memperkirakan, nilai tukar rupiah (harga dolar AS) pada kuartal IV tahun ini akan turun ke Rp15.800 per dolar AS. Saat ini, kurs dolar AS di perbankan masih di kisaran Rp16.000-an.

    Emas

    Emas sering menjadi pilihan dalam situsi ketidakpastian tinggi menuju resesi. Emas difungsikan sebagai alat hedging atau lindung nilai dari inflasi jangka panjang juga sebagai safe haven dalam situasi krisis karena nilainya yang stabil dan potensial meningkat dalam jangka panjang.

    Namun, emas tidak memberikan yield atau imbal hasil sebagaimana SBN atau obligasi. Potensi keuntungan emas hanya didapatkan dari capital gain, selisih harga ketika membeli dan saat menjualnya kelak. Untuk mendapatkan capital gain yang optimal, seringkali membutuhkan waktu panjang.

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Syahrianto

    Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

    Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

    Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

    Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.