KABARBURSA.COM - Keempat Bank BUMN telah merilis laporan keuangan 2023 dengan pencapaian yang mengesankan. BBRI mencatatkan laba sebesar Rp60 triliun, tumbuh 17,5 persen. BMRI mencatatkan rekor laba bersih sebesar Rp55 triliun, dengan pertumbuhan 33,7 persen. Sementara itu, BBNI mencatat laba bersih sebesar Rp18 triliun, melonjak 68 persen, dan BBTN mencatat laba bersih sebesar Rp3,5 triliun, tumbuh 14,94 persen.
Pertumbuhan kinerja keempat bank BUMN ini mendapat apresiasi dari para investor, yang tercermin dalam penguatan harga saham yang signifikan, baik dalam periode satu tahun terakhir maupun sejak awal tahun (year to date/ytd). Saham BBRI menguat sebesar 31,72 persen dalam setahun terakhir, sementara BMRI dan BBNI masing-masing menguat sebesar 41,35 persen dan 30,75 persen selama periode yang sama.
Dari keempat Bank BUMN tersebut, hanya saham BBTN yang mengalami kenaikan terbatas dalam periode satu tahun. Saham emiten yang berfokus pada KPR ini hanya mengalami kenaikan sebesar 11 persen dalam 12 bulan terakhir. Namun, jika dilihat dari perspektif year to date (ytd), atau sejak awal tahun 2023, performa saham BBTN menjadi yang terbaik dibandingkan dengan saham-saham rekan sejawatnya. Saham BBTN dan BMRI telah menguat sebesar 16,80 persen dan 16,53 persen secara ytd, yang lebih baik daripada BBRI dan BBNI yang masing-masing hanya menguat sebesar 6,99 persen dan 9,77 persen.
Lonjakan saham BBTN mulai terjadi ketika manajemen mengumumkan kinerja 2023 yang berhasil melampaui ekspektasi. Pada saat paparan kinerja 12 Februari silam, harga saham terbang 8 persen dalam sehari. Pelaku pasar mengapresiasi keberhasilan manajemen menyelesaikan kredit bermasalah, perbaikan biaya dana, ekspansi ke kredit berimbal hasil tinggi dan prospek BTN Syariah apabila dipisahkan dari induk (spin off) dengan cara akuisisi bank syariah lain.
Pada saat yang sama, valuasi BBTN dianggap jauh lebih murah dibandingkan ketiga Bank BUMN lainnya. Price to book value (PBV) rasio BBTN hanya 0,67x. Sebagai pembanding, BBRI, BMRI dan BBNI mencatat PBV rasio masing masing sebesar 2,98x, 2,52x dan 1,47x.
Dengan berbagai pencapaian itu dan valuasi BBTN yang masih kemurahan, OCBC Sekuritas merekomendasikan beli dengan target harga saham Rp1.500. Tim riset OCBC Sekuritas yang meliputi Budi Rustanto dan Farrell Nathanael mengatakan laba bersih BBTN senilai Rp3,5 triliun, tumbuh 15 persen yoy, melebihi perkiraan mereka sebesar 110,7 persen atau perkiraan konsensus sebesar 107,7 persen
Tim riset OCBC Sekuritas mencatat bahwa manajemen BBTN telah melaksanakan strategi yang tepat menghadapi tantangan likuiditas yang ketat. BBTN berfokus pada pinjaman dengan imbal hasil tinggi seperti kredit usaha rakyat (KUR), kredit kepemilikan rumah untuk segmen komersial, dan kredit lunak (KRING), sambil meningkatkan efisiensi biaya dana melalui optimalisasi CASA. Strategi ini berhasil menghasilkan imbal hasil pinjaman yang lebih tinggi sebesar 8,12 persen pada tahun 2023.
Selain itu, pendapatan operasional non-bunga meningkat signifikan sebesar 71,1 persen YoY menjadi Rp3,89 triliun pada tahun 2023, yang berkontribusi sebesar 12,2 persen dari total pendapatan, terutama dari keuntungan transaksi dan pemulihan treasury.
BBTN juga berhasil mendiversifikasi sumber pendapatan non-bunga dengan sukses memanfaatkan bisnis perbankan transaksi grosir dalam lima ekosistem fokus, yaitu pendidikan, kesehatan, perdagangan, kawasan industri, dan properti terkait. Selain itu, biaya operasional turun sedikit 4,5 persen YoY menjadi Rp9,02 triliun pada tahun 2023, dengan rasio biaya terhadap pendapatan yang lebih rendah.
OCBC Sekuritas mempertahankan rekomendasi BELI dengan target harga yang ditingkatkan menjadi Rp1.500/saham, dengan asumsi biaya ekuitas 10,2 persen. Saham tersebut diperdagangkan pada PER 2024F sebesar 4,9x dan PBV 0,6x.
"Kami tetap optimis terhadap prospek BBTN, didukung oleh pertumbuhan kredit yang kuat terutama di segmen perumahan, insentif PPN, dan kebijakan moneter yang kurang hawkish. BBTN juga memimpin pasar KPR Indonesia dan KPR bersubsidi nasional," ungkap tim.
Budi Rustanto dan Farrell Nathanael menambahkan bahwa BBTN juga memiliki inisiatif strategis untuk meningkatkan aset dengan imbal hasil tinggi dan dana murah, serta meningkatkan kualitas aset dengan rasio cakupan yang memadai.
Pada tahun 2024, BBTN diperkirakan akan meningkatkan pendapatan berbasis biaya, efisiensi, dan rasio CASA melalui pengembangan perbankan digital. Selain itu, prospek bisnis syariah juga dianggap menguntungkan.
"Kami memperkirakan pinjaman BBTN akan tumbuh 10 persen YoY pada tahun 2024, terutama didorong oleh segmen perumahan, imbal hasil tinggi, komersial, dan korporasi. BBTN juga akan mengoptimalkan bisnis KPR non-subsidi dengan fokus pada segmen emerging affluent dan merencanakan ekspansi dengan menambah 3 pusat penjualan baru pada tahun ini," demikian disimpulkan.
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.