KABARBURSA.COM - Presiden Joko Widodo membahas rencana pemerintah untuk memberlakukan tarif bea masuk impor sebesar 200 persen terhadap produk impor dari China.
Wakil Ketua Umum Bidang Asosiasi dan Himpunan Kadin Indonesia, Wisnu W. Pettalolo menyatakan, rencana tersebut semestinya melibatkan dialog pelaku usaha, asosiasi, dan himpunan.
“Kadin Indonesia menghimbau agar Kementerian Perdagangan juga K/L terkait dapat melibatkan melalui forum dialog dalam proses penyusunan dan finalisasi kebijakan ini, guna penyempurnaan kebijakan dan agar semua dampak yang mungkin timbul dapat dihindari,” kata Wisnu, di Jakarta 3 Juli 2024.
Wisnu juga menyatakan, pihaknya menghimbau pemerintah dalam hal ini Kementerian Perdagangan untuk tetap memfasilitasi perdagangan dan Iklim kemudahan Berusaha, sehingga pertumbuhan kinerja ekspor nasional maupun iklim investasi tetap bertumbuh dan terjaga.
“Kami mendorong agar kebijakan pembatasan impor tidak menyulitkan dunia usaha dan industri dalam mendapatkan bahan baku dan penolong sekaligus di saat bersamaan memastikan iklim investasi yang kondusif dan meningkatkan penguatan industri bagi daya saing lebih baik,” jelasnya.
Lanjutnya Wisnu, merespon pernyataan pemerintah yang menyebut produk impor yang membanjiri pasar, Kadin Indonesia berharap Pemerintah dapat menelaah lebih lanjut baik terkait jenis produk maupun jalur masuknya.
“Kadin Indonesia berharap jalur masuk illegal (illegal import) yang marak menjadi jalur masuk ke pasar dalam negeri dapat ditindak dengan tegas,” ujar Wisnu
“Kami merekomendasikan pemerintah untuk membentuk satgas pemberantasan impor ilegal dan penertiban barang impor ilegal yang saat ini sudah berada di tengah masyarakat dengan melibatkan Kadin Indonesia beserta Asosiasi dan Himpunan,” imbuhnya.
Anggota Komisi VI DPR RI Darmadi Durianto mengingatkan Kementerian Perdagangan (Kemendag) terkait rencana kebijakan tarif bea masuk barang dari China sebesar 200 persen.
“Yang terancam kan industri tekstil, jadi model kebijakannya sebaiknya dikhususkan untuk industri itu,” katanya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Minggu 30 Juni 2024.
Dia mengatakan setiap sektor industri seharusnya kebijakannya atau pendekatannya berbeda-beda, tidak bisa disamakan begitu saja karena habitat atau iklim bisnisnya berbeda antara industri satu dengan lainnya.
Menurut dia, jika kebijakan tersebut ditujukan untuk melindungi industri tekstil maka model kebijakannya pun mesti dibuat lebih spesifik alias tidak digeneralisir atau diterapkan kepada seluruh industri lainnya.
Menurut dia, langkah yang paling relevan yang harus dilakukan Kemendag, yaitu mengidentifikasi persoalan pada setiap sektor industri dengan dibarengi kajian yang mendalam.
Sebelumnya Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan berencana menerapkan tarif bea masuk hingga 200 persen untuk barang-barang impor dari China sebagai respons terhadap perang dagang antara China dan Amerika Serikat (AS).
Perang dagang antara kedua negara tersebut telah menyebabkan surplus produksi dalam sektor pakaian, baja, tekstil, dan lainnya di China, yang kemudian membanjiri pasar Indonesia. Selain itu, produk-produk ini juga dihadapi penolakan di pasar barat.
Langkah regulasi untuk meningkatkan tarif bea ini dipertimbangkan sebagai upaya untuk melindungi industri lokal. Zulkifli melihat bahwa penerapan tarif bea yang lebih tinggi dapat menjadi solusi untuk mengatur aliran barang impor yang masuk ke Indonesia.
"Tarif bea masuk untuk barang-barang asal China direncanakan akan ditingkatkan hingga mencapai 100 persen hingga 200 persen dari harga barang," jelas Zulkifli.
Keputusan ini diambil dalam konteks upaya pemerintah dalam mengendalikan dampak dari surplus impor yang merugikan industri dalam negeri. Mendag juga menegaskan bahwa kebijakan ini akan terus dipantau dan dievaluasi sesuai dengan perkembangan kondisi pasar global.
Pungutan Tambahan
Sebelumnya, pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, berencana untuk menerapkan tarif dan pungutan tambahan pada barang-barang yang diimpor dari China ke AS.
Rencana ini mencakup tarif pada produk-produk strategis seperti kendaraan listrik, baterai, dan perlengkapan tenaga surya.
Respons terhadap rencana ini membuat pasar terkejut, dengan para pelaku pasar khawatir bahwa kenaikan tarif impor dari China oleh AS bisa menyebabkan perlambatan perdagangan global. Ini diungkapkan oleh Asian Development Bank (ADB) Indonesia.
Kepala Ekonom ADB Indonesia Arief Ramayandi menjelaskan, jika perdagangan global menurun akibat kebijakan AS, kemungkinan besar tidak begitu memengaruhi terhadap perdagangan RI.
“Ini baru pengumuman ya karena kita tidak tahu, tapi kemarin sempat shaking market [guncang pasar] karena ekspektasi dari orang-orang kalau memang betul apa yang disebutkan tarif impor dari China dinaikkan AS, maka perdagangan global bisa melambat,” kata Arief.
Namun, persoalannya adalah negara-negara yang berada di kawasan Indonesia memiliki keterkaitan rantai pasok produksi China. Sebab, banyak sekali barang yang dikirimkan China ke AS yang beberapa kompartemennya diproduksi pada negara di wilayah ini. (Dian/*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.