KABARBURSA.COM-Mata uang Inggris dan Jepang sedang menghadapi tekanan depresiasi menyusul gejolak ekonomi yang menyebabkan kedua negara terperosok dalam jurang resesi. Di sisi lain, dolar Amerika Serikat (AS) masih kokoh, dengan rencana pemangkasan suku bunga yang terus ditunda.
Ekonomi Inggris telah terjebak dalam stagnasi selama hampir 2 tahun terakhir, menurut data resmi yang baru saja dirilis. Produk Domestik Bruto (PDB) negara tersebut menyusut sebesar 0,3 persen dalam tiga bulan terakhir tahun 2023, menambahkan tekanan pada posisi resesi setelah kontraksi sebesar 0,1 persen pada kuartal sebelumnya.
Tidak kalah buruknya, Jepang juga telah resmi menyatakan masuk ke dalam resesi, menggusur posisinya sebagai salah satu dari tiga ekonomi terbesar di dunia. Penurunan pertumbuhan ekonomi selama dua kuartal berturut-turut menunjukkan bahwa permintaan domestik melemah, ditambah dengan ketidakpastian seputar kebijakan Bank of Japan (BoJ) yang berpotensi untuk melonggarkan kebijakannya.
Peran utama dalam penurunan nilai tukar kedua mata uang ini adalah faktor domestik, dengan prospek suku bunga The Fed yang terus ditunda menjadi tambahan beban. Meskipun proyeksi pemangkasan suku bunga diumumkan pada Desember 2023, dolar AS tetap menguat berkat peningkatan data ekonomi yang memberikan dukungan kuat.
Meskipun demikian, kedua mata uang utama ini berpotensi untuk menguat hingga akhir tahun ini, terutama dengan mempertimbangkan faktor teknikal dan kemungkinan pelemahan dolar AS. Pelonggaran kebijakan The Fed kemungkinan akan meredakan tekanan pada dolar, yang pada gilirannya akan mendorong penguatan mata uang seperti GBP dan JPY.
Yen sedang berjuang untuk menguat, terutama karena kebijakan suku bunga negatif yang kemungkinan akan ditinggalkan tahun ini. Namun, pelemahan nilai yen di atas level 150 dapat memicu intervensi oleh otoritas moneter Jepang.
Sementara itu, poundsterling berusaha untuk pulih dari serangkaian katalis negatif dalam negeri. Data manufaktur dan jasa PMI yang akan segera dirilis diperkirakan akan memperlihatkan tanda-tanda perbaikan.
Dalam proyeksi nilai tukar, Yen diperkirakan akan berada dalam rentang 135.00 - 152.00 tahun ini, dengan potensi penguatan jika BoJ memutuskan untuk menaikkan suku bunga. Di sisi lain, poundsterling kemungkinan akan didukung oleh kebijakan suku bunga yang belum berubah, dengan potensi kembali menguat ketika pemangkasan suku bunga The Fed dimulai.
Meskipun terdapat ketidakpastian di pasar, para pelaku pasar mungkin akan memperhatikan pasangan mata uang seperti GBPJPY dan EURJPY untuk mendapatkan gambaran tentang tren terbaru dalam perdagangan valuta asing. Dalam kondisi saat ini, Yen mungkin akan tetap kurang diminati, kecuali ada perubahan signifikan dalam kebijakan moneter Bank of Japan.