Logo
>

Telkom Fokus Margin dan B2B, Saham TLKM Bisa ke Rp3.500?

Telkom Indonesia menekan belanja modal 2025 ke Rp27 triliun dan mengalihkan fokus ke margin dan pertumbuhan segmen B2B. Analis menaikkan target harga saham TLKM ke Rp3.500.

Ditulis oleh Syahrianto
Telkom Fokus Margin dan B2B, Saham TLKM Bisa ke Rp3.500?
Gedung Telkom Indonesia. (Foto: KabarBursa/Abbas Sandji)

KABARBURSA.COM - PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) memulai tahun 2025 dengan catatan kinerja yang menunjukkan dinamika baru di industri telekomunikasi nasional. Laporan keuangan kuartal I 2025 memperlihatkan penurunan pendapatan sebesar 2,1 persen secara tahunan menjadi Rp36,7 triliun, sementara laba bersih ikut terkoreksi ke Rp5,8 triliun, turun 4 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. 

Di balik penurunan ini, salah satu indikator utama yang menjadi sorotan adalah rata-rata pendapatan per pengguna (average revenue per user/ARPU) yang menurun ke level Rp42.400, atau melemah 6,4 persen secara tahunan. Sementara itu, yield data, yang mencerminkan berapa rupiah yang diperoleh dari tiap gigabyte yang dikonsumsi pelanggan, tergerus hingga 21,4 persen secara tahunan menjadi Rp3.211.

Meski begitu, pertumbuhan trafik data justru mengalami peningkatan pesat, mencapai 5.778 petabyte dalam tiga bulan pertama 2025, naik 19,8 persen dari periode yang sama tahun lalu. Lonjakan ini mencerminkan fakta bahwa konsumsi internet terus tumbuh seiring digitalisasi kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Namun, pertumbuhan volume tersebut belum mampu dikonversi secara efektif menjadi pendapatan yang lebih besar. Situasi ini menunjukkan adanya tekanan struktural dalam monetisasi layanan data, di mana pelanggan semakin tergantung pada konektivitas, namun bersikap selektif dalam pengeluaran mereka terhadap paket layanan yang ditawarkan operator.

Di tengah tantangan yang tidak ringan, strategi TLKM tahun ini seolah menyiratkan pesan penting: bahwa bertumbuh bukan hanya soal ekspansi agresif, tetapi juga tentang menyeimbangkan efisiensi, kualitas layanan, dan orientasi nilai jangka panjang.

Pendekatan yang diambil TLKM menarik untuk ditelaah lebih jauh, karena tidak sekadar merespons tekanan kuartalan, melainkan mengarah pada rekonstruksi model bisnis. Di tengah stagnasi pasar seluler nasional dan persaingan harga broadband yang makin tajam, TLKM memilih langkah transformatif. Selain menata kembali produk dan investasi, perusahaan ini juga mulai mengembangkan fondasi pertumbuhan baru melalui segmen business-to-business (B2B) dan solusi digital korporasi. 

Dengan latar belakang tersebut, pembahasan berikut akan mengurai lebih dalam bagaimana Telkom menavigasi tantangan struktural ini sambil menjaga posisinya sebagai pemain dominan di sektor telekomunikasi dan infrastruktur digital Indonesia.

Infografis: TLKM Kuartal I 2025: Di Balik Angka dan Arah Baru. (Foto: AI untuk KabarBursa)

Langkah Telkom: Rasionalisasi Produk dan Disiplin Capex

Langkah strategis pertama yang diambil Telkom Indonesia untuk menjaga kesehatan margin dan struktur biaya di 2025 adalah menyederhanakan penawaran produk, khususnya paket layanan seluler. Pada kuartal I 2025, ARPU Telkomsel turun menjadi Rp42.400, mengalami penurunan sebesar 6,4 persen dibanding tahun sebelumnya. Dalam periode yang sama, yield data juga mengalami penurunan drastis sebesar 21,4 persen yoy menjadi Rp3.211 per gigabyte. Penurunan ini mencerminkan bahwa meskipun konsumsi data meningkat, perusahaan mendapatkan nilai ekonomi yang lebih rendah dari tiap unit data yang dikonsumsi pelanggan.

Turunnya yield tersebut dipicu oleh beberapa faktor yang terkonfirmasi dalam laporan resmi dan riset analis. Pertama, banyak pelanggan yang melakukan down-trading, beralih ke paket yang lebih murah karena tekanan daya beli. Kedua, intensitas promo selama musim liburan mendorong perusahaan memberikan diskon besar. Ketiga, kompetisi di luar Pulau Jawa (Ex-Java), terutama dari operator lain yang agresif menawarkan harga rendah, menyebabkan tekanan pada pricing power Telkomsel di area yang sebelumnya merupakan kontributor pertumbuhan.

Menanggapi situasi ini, TLKM melalui Telkomsel melakukan penyesuaian menyeluruh terhadap harga dan struktur paket perdana. Salah satu perubahan nyata adalah revisi harga starter pack by.U, yang sebelumnya dipatok Rp10.000 pada akhir 2024, menjadi lebih tinggi pada kuartal I 2025 untuk menyesuaikan dengan rata-rata industri di kisaran Rp20.000 hingga Rp30.000. 

Laporan Samuel Sekuritas mencatat bahwa langkah ini tidak dilakukan secara sepihak, tetapi juga diikuti oleh operator lain, sehingga menciptakan peluang terjadinya perbaikan struktur kompetisi di pasar seluler Indonesia.

Dalam konferensi earnings call tanggal 8 Mei 2025, Direktur CSRO Telkomsel, Daru Mulyawan, menyampaikan bahwa proses simplifikasi paket akan memberikan dampak nyata terhadap peningkatan ARPU pada semester II. “Kami percaya inisiatif simplifikasi dan penyesuaian harga akan berdampak positif secara bertahap. Rasionalisasi pasar mulai terlihat,” ungkap Daru. 

Ia menegaskan bahwa langkah ini bukan semata strategi defensif, melainkan bagian dari perbaikan menyeluruh terhadap model monetisasi data.

Selain menyusun ulang portofolio produk, TLKM juga melakukan pengendalian belanja modal secara ketat. Perusahaan menetapkan target capex sebesar Rp26 hingga Rp27 triliun untuk 2025, turun dari proyeksi awal yang lebih dari Rp30 triliun. Ini berarti hanya sekitar 17 hingga 18 persen dari total pendapatan, jauh lebih rendah dari proporsi capex tahun 2024 yang mencapai 21 persen. Penurunan ini menunjukkan perubahan pendekatan TLKM yang kini lebih selektif dalam alokasi investasi, berfokus pada proyek yang berdampak langsung terhadap profitabilitas dan efisiensi jangka menengah.

Dari sisi keuangan, dampak efisiensi tersebut sudah mulai terlihat. EBITDA TLKM pada kuartal I 2025 tercatat sebesar Rp18,2 triliun, turun tipis 0,9 persen dibanding kuartal sebelumnya, namun masih mampu menjaga margin EBITDA di level 49,8 persen. 

Samuel Sekuritas menilai bahwa margin ini masih tergolong solid, terlebih dengan adanya kenaikan sementara pada beban gaji yang sifatnya musiman. Sementara itu, laba bersih TLKM turun menjadi Rp5,8 triliun, atau setara 22,8 persen dari proyeksi laba tahunan yang disampaikan konsensus analis.

Keputusan untuk menekan capex juga berdampak positif terhadap neraca keuangan perusahaan. Dengan posisi kas akhir Maret 2025 sebesar Rp33,9 triliun dan rasio net gearing yang terjaga di angka 30,4 persen, TLKM memiliki fleksibilitas yang cukup untuk menghadapi potensi fluktuasi di semester mendatang. Penyesuaian capex ini juga dinilai sebagai katalis positif oleh Samuel Sekuritas, yang menaikkan target harga saham TLKM dari Rp3.050 menjadi Rp3.500, dengan alasan valuasi yang masih murah (EV/EBITDA 2025 sebesar 4 kali), serta ekspektasi pemulihan margin dan stabilitas dividen ke depan.

Secara keseluruhan, langkah TLKM dalam menyederhanakan produk layanan dan menahan belanja modal menandai fase baru dalam pengelolaan bisnis yang lebih terukur dan disiplin. Perusahaan tidak lagi semata fokus pada ekspansi jumlah pelanggan atau pertumbuhan volume data, melainkan pada kualitas pendapatan dan efisiensi struktur biaya. 

Dalam konteks industri telekomunikasi yang semakin kompetitif, strategi ini memberi TLKM ruang yang lebih leluasa untuk membangun model bisnis berkelanjutan dan tahan terhadap tekanan eksternal.

Transformasi Digital dan Peluang B2B Telkom 

Selain menyederhanakan layanan konsumer, Telkom Indonesia secara aktif memperluas pangsa pertumbuhan dari sektor non-konsumer, terutama melalui unit usaha digital enterprise dan segmen business-to-business (B2B). Pada kuartal I 2025, segmen B2B mencatatkan pertumbuhan sebesar 10,3 persen secara tahunan. 

Valbury Sekuritas dalam risetnya menyebut bahwa kontribusi B2B terhadap total pendapatan TLKM kini telah mencapai 10 persen, naik dari sekitar 8,9 persen pada periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini bukan bersifat musiman, melainkan menjadi tren struktural yang mencerminkan meningkatnya permintaan solusi digital dari sektor korporasi, institusi pemerintah, dan organisasi layanan publik.

Salah satu penggerak utama di balik ekspansi ini adalah Telkomsigma dan NeutraDC, anak usaha TLKM yang berfokus pada penyediaan layanan IT, data center, dan infrastruktur digital. Samuel Sekuritas melaporkan bahwa hingga saat ini, TLKM mengoperasikan lebih dari 35 data center aktif dengan kapasitas total IT load sebesar 42 megawatt, dan tingkat utilisasi sekitar 78 persen. Infrastruktur ini dilengkapi dengan jaringan serat optik nasional sepanjang lebih dari 51.000 kilometer, menjadikan Telkom sebagai salah satu penyedia backbone digital terbesar di Asia Tenggara.

Transformasi digital yang digerakkan oleh TLKM menyasar berbagai sektor strategis. Di sektor keuangan, perusahaan menyediakan platform cloud, keamanan data, dan layanan analitik untuk institusi perbankan dan fintech. Untuk sektor pemerintahan, TLKM membangun solusi e-government yang mendukung konektivitas terpadu antar-lembaga, termasuk untuk sistem manajemen pelayanan publik berbasis cloud. Sementara di sektor pendidikan, perusahaan menghadirkan platform pembelajaran digital berbasis server lokal dengan keamanan tinggi, yang digunakan oleh universitas dan sekolah vokasi di berbagai daerah.

Dalam laporan Samuel Sekuritas tertanggal 15 Mei 2025, analis Jonathan Guyadi dan Jason Sebastian menyoroti bahwa model pendapatan dari layanan digital enterprise ini berpotensi menghasilkan arus kas yang lebih stabil ke depan. 

Recurring income dari managed service, cloud infrastructure, hingga layanan integrasi sistem mulai mendekati titik optimal. Perluasan solusi berbasis langganan (subscription) akan memperbaiki prediktabilitas pendapatan TLKM,” tulis mereka dalam riset tersebut. 

Mereka juga menambahkan bahwa arah transformasi ini akan memperkuat posisi TLKM sebagai penyedia solusi teknologi, bukan sekadar operator telekomunikasi tradisional.

Valbury Sekuritas turut mencatat bahwa ekspansi B2B TLKM terjadi secara simultan dengan tren digitalisasi sektor swasta dan publik di Indonesia. Kebutuhan terhadap pusat data lokal, perlindungan data konsumen, serta regulasi seperti PP 71/2019 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik (PSTE) mendorong perusahaan-perusahaan nasional untuk menggunakan layanan digital berbasis domestik. 

TLKM, dengan ekosistem infrastruktur dan izin operasional nasional yang lengkap, berada dalam posisi strategis untuk menangkap peluang ini.

Rekam jejak TLKM dalam reposisi bisnisnya juga tercermin dalam struktur organisasi. Direktur Business Digital TLKM, Muhamad Fajrin Rasyid, yang sebelumnya dikenal sebagai salah satu pendiri Bukalapak, kini memimpin lini B2B digital. 

Dalam beberapa kesempatan publik, Fajrin menyatakan bahwa TLKM tidak lagi ingin dikenal semata sebagai operator jaringan, melainkan sebagai “enabler teknologi nasional” yang mampu melayani seluruh rantai nilai digital, mulai dari konektivitas, cloud, hingga komputasi edge.

Laporan Samuel Sekuritas juga menyoroti bahwa pergeseran posisi TLKM dari perusahaan telekomunikasi ke penyedia solusi digital akan menciptakan model bisnis hybrid. Ini memungkinkan perusahaan memiliki dua kaki pertumbuhan yang berbeda karakteristik: layanan konsumen yang massal dan padat jaringan, serta layanan digital enterprise yang bernilai tinggi dan berbasis kontrak jangka menengah. 

Dalam jangka panjang, diversifikasi inilah yang dinilai akan memperkuat ketahanan pendapatan TLKM, terutama jika pasar seluler dan broadband ritel memasuki fase saturasi.

Infografis: TLKM Kuartal I 2025: Di Balik Angka dan Arah Baru. (Foto: AI untuk KabarBursa)

Dengan pertumbuhan segmen B2B yang konsisten, penguatan layanan data center, dan peningkatan kontribusi dari recurring income digital, transformasi TLKM menuju entitas teknologi terintegrasi tampaknya tidak lagi sekadar agenda strategi, tetapi sudah berjalan dalam eksekusi operasional. 

Tantangan ke depan tentu masih ada, mulai dari kecepatan pengembangan produk hingga kapasitas sumber daya manusia di bidang digital, tetapi arah dan peta jalannya telah terbentuk jelas. Perusahaan kini bergerak melampaui identitas lamanya sebagai “Telkom yang menjual pulsa”, menuju TLKM yang menjual solusi digital menyeluruh bagi Indonesia yang sedang bertransformasi.

Dinamika Kompetisi Broadband dan Kualitas Jaringan

Meskipun sektor B2B memberi napas pertumbuhan baru, lini bisnis konsumen tetap menjadi fondasi dominan bagi Telkom Indonesia. Dalam konteks ini, Indihome sebagai penyedia layanan fixed broadband (FBB) masih menjadi pemimpin pasar nasional. 

Hingga akhir kuartal I 2025, jumlah pelanggan Indihome mencapai 11 juta, naik 7 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Dengan cakupan jaringan lebih dari 37 juta rumah yang terhubung (homes passed), Indihome menguasai sekitar 67 persen pangsa pasar FBB di Indonesia.

Namun, dominasi ini diiringi tekanan yang makin nyata. Rata-rata pendapatan per pengguna (ARPU) Indihome terus menurun dalam beberapa tahun terakhir. Pada kuartal I 2025, ARPU tercatat sebesar Rp224.000, turun 7,8 persen dibandingkan tahun sebelumnya. 

Menurut riset Samuel Sekuritas, penurunan ARPU ini dipicu oleh persaingan harga yang makin ketat dari pemain-pemain swasta seperti Biznet, MyRepublic, dan Icon+ yang agresif menawarkan paket internet dengan harga lebih murah, kecepatan lebih tinggi, dan bundling konten hiburan digital.

Persaingan di pasar broadband tak lagi sekadar tentang cakupan, tetapi juga kualitas layanan dan persepsi pelanggan terhadap nilai yang ditawarkan. 

Untuk merespons ini, Telkom terus mengoptimalkan kualitas layanan Indihome, termasuk meningkatkan kecepatan dasar, menambah fitur layanan bundling, serta memperluas integrasi dengan layanan hiburan digital seperti streaming dan video-on-demand

Namun demikian, tantangan tetap ada karena biaya infrastruktur dan pemeliharaan jaringan tetap tinggi di segmen fixed broadband, terutama di wilayah pinggiran dan luar Jawa.

Sementara itu, dari sisi seluler, Telkomsel tetap mempertahankan posisinya sebagai pemimpin pasar dalam hal kualitas jaringan. Data dari Opensignal menunjukkan bahwa Telkomsel memiliki kecepatan unduh tercepat di Indonesia pada 2024, yakni sebesar 26,3 Mbps, mengungguli kompetitor seperti XLSmart (EXCL) dan Indosat (ISAT). Untuk kecepatan unggah, Telkomsel menempati posisi ketiga dengan 10,4 Mbps, di bawah IM3 dan Tri. Kinerja jaringan ini berkontribusi besar terhadap pengalaman pengguna dalam aktivitas digital sehari-hari seperti streaming video, bermain gim daring, dan penggunaan aplikasi suara berbasis data.

Analisis Opensignal juga mencatat bahwa Telkomsel unggul dalam pengalaman video, gim, dan panggilan suara digital. Dalam laporan kuartalannya, Telkomsel mendominasi hampir seluruh wilayah utama di Indonesia dalam kategori pengalaman jaringan, dengan pengecualian beberapa area yang kini mulai menunjukkan peningkatan performa dari pesaing. 

Keunggulan ini menjadi kunci diferensiasi yang krusial bagi TLKM di tengah pasar yang makin price-sensitive. Dalam konteks stagnasi ARPU, menjaga kualitas jaringan menjadi senjata utama untuk mempertahankan loyalitas pelanggan dan mengurangi tingkat churn.

Namun, persaingan tetap dinamis. Valbury Sekuritas menggarisbawahi bahwa walaupun kualitas jaringan Telkomsel unggul, para kompetitor mulai mengejar dengan strategi distribusi agresif, peningkatan spektrum, serta kolaborasi konten untuk meningkatkan retensi pengguna. 

Tantangan terbesar adalah di luar Jawa, di mana margin lebih tipis dan tekanan harga lebih kuat. Untuk menghadapi hal ini, Telkomsel terus memperluas penggunaan kecerdasan buatan (AI) untuk personalisasi paket data serta efisiensi operasional jaringan.

Seiring dengan meningkatnya adopsi teknologi seperti Internet of Things (IoT), cloud gaming, dan layanan edukasi daring, kebutuhan terhadap koneksi yang cepat, stabil, dan laten rendah menjadi semakin penting. Telkomsel menanggapi tren ini dengan terus mengembangkan kapabilitas jaringan 4G dan menguji coba pemanfaatan spektrum untuk pengembangan 5G di kota-kota besar. 

Meskipun kontribusi pendapatan dari 5G saat ini belum signifikan, kesiapan infrastruktur ini dianggap penting untuk menjaga posisi TLKM dalam ekosistem digital masa depan.

Sementara itu, posisi TLKM secara keseluruhan di industri telekomunikasi Indonesia masih tergolong solid. Dengan net gearing sebesar 30,4 persen, interest coverage ratio di atas enam kali, dan EBITDA margin yang tetap bertahan di kisaran 49–50 persen, perusahaan memiliki ruang manuver finansial yang cukup untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas layanannya.

Meski pendapatan dari segmen konsumer tidak tumbuh secepat yang diharapkan, kemampuan TLKM menjaga kualitas jaringan dan memperluas cakupan tetap menjadi fondasi yang kuat untuk membangun layanan digital dan enterprise di atasnya.

Dengan tantangan yang terus berkembang dan ekspektasi pengguna yang semakin tinggi, TLKM berada dalam fase penting untuk mempertegas keunggulan kompetitifnya. Kualitas jaringan tidak lagi hanya menjadi alat promosi, tetapi juga alat pertahanan paling efektif di tengah gelombang disrupsi harga dan shifting preferensi konsumen. 

Indikator teknis dan pengalaman pengguna yang konsisten tinggi menjadi jaminan kepercayaan publik terhadap merek Telkomsel dan Indihome, dua pilar utama dalam ekosistem konektivitas TLKM.

Hasil Rekomendasi: Data Ringkas dan Analis Saham TLKM

Di tengah berbagai penyesuaian strategi yang dilakukan TLKM sepanjang awal tahun, para analis pasar modal memberikan pandangan yang cenderung positif terhadap prospek saham emiten telekomunikasi milik negara ini. 

Berdasarkan laporan riset terbaru dari Samuel Sekuritas Indonesia yang dirilis pada 15 Mei 2025, rekomendasi terhadap saham TLKM tetap berada di posisi beli, dengan target harga ditingkatkan menjadi Rp3.500 per saham. Dengan harga pasar saat ini di kisaran Rp2.590, proyeksi tersebut mencerminkan potensi kenaikan (upside) sebesar 35,1 persen, menjadikannya salah satu saham defensif yang tetap menarik di sektor infrastruktur digital.

Rekomendasi ini didasarkan pada beberapa parameter fundamental yang menunjukkan kestabilan dan daya saing TLKM dibandingkan operator lain di dalam dan luar negeri. Salah satunya adalah rasio EV/EBITDA 2025 yang diperkirakan sebesar 4,0 kali, jauh di bawah rerata regional Asia Tenggara yang berada di kisaran 8,2 kali. Diskon valuasi ini, menurut Samuel Sekuritas, memberikan ruang yang cukup bagi re-rating saham TLKM apabila strategi monetisasi data dan ekspansi B2B berjalan konsisten. 

Dari perspektif profitabilitas, return on average equity (ROAE) TLKM diperkirakan mencapai 15,6 persen pada 2025, menjadi yang tertinggi di antara operator telekomunikasi nasional, dan mengungguli rerata ROE operator Asia yang berada di kisaran 14,9 persen.

Selain valuasi dan profitabilitas, Samuel Sekuritas juga menilai bahwa TLKM tetap menawarkan imbal hasil dividen yang kompetitif. Untuk tahun buku 2025, dividend yield TLKM diproyeksikan sebesar 6,4 persen, menjadikannya pilihan menarik bagi investor institusi dan ritel yang mengutamakan pendapatan pasif dalam portofolio jangka menengah. 

Proyeksi yield tersebut didasarkan pada estimasi laba bersih TLKM tahun ini yang diperkirakan mencapai Rp23,9 triliun, naik tipis dari perolehan tahun sebelumnya. Estimasi ini juga memperhitungkan rasio pembayaran dividen historis TLKM yang konsisten berada di atas 60 persen dari laba bersih.

Infografis: Proyeksi Analis, Saham TLKM Menuju Rp3.500? (Foto: AI untuk KabarBursa)

Dari sisi pertumbuhan pendapatan, TLKM diperkirakan akan membukukan total revenue sebesar Rp151,8 triliun pada tahun 2025, atau tumbuh sekitar 1,3 persen secara tahunan. Meskipun pertumbuhan tersebut terbilang konservatif, analis menilai angka ini wajar mengingat penurunan kontribusi dari segmen legacy (telepon suara dan SMS), serta tekanan harga di segmen broadband. Pertumbuhan ini didukung oleh kinerja stabil Telkomsel, kenaikan trafik data, perluasan kontribusi dari B2B dan enterprise digital, serta diversifikasi layanan teknologi lainnya yang sedang dikembangkan secara intensif.

Posisi keuangan TLKM juga dinilai sehat dan cukup kuat untuk mendukung agenda investasi maupun pembagian dividen berkelanjutan. Rasio net gearing TLKM diperkirakan akan tetap stabil di level 30,4 persen, mencerminkan struktur permodalan yang seimbang antara utang dan ekuitas. Dengan interest coverage ratio yang berada di atas enam kali, perusahaan memiliki ruang cukup untuk mengelola beban bunga dan menghindari tekanan likuiditas meski tetap menjalankan ekspansi di sektor digital.

Secara keseluruhan, konsensus analis, termasuk dari Valbury Sekuritas dan CGS International, mencerminkan keyakinan bahwa transformasi TLKM dari operator telekomunikasi konvensional menjadi penyedia solusi digital terintegrasi masih berada di jalur yang tepat. 

Dengan valuasi yang masih rendah, kinerja keuangan yang stabil, serta inisiatif strategis yang konkret di segmen produk, capex, dan bisnis digital, TLKM dinilai layak untuk terus dipantau dan dikoleksi sebagai saham unggulan di sektor infrastruktur digital dan konektivitas Indonesia. (*)

Disclaimer:
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Syahrianto

Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.